tag:blogger.com,1999:blog-26618733047819494602024-03-05T02:47:09.340-08:00Kisah - Kisah TeladanKISAH NABI, RASUL, SAHABAT, IMAM DAN ORANG SHOLEHalkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.comBlogger167125tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-7577603793169553612010-03-11T14:10:00.000-08:002010-03-11T14:15:33.766-08:00Manfaat Siwak<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzkM6dh0j1Ab8iBgOCzuJMTAEMrEi5LGZSf-2TTCVs73-6Apy5p-SVupMRtLZ4ejNX9sbVD51ySP06GsZCawX-h6lGPDmbD0jSu0sxorj1XMau5pw0o9g1h4SQzIxYgmlhiNo4on93Nvql/s1600-h/siwak+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzkM6dh0j1Ab8iBgOCzuJMTAEMrEi5LGZSf-2TTCVs73-6Apy5p-SVupMRtLZ4ejNX9sbVD51ySP06GsZCawX-h6lGPDmbD0jSu0sxorj1XMau5pw0o9g1h4SQzIxYgmlhiNo4on93Nvql/s320/siwak+2.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;"><b>Sejarah Penggunaan Siwak (Salvadora persica)</b><br />
<br />
Penggunaan alat-alat kebersihan mulut telah dimulai semenjak berabad-abad lalu. Manusia terdahulu menggunakan alat-alat kebersihan yang bermacam-macam seiring dengan perkembangan sosial, teknologi dan budaya. Beraneka ragam peralatan sederhana dipergunakan untuk membersihkan mulut mereka dari sisa-sisa makanan, mulai dari tusuk gigi, batang kayu, ranting pohon, kain, bulu burung, tulang hewan hingga duri landak. Diantara peralatan tradisional yang mereka gunakan dalam membersihkan mulut dan gigi adalah kayu siwak atau chewing stick. Kayu ini walaupun tradisional, merupakan langkah pertama transisi/peralihan kepada sikat gigi modern dan merupakan alat pembersih mulut terbaik hingga saat ini.<br />
<br />
<span class="fullpost">Miswak (Chewing Stick) telah digunakan oleh orang Babilonia semenjak 7000 tahun yang lalu, yang mana kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Yunani dan Romawi, oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam. Siwak memiliki nama-nama lain di setiap komunitas, seperti misalnya di Timur Tengah disebut dengan miswak, siwak atau arak, di Tanzania disebut miswak, dan di Pakistan dan India disebut dengan datan atau miswak. Penggunaan chewing stick (kayu kunyah) berasal dari tanaman yang berbeda-beda pada setiap negeri. Di Timur Tengah, sumber utama yang sering digunakan adalah pohon Arak (Salvadora persica), di Afrika Barat yang digunakan adalah pohon limun (Citrus aurantifolia) dan pohon jeruk (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva vinea) digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassia sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica) digunakan secara meluas di benua India.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Meskipun siwak sebelumnya telah digunakan dalam berbagai macam kultur dan budaya di seluruh dunia, namun pengaruh penyebaran agama Islam dan penerapannya untuk membersihkan gigi yang paling berpengaruh. Istilah siwak sendiri pada kenyatannya telah umum dipakai selama masa kenabian Nabi Muhammad yang memulai misinya sekitar 543 M. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Seandainya tidak memberatkan ummatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat (dalam riwayat lain : setiap akan berwudhu’).” Nabi memandang kesehatan dan kebersihan mulut adalah penting, sehingga beliau senantiasa menganjurkan pada isterinya untuk selalu menyiapkan siwak untuknya hingga akhir hayatnya.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Siwak terus digunakan hampir di seluruh bagian Timur Tengah, Pakistan, Nepal, India, Afrika dan Malaysia, khususnya di daerah pedalaman. Sebagian besar mereka menggunakannya karena faktor religi, budaya dan sosial. Ummat Islam di Timur Tengah dan sekitarnya menggunakan siwak minimal 5 kali sehari disamping juga mereka menggunakan sikat gigi biasa. Penelitian yang dilakukan oleh Erwin dan Lewis (1989) menyatakan bahwa pengguna siwak memiliki relativitas yang rendah dijangkiti kerusakan dan penyakit gigi meskipun mereka mengkonsumsi bahan makanan yang kaya akan karbohidrat.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<b><span class="fullpost">Morfologi dan Habitat Tanaman Siwak</span></b><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Siwak atau Miswak, merupakan bagian dari batang, akar atau ranting tumbuhan Salvadora persica yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia dan Afrika. Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, berdiameter lebih dari 1 kaki. Jika kulitnya dikelupas berwarna agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna cokelat dan bagian dalamnya berwarna putih. Aromanya seperti seledri dan rasanya agak pedas.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Kata siwak sendiri berasal dari bahasa arab ‘yudlik’ yang artinya adalah memijat (massage). Siwak lebih dari sekedar sikat gigi biasa, karena selain memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi walaupun di bawah tekanan yang keras, siwak juga memiliki kandungan alami antimikrobial dan antidecay system (sistem antipembusuk). Batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara tepat dan dapat mengikis plak pada gigi. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<b><span class="fullpost">Kandungan Kimia Batang Kayu Siwak</span></b><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Al-Lafi dan Ababneh (1995) melakukan penelitian terhadap kayu siwak dan melaporkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, meliputi :</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali, akan terasa agak pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard yang merupakan substansi antibacterial acid tersebut.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang produksi saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Menurut laporan Lewis (1982), penelitian kimiawi terhadap tanaman ini telah dilakukan semenjak abad ke-19, dan ditemukan sejumlah besar klorida, fluor, trimetilamin dan resin. Kemudian dari hasil penelitian Farooqi dan Srivastava (1990) ditemukan silika, sulfur dan vitamin C. Kandungan kimia tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut dimana trimetilamin dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi, sedangkan silika dapat bereaksi sebagai penggosok. Kemudian keberadaan sulfur dikenal dengan rasa hangat dan baunya yang khas, adapun fluorida berguna bagi kesehatan gigi sebagai pencegah terjadinya karies dengan memperkuat lapisan email dan mengurangi larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<b><span class="fullpost">Siwak sebagai zat antibakterial</span></b><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">El-Mostehy dkk (1998) melaporkan bahwa tanaman siwak mengandung zat-zat antibakterial. Darout et al. (2000) Melaporkan bahwa antimikrobial dan efek pembersih pada miswak telah ditunjukkan oleh variasi kandungan kimiawi yang dapat terdeteksi pada ekstraknya. Efek ini dipercaya berhubungan dengan tingginya kandungan Sodium Klorida dan Pottasium Klorida seperti salvadourea dan salvadorine, saponin, tannin, vitamin C, silika dan resin, juga cyanogenic glycoside dan benzylsothio-cyanate. Hal ini dilaporkan bahwa komponen anionik alami terdapat pada spesies tanaman ini yang mengandung agen antimikrobial yang melawan beberapa bakteri. Nitrat (NO3-) dilaporkan mempengaruhi transportasi aktif porline pada Escherichia coli seperti juga pada aldosa dari E. coli dan Streptococcus faecalis. Nitrat juga mempengaruhi transport aktif oksidasi fosforilasi dan pengambilan oksigen oleh Pseudomonas aeruginosa dan Stapyhylococcus aureus sehingga terhambat.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Menurut hasil penelitian Gazi et al. (1987) ekstrak kasar batang kayu siwak pada pasta gigi yang dijadikan cairan kumur, dikaji sifat-sifat antiplaknya dan efeknya terhadap komposisi bakteri yang menyusun plak dan menyebabkan penurunan bakteri gram negatif batang.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Penyusun (2005) di dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Serbuk Kayu Siwak (Salvadora persica) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans Dan Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Lempeng Agar” menemukan bahwa ekstrak serbuk kayu siwak bersifat antibakterial sedang terhadap bakteri S. mutans dan S. aureus.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<b><span class="fullpost">Siwak sebagai “oral cleaner device” (alat pembersih mulut)</span></b><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Siwak sangat efektif sebagai alat pembersih mulut. Almas (2002) meneliti perbandingan pengaruh antara ekstrak siwak dengan Chlorhexidine Gluconate (CHX) yang sering digunakan sebagai cairan kumur (mouthwash) dan zat anti plak pada dentin manusia dengan SEM (Scanning Electron Microscopy). Almas melaporkan bahwa 50% ekstrak siwak dan CHX 0,2% memiliki efek yang sama pada dentin manusia, namun ekstrak siwak lebih banyak menghilangkan lapisan noda-noda (Smear layer) pada dentin.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Sebuah penelitian tentang Periodontal Treatment (Perawatan gigi secara berkala) dengan mengambil sampel terhadap 480 orang dewasa berusia 35-65 tahun di kota Makkah dan Jeddah oleh para peneliti dari King Abdul Aziz University Jeddah, menunjukkan bahwa Periodontal Treatment untuk masyarakat Makkah dan Jeddah adalah lebih rendah daripada treatment yang harus diberikan kepada masyarakat di negara lain, hal ini mengindikasikan rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap Periodontal Treatment.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<span class="fullpost">Penelitian lain dengan menjadikan serbuk (powder) siwak sebagai bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran serbuk siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil terbaik bagi kesehatan gigi secara sempurna adalah dengan menggunakan pasta gigi dengan butiran-butiran serbuk siwak, karena butiran-butiran serbuk siwak tersebut mampu menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang masih bersarang pada sela-sela gigi. Hal ini yang mendorong perusahaan-perusahaan pasta gigi di dunia menyertakan serbuk siwak ke dalam produk pasta gigi mereka. WHO (World Health Organization) turut menjadikan siwak sebagai salah satu komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan dibudidayakan.</span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<i><span class="fullpost">(Diadopsi dari Skripsi penyusun yang berjudul “PENGARUH EKSTRAK SERBUK KAYU SIWAK (Salvadora persica) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus mutans DAN Staphylococcus aureus DENGAN METODE DIFUSI LEMPENG AGAR), 2005, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya</span></i></div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span></div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-84924613742610791932010-03-10T06:57:00.000-08:002010-03-10T06:58:16.192-08:00Cinta Rasulullah Terhadap Umatnya<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL2m94d2EAFeNHZSn6lZnxN0x7AuvmdThSv5J8lVb8nsZkiB16A0ly-uXOetpLt0E5JSb6Iw4tYX2jaYQlsD1T7Bi3074poBpIXkj6QjXaMH9fBVVdVhi1O40XRlO-nJaDhJ9oYa6J9uVQ/s1600-h/Nabi+Muhammad.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="141" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL2m94d2EAFeNHZSn6lZnxN0x7AuvmdThSv5J8lVb8nsZkiB16A0ly-uXOetpLt0E5JSb6Iw4tYX2jaYQlsD1T7Bi3074poBpIXkj6QjXaMH9fBVVdVhi1O40XRlO-nJaDhJ9oYa6J9uVQ/s200/Nabi+Muhammad.jpg" width="200" /></a></div><span id="fullpost">Islam sampai kepada kita saat ini tidak lain berkat jasa Baginda Rasulullah Muhammad Saw sebagai sosok penyampai risalah Allah yang benar dan di ridhai. Dan nanti di padang mahsyar, tiap umat Islam pasti akan meminta syafa’at dari beliau dan menginginkan berada di barisan beliau. Namun, pengakuan tidaklah cukup sekedar pengakuan. Pasti yang mengaku umat beliau akan berusaha mengikuti jejak beliau dengan jalan mengikuti sunnah-sunnah beliau dan senantiasa membasahi bibir ini dengan mendoakan beliau dengan cara memperbanyak shalawat kepada Rasulullah</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi pekerti Rasulullah tercinta, Sayyidina Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam hingga salah seorang istri beliau, Sayyidatina Aisyah mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah “Al-Qur’an”. Tidak satu perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau, melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya perilaku keseharian beliau. Rasulullah adalah sosok yang mandiri dengan sifat tawadhu’ yang tiada tandingnya.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Beliau pernah menjahit sendiri pakaiannya yang koyak tanpa harus menyuruh istrinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah sosok yang ringan tangan dan tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan istrinya di dapur. Selain itu dikisahkan bahwa beliau tiada merasa canggung makan disamping seorang tua yang penuh kudis, kotor lagi miskin. Beliau adalah sosok yang paling sabar dimana ketika itu pernah kain beliau ditarik oleh seorang Badui hingga membekas merah dilehernya, namun beliau hanya diam dan tidak marah.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami shalat berjamaah, para sahabat mendapati seolah-olah setiap beliau berpindah rukun terasa susah sekali dan terdengar bunyi yang aneh. Seusai sholat, salah seorang sahabat, Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya, “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya Rasulullah?.” “Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar.” Jawab Rasulullah. “Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekkan? Kami yakin baginda sedang sakit”. Desak Sayyidina Umar penuh cemas.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Akhirnya, Rasulullah pun mengangkat jubahnya. Para sahabatpun terkejut ketika mendapati perut Rasulullah yang kempis tengah di lilit oleh sehelai kain yang berisi batu kerikil sebagai penahan rasa lapar. Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh Rasulullah bergerak. Para sahabat pun berkata, “Ya Rasulullah, adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya untuk tuan?.” Baginda Rasulullah pun menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi, apa jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah buatku, agar kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Teramat agung pribadi Rasulullah sehingga para sahabat yang ditanya oleh seorang Badui tentang akhlak beliau hanya mampu menangis karena tak sanggup untuk menggambarkan betapa mulia akhlak beliau. Beliau diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia dan sebagai suri tauladan yang baik sepanjang zaman.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Saudaraku, sungguh kehadiran Rasulullah adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia lewat segala hal yang beliau contohkan kepada umat manusia. Beliau tidak pernah pandang bulu dalam hal menghargai manusia, penuh kasih sayang, tidak pernah mendendam, malahan beliau pernah menangis ketika mengetahui bahwa balasan kekafiran adalah neraka yang menyala-nyala hingga menginginkan umat manusia untuk meng-esakan Allah.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Cukup kiranya beliau yang jadi suri tauladan kita, umat Islam khususnya yang hari ini sebagian sudah sangat jauh dari akhlak Rasulullah, baik dalam tindakan maupun perkataan yang menyejukkan. apa yang dikatakan oleh seorang sastrawan Pakistan, Muhammad Iqbal dalam salah satu karyanya dapat kita jadikan renungan bersama dimana beliau berkata: “Barangsiapa yang mengaku umat Nabi Muhammad, hendaklah berakhlak seperti beliau (Nabi Muhammad)”.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dalam salah satu hadits dikatakan bahwa “Belum beriman seseorang sehingga aku (Rasulullah Muhammad Saw) lebih dicintainya daripada ayahnya, anak-anaknya dan seluruh manusia” (HR. Bukhari). Kita tidak tahu apakah nanti akan diakui Rasulullah sebagai umatnya atau tidak kelak di yaumul qiamah. Namun satu yang pasti bahwa semua ingin berada di barisan beliau. maka, marilah kita sama-sama berusaha untuk mengikuti akhlak beliau semampu diri kita, sebagai suri tauladan kita yang utama, memperbanyak ucapan sholawat untuknya, membela sunnahnya, bukan malah membelakanginya (mari berlindung dari hal demikian), sebagai bagian dari rasa cinta kita terhadapnya.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Mari kita sampaikan salam dan shalawat kepada Rasulullah, yang dengannya kita akan peroleh cinta dan Syafa’atnya kelak di yaumul mahsyar. insya Allah…Amiin.</span><br />
<span id="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span></div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-44061194108750451872010-03-10T06:31:00.000-08:002010-03-10T06:51:56.293-08:00Biografi Siti Aisyah<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5Oa5q3EYFzGHyVoW4T7IdXW-Cw2wGmOMuPSVbp1bZkH9dxzlPnvA8dvw8u53VKg11B_lRvdLBZ_wwsCdZKtjugNZjUhqDKGodbLi6fxtQpeZU9yzW416xYDW207vXDSDodk6a4wyMNOr9/s1600-h/Siti+Aisyah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5Oa5q3EYFzGHyVoW4T7IdXW-Cw2wGmOMuPSVbp1bZkH9dxzlPnvA8dvw8u53VKg11B_lRvdLBZ_wwsCdZKtjugNZjUhqDKGodbLi6fxtQpeZU9yzW416xYDW207vXDSDodk6a4wyMNOr9/s320/Siti+Aisyah.jpg" /></a></div><b>Siti Aisyah</b> memiliki gelar ash-Shiddiqah, sering dipanggil dengan Ummu Mukminin, dan nama keluarganya adalah Ummu Abdullah. Kadang-kadang ia juga dijuluki Humaira’. Namun Rasulullah sering memanggilnya Binti ash-Shiddiq. Ayah Aisyah bernama Abdullah, dijuluki dengan Abu Bakar. Ia terkenal dengan gelar ash-Shiddiq. Ibunya bernama Ummu Ruman. Ia berasal dari suku Quraisy kabilah Taimi di pihak ayahnya dan dari kabilah Kinanah di pihak ibu.<br />
<br />
Sementara itu, garis keturunan Siti Aisyah dari pihak ayahnya adalah Aisyah binti Abi Bakar ash-Shiddiq bin Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Umar bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Fahr bin Malik. Sedangkan dari pihak ibu adalah Aisyah binti Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Abd Syams bin Itab bin Adzinah bin Sabi’ bin Wahban bin Harits bin Ghanam bin Malik bin Kinanah.<br />
<br />
Siti Aisyah lahir pada bulan Syawal tahun ke-9 sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 614 Masehi, yaitu akhir tahun ke-5 kenabian. Kala itu, tidak ada satu keluarga muslim pun yang menyamai keluarga Abu Bakar ash-Shiddiq dalam hal jihad dan pengorbanannya demi penyebaran agama Islam. Rumah Abu Bakar saat itu menjadi tempat yang penuh berkah, tempat makna tertinggi kemuliaan, kebahagiaan, kehormatan, dan kesucian, dimana cahaya mentari Islam pertama terpancar dengan terang.<br />
<br />
Dari perkembangan fisik, Siti Aisyah termasuk perempuan yang sangat cepat tumbuh dan berkembang. Ketika menginjak usia sembilan atau sepuluh tahun, ia menjadi gemuk dan penampilannya kelihatan bagus, padahal saat masih kecil, ia sangat kurus. Dan ketika dewasa, tubuhnya semakin besar dan penuh berisi. Aisyah adalah wanita berkulit putih dan berparas elok dan cantik. Oleh karena itu, ia dikenal dengan julukan Humaira’ (yang pipinya kemerah-merahan). Ia juga perempuan yang manis, tubuhnya langsing, matanya besar, rambutnya keriting, dan wajahnya cerah.<br />
<br />
Tanda-tanda ketinggian derajat dan kebahagiaan telah tampak sejak Siti Aisyah masih kecil pada perilaku dan grak-geriknya. Namun, seorang anak kecil tetaplah anak kecil, dia tetap suka bermain-main. Walau masih kecil, Aisyah tidak lupa tetap menjaga etika dan adab sopan santun ajaran Rasulullah di setiap kesempatan.<br />
<br />
Pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah merupakan perintah langsung dari Allah, setelah wafatnya Siti Khadijah. Setelah dua tahun wafatnya Khadijah, turunlah wahyu kepada kepada Rasulullah untuk menikahi Aisyah, kemudian Rasulullah segera mendatangi Abu Bakar dan istrinya, mendengar kabar itu, mereka sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah setuju menikahi putri mereka. Maka dengan segera disuruhlah Aisyah menemui beliau.<br />
<br />
Pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah terjadi di Mekkah sebelum hjirah pada bulan Syawal tahun ke-10 kenabian. Ketika dinikahi Rasulullah, Siti Aisyah masih sangat belia. Di antara istri-istri yang beliau nikahi, hanyalah Aisyah yang masih dalam keadaan perawan. Aisyah menikah pada usia 6 tahun. Tujuan inti dari pernikahan dini ini adalah untuk memperkuat hubungan dan mempererat ikatan kekhalifahan dan kenabian. Pada waktu itu, cuaca panas yang biasa dialami bangsa Arab di negerinya menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak perempuan menjadi pesat di satu sisi. Di sisi lain, pada sosok pribadi yang menonjol, berbakat khusus, dan berpotensi luar biasa dalam mengembangkan kemampuan otak dan pikiran, pada tubuh mereka terdapat persiapan sempurna untuk tumbuh dan berkembang secara dini.<br />
<br />
Pada waktu itu, karena Siti Aisyah masih gadis kecil, maka yang dilangsungkan baru akad nikah, sedangkan perkawinan akan dilangsungkan dua tahun kemudian. Selama itu pula beliau belum berkumpul dengan Aisyah. Bahkan beliau membiarkan Aisyah bermain-main dengan teman-temannya. Kemudian, ketika Aisyah berusaha 9 tahun, Rasulullah menyempurnakan pernikahannya dengan Aisyah. Dalam pernikahan itu, Rasulullah memberikan maskawin 500 dirham. Setelah pernikahan itu, Aisyah mulai memasuki rumah tangga Rasulullah.<br />
<br />
Pernikahan seorang tokoh perempuan dunia tersebut dilangsungkan secara sederhana dan jauh dari hura-hura. Hal ini mengandung teladan yang baik dan contoh yang bagus bagi seluruh muslimah. Di dalamnya terkandung hikmah dan nasehat bagi mereka yang menganggap penikahan sebagai problem dewasa ini, yang hanya menjadi simbol kemubaziran dan hura-hura untuk menuruti hawa nafsu dan kehendak yang berlebihan.<br />
<br />
Dalam hidupnya yang penuh jihad, Siti Aisyah wafat dikarenakan sakit pada usia 66 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan, tahun ke-58 Hijriah. Ia dimakamkan di Baqi’. Aisyah dimakamkan pada malam itu juga (malam Selasa tanggal 17 Ramadhan) setelah shalat witir. Ketika itu, Abu Hurairah datang lalu menshalati jenazah Aisyah, lalu orang-orang pun berkumpul, para penduduk yang tinggal di kawasan-kawasan atas pun turun dan datang melayat. Tidak ada seorang pun yang ketika itu meninggal dunia dilayat oleh sebegitu banyak orang melebihi pelayat kematian Aisyah.<br />
<br />
<b><i>Sumber Asli:</i></b><br />
<i>- Arief, Nurhaeni. Engkau Bidadari Para Penghuni Surga, Kisah Teladan Wanita Saleha. Kafila: Yogyakarta: 2008<br />
- Taman, Muslich. Pesona Dua Ummul Mukminin, Teladan Terbaik Menjadi Wanita Sukses dan Mulia. Pustaka Al-Kautsar: Jakarta. 2008<br />
- Razwy, Syeda. A. Khadijah, The Greatest of First Lady of Islam. Alawiyah Abdurrahman (terj.). Mizan Publika: Jakarta. 2007<br />
- an-Nadawi, Sulaiman. ‘Aisyah, The Greatest Woman in Islam. Firdaus (terj.). Qisthi: Jakarta. 2007<br />
- asy-Syathi’, Aisyah Abdurrahman. Nisa’ an-Nabiy Alaihi ash-Shalatu wa as-Salam. Zaki Alkaf (terj.). Pustaka Hidayah: Bandung. 2001</i></div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-11150339178835721262010-03-06T23:25:00.000-08:002010-03-06T23:25:35.246-08:00Keutamaan Sholawat kepada Rasulullah SAW<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd8zMhgCcA8CikdL81PNr2tkQTV3a13ymr2SkEkIW0Yh_NChpyc_HIOHUoy6xn-2PDsaOXCj_rR7HwoazOIT0SjrLlim1vp55-iztBkahlS1PJy-P5iwlHVrbk4N66Cbru9F8tOVMEubTx/s1600-h/sholawat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd8zMhgCcA8CikdL81PNr2tkQTV3a13ymr2SkEkIW0Yh_NChpyc_HIOHUoy6xn-2PDsaOXCj_rR7HwoazOIT0SjrLlim1vp55-iztBkahlS1PJy-P5iwlHVrbk4N66Cbru9F8tOVMEubTx/s200/sholawat.jpg" width="200" /></a></div><br />
Sufyan Ats Tsauri bercerita, " Aku melihat seorang lelaki, ia tidak mengangkat atau meletakkan kakinya kecuali bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Aku bertanya kepadanya, Hai pemuda, mengapa engkau tinggalkan tasbih dan tahlil dan hanya bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW ? "<br />
<div style="text-align: justify;"><br />
" Siapa kamu, semoga Allah memberimu kesehatan ? " tanya sang pemuda.<br />
<br />
" Aku adalah Sufyan Ats Tsauri. "<br />
<br />
" Kalau kamu bukan orang yang asing di zamanmu, aku tak akan membuat rahasiaku, ucap sang pemuda. ia lalu mulai bercerita.<br />
<br />
" Suatu hari aku bersama ayahku pergi haji ke baitullah al haram. Dalam perjalanan ayahku sakit dan meninggal dunia. Kulihat muka ayahku berubah hitam. Lalu kututup wajahnya dengan kain. Ketika menunggu mayatnya, aku sangat mengantuk sehingga aku tertidur. Dalam tidurku aku melihat seorang yang sangat tampan. Belum pernah aku melihat pria setampan dia, berpakaian sebersih pakaiannya. dan berbau seharum tubuhnya. Ia berjalan mendekati ayahku, menyingkap kain yang menutupi wajahnya, kemudian mengusapkan tangannya kewajah ayahku. Wajah yang semula hitam segera berubah menjadi putih. Setelah itu ia berbalik hendak pergi. Aku lali memegang bajunya dan bertanya, " Siapakah kamu sebenarnya, semoga Allah merahmatimu ? " Kedatanganmu sungguh merupakan karunia Allah bagiku. </div><div> </div>Tidakkah kamu mengenal aku. Aku adalah Muhammad bin Abdillah, kepadaku Quran telah diturunkan. Sesungguhnya ayahmu menyia - nyiakan dirinya. Namun, ia banyak bersholawat kepadaku. Ketika mengalami apa yang sedang ia alami, ia meminta tolong kepadaku, sedangkan aku adalah penolong bagi orang - orang yang banyak bersholawat kepadaku.<br />
<br />
Ketika bangun dari tidur, kulihat wajah ayahku telah berubah putih. Barang siapa ingin dekat dengan Al Musthafa dan bercakap - cakap dengannya hendaknya ia menyempurnakan asasnya, yaitu selalu mengikuti Rasulullah SAW dalam perbuatan, ucapan dan segala hal. Para salaf kita tidak pernah meninggalkan sunnah dalam setiap langkah mereka.<br />
<br />
Setiap orang yang ingin dekat dengan Nabi Muhammad SAW hendaknya melaksanakan perintah beliau walaupun hukumnya sunah, dan menjauhi segala larangan beliau walaupun hukumnya makruh. Karena semua amal umatnya akan ditunjukkan kepada beliau. Jika umatnya beramal saleh, beliau akan merasa senang, mencintai, dan menyebut - nyebut namanya sehingga Allah melimpahkan rahmatNya.<br />
<br />
Sholawat Kepada Nabi Muhammad Saw menjanjikan pahala yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda yang artinya : " <em>Barang siapa bersholawat kepadaku sekali, Allah akan bersholawat kepadanya 10 kali. </em>" ( HR Muslim, Turmudzi, Abu Dawud,Nasai dan Ahmad )<br />
<br />
Barang siapa bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW sewaktu duduk, ia akan di ampuni sebelum berdiri. Dan barang siapa bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW sewaktu tidur, ia akan di ampuni sebelum bangun.<br />
<br />
Diriwayatkan bahwa Sayidina Abu Bakar Ash Shiddiq meminta ibunya untuk memeluk agama islam, namun ia menolak, kemudian Sayidina Abu Bakar pergi kerumah Rasulullah SAw mengabarkan hal ini. Ketika hendak pulang, ia memohon doa Rasulullah SAW agar ibunya masuk islam. Rasulullah SAW mengabulkan permintaannya. Sesampainya di rumah, Sayidina Abu Bakar melihat ibunya sedang tidur sambil bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah bangun dari tidurnya ia segera masuk islam.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Kejadian ini semua adalah berkat sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sholawat merupakan guru bagi mereka yang tak memiliki guru, karenanya sholawat tidak butuh guru maupun hudhur tetapi akan lebih sempurna jika diucapkan dengan hati yang hudhur. Riya' tidak dapat menghapuskan pahala sholawat. <i><b>Al Habib Ahmad bin Ali Assegaff</b></i></div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-10295140638744449002010-03-06T19:04:00.000-08:002010-03-06T19:09:07.610-08:00Syekh Yusuf - Seorang Ulama, Sufi dan Pejuang<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj60cM_GiksVnxAHcxd59wZXbw5cM6IX__-gjazctl3Hf61BbSuBX50uVYbxYHZpTYVrWzF8yz1dnscv4gxhmkPHMV-IoDlEU5IX3Y5TsPUeEfSsDJjKm13GjAKT3eJUXW0jD5sNOnGiu0a/s1600-h/makam+syusuf.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj60cM_GiksVnxAHcxd59wZXbw5cM6IX__-gjazctl3Hf61BbSuBX50uVYbxYHZpTYVrWzF8yz1dnscv4gxhmkPHMV-IoDlEU5IX3Y5TsPUeEfSsDJjKm13GjAKT3eJUXW0jD5sNOnGiu0a/s320/makam+syusuf.jpg" /></a></div><span id="fullpost"><b>Syekh Yusuf</b> berasal dari keluarga bangsawan tinggi di kalangan suku bangsa Makassar dan mempunyai pertalian kerabat dengan raja-raja Banten, Gowa, dan Bone. Syekh Yusuf sendiri dapat mengajarkan beberapa tarekat sesuai dengan ijazahnya. Seperti tarekat Naqsyabandiyah, Syattariyah, Ba`alawiyah, dan Qadiriyah. Namun dalam pengajarannya, Syekh Yusuf tidak pernah menyinggung pertentangan antara Hamzah Fansuri yang mengembangkan ajaran wujudiyah dengan Syekh Nuruddin Ar-Raniri dalam abad ke-17 itu.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Nama lengkapnya <b>Tuanta Salamka ri Gowa Syekh Yusuf Abul Mahasin Al-Yaj Al-Khalwati Al-Makassari Al-Banteni</b>. Tapi, ia lebih populer dengan sebutan Syekh Yusuf. Sejak tahun 1995 namanya tercantum dalam deretan pahlawan nasional, berdasar ketetapan pemerintah RI.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Kendati putra Nusantara, namanya justru berkibar di Afrika Selatan. Ia dianggap sebagai sesepuh penyebaran Islam di negara di benua Afrika itu. Tiap tahun, tanggal kematiannya diperingati secara meriah di Afrika Selatan, bahkan menjadi semacam acara kenegaraan. Bahkan, Nelson Mandela yang saat itu masih menjabat presiden Afsel, menjulukinya sebagai ‘Salah Seorang Putra Afrika Terbaik’.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Syekh Yusuf lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, tanggal 03 Juli 1626 dengan nama Muhammad Yusuf. Nama itu merupakan pemberian Sultan Alauddin, raja Gowa, yang merupakan karib keluarga Gallarang Monconglo’E, keluarga bangsawan dimana Siti Aminah, ibunda Syekh Yusuf berasal. Pemberian nama itu sekaligus mentasbihkan Yusuf kecil menjadi anak angkat raja.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Syekh Yusuf sejak kecil diajar serta dididik secara Islam. Ia diajar mengaji Alquran oleh guru bernama Daeng ri Tasammang sampai tamat. Di usianya ke-15, Syekh Yusuf mencari ilmu di tempat lain, mengunjungi ulama terkenal di Cikoang yang bernama Syekh Jalaluddin al-Aidit, yang mendirikan pengajian pada tahun 1640.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Syekh Yusuf meninggalkan negerinya, Gowa, menuju pusat Islam di Mekah pada tanggal 22 September 1644 dalam usia 18 tahun. Ia sempat singgah di Banten dan sempat belajar pada seorang guru di Banten. Di sana ia bersahabat dengan putra mahkota Kerajaan Banten, Pengeran Surya. Saat ia mengenal ulama masyhur di Aceh, Syekh Nuruddin ar Raniri, melalui karangan-karangannya, pergilah ia ke Aceh dan menemuinya.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Setelah menerima ijazah tarekat Qadiriyah dari Syekh Nuruddin, Syekh Yusuf berusaha ke Timur Tengah. Beliau ke Arab Saudi melalui Srilanka.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Di Arab Saudi, mula-mula Syekh Yusuf mengunjungi negeri Yaman, berguru pada Sayed Syekh Abi Abdullah Muhammad Abdul Baqi bin Syekh al-Kabir Mazjaji al-Yamani Zaidi al-Naqsyabandi. Ia dianugerahi ijazah tarekat Naqsyabandi dari gurunya ini.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Perjalanan Syekh Yusuf dilanjutkan ke Zubaid, masih di negeri Yaman, menemui Syekh Maulana Sayed Ali Al-Zahli.. Dari gurunya ini Syekh Yusuf mendapatkan ijazah tarekat Assa’adah Al-Baalawiyah. Setelah tiba musim haji, beliau ke Mekah menunaikan ibadah haji.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dilanjutkan ke Madinah, berguru pada syekh terkenal masa itu yaitu Syekh Ibrahim Hasan bin Syihabuddin Al-Kurdi Al-Kaurani. Dari Syekh ini diterimanya ijazah tarekat Syattariyah. Belum juga puas dengan ilmu yang didapat, Syekh Yusuf pergi ke negeri Syam (Damaskus) menemui Syekh Abu Al Barakat Ayyub Al-Khalwati Al-Qurasyi. Gurunya ini memberikan ijazah tarekat Khalwatiyah & Gelar tertinggi, Al-Taj Al-Khalawati Hadiatullah setelah dilihat kemajuan amal syariat dan amal Hakikat yang dialami oleh Syekh Yusuf.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Melihat jenis-jenis alirannya, diperoleh kesan bahwa Syekh Yusuf memiliki pengetahuan yang tinggi, meluas, dan mendalam. Mungkin bobot ilmu seperti itu, disebut dalam lontara versi Gowa berupa ungkapan (dalam bahasa Makassar): tamparang tenaya sandakanna (langit yang tak dapat diduga), langik tenaya birinna (langit yang tak berpinggir), dan kappalak tenaya gulinna (kapal yang tak berkemudi).</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Cara-cara hidup utama yang ditekankan oleh Syekh Yusuf dalam pengajarannya kepada murid-muridnya ialah kesucian batin dari segala perbuatan maksiat dengan segala bentuknya. Dorongan berbuat maksiat dipengaruhi oleh kecenderungan mengikuti keinginan hawa nafsu semata-mata, yaitu keinginan memperoleh kemewahan dan kenikmatan dunia. Hawa nafsu itulah yang menjadi sebab utama dari segala perilaku yang buruk. Tahap pertama yang harus ditempuh oleh seorang murid (salik) adalah mengosongkan diri dari sikap dan perilaku yang menunjukkan kemewahan duniawi.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Ajaran Syekh Yusuf mengenai proses awal penyucian batin menempuh cara-cara moderat. Kehidupan dunia ini bukanlah harus ditinggalkan dan hawa nafsu harus dimatikan sama sekali. Melainkan hidup ini harus dimanfaatkan guna menuju Tuhan. Gejolak hawa nafsu harus dikuasai melalui tata tertib hidup, disiplin diri dan penguasaan diri atas dasar orientasi ketuhanan yang senantiasa melingkupi kehidupan manusia.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Hidup, dalam pandangan Syekh Yusuf, bukan hanya untuk menciptakan keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi. Namun, kehidupan ini harus dikandungi cita-cita dan tujuan hidup menuju pencapaian anugerah Tuhan.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dengan demikian Syekh Yusuf mengajarkan kepada muridnya untuk menemukan kebebasan dalam menempatkan Allah Yang Mahaesa sebagai pusat orientasi dan inti dari cita, karena hal ini akan memberi tujuan hidup itu sendiri.</span><br />
<br />
<b><span id="fullpost">Terlibat pergerakan naasional</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
<span id="fullpost">Setelah hampir 20 tahun menuntut ilmu, ia pulang ke kampung halamannya, Gowa. Tapi ia sangat kecewa karena saat itu Gowa baru kalah perang melawan Belanda. Di bawah Belanda, maksiat merajalela. Setelah berhasil meyakinkan Sultan untuk meluruskan pelaksanaan syariat Islam di Makassar, ia kembali merantau. Tahun 1672 ia berangkat ke Banten. Saat itu Pangeran Surya sudah naik tahta dengan gelar Sultan Ageng Tirtayasa.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Di Banten ia dipercaya sebagai mufti kerajaan dan guru bidang agama. Bahkan ia kemudian dinikahkan dengan anak Sultan, Siti Syarifah. Syekh Yusuf menjadikan Banten sebagai salah satu pusat pendidikan agama. Murid-muridnya datang dari berbagai daerah, termasuk di antaranya 400 orang asal Makassar di bawah pimpinan Ali Karaeng Bisai. Di Banten pula Syekh Yusuf menulis sejumlah karya demi mengenalkan ajaran tasawuf kepada umat Islam Nusantara.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Seperti banyak daerah lainnya saat itu, Banten juga tengah gigih melawan Belanda. Permusuhan meruncing, sampai akhirnya meletus perlawanan bersenjata antara Sutan Ageng di satu pihak dan Sultan Haji beserta Kompeni di pihak lain. Syekh Yusuf berada di pihak Sultan Ageng dengan memimpin sebuah pasukan Makassar.Namun karena kekuatan yang tak sebanding, tahun 1682 Banten menyerah.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Maka mualilah babak baru kehidupan Syekh Yusuf; hidup dalam pembuangan. Ia mula-mula ditahan di Cirebon dan Batavia (Jakarta), tapi karena pengaruhnya masih membahayakan pemerintah Kolonial, ia dan keluarga diasingkan ke Srilanka, bulan September 1684.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Bukannya patah semangat, di negara yang asing baginya ini ia memulai perjuangan baru, menyebarkan agama Islam. Dalam waktu singkat murid-muridnya mencapai jumlah ratusan, kebanyakan berasal dari India Selatan. Ia juga bertemu dan berkumpul dengan para ulama dari berbagai negara Islam. Salah satunya adalah Syekh Ibrahim Ibn Mi’an, ulama besar yang dihormati dari India. Ia pula yang meminta Syekh Yusuf untuk menulis sebuah buku tentang tasawuf, berjudul Kayfiyyat Al-Tasawwuf.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Ia juga bisa leluasa bertemu dengan sanak keluarga dan murid-muridnya di negeri ini. Kabar dari dan untuk keluarganya ini disampaikan melalui jamaah haji yang dalam perjalan pulang atau pergi ke Tanah Suci selalu singgah ke Srilanka. Ajaran-ajarannya juga disampaikan kepada murid-muridnya melalui jalur ini.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Hal itu merisaukan Belanda. Mereka menganggap Syekh Yusuf tetap merupakan ancaman, sebab dia bisa dengan mudah mempengaruhi pengikutnya untuk tetap memberontak kepada Belanda. Lalu dibuatlah skenario baru; lokasi pembuangannya diperjauh, ke Afrika Selatan.</span><br />
<br />
<b><span id="fullpost">Menekuni jalan dakwah</span></b><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost">Bulan Juli 1693 adalah kali pertama bagi Syekh Yusuf dan 49 pengikutnya menginjakkan kaki di Afrika selatan. Mereka sampai di Tanjung Harapan dengan kapal De Voetboog dan ditempatkan di daerah Zandvliet dekat pantai (tempat ini kemudian disebut Madagaskar).</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Di negeri baru ini, ia kembali menekuni jalan dakwah. Saat itu, Islam di Afrika Selatan tengah berkembang. Salah satu pelopor penyebaran Islam di Imam Abdullah ibn Kadi Abdus Salaam atau lebih dikenal dengan julukan Tuan Guru (mister teacher).</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Tuan Guru lahir di Tidore. Tahun 1780, ia dibuang ke Afrika Selatan karena aktivitasnya menentang penjajah Belanda. Selama 13 tahun ia mendekam sebagai tahanan di Pulau Robben, sebelum akhirnya dipindah ke Cape Town. Kendati hidup sebagai tahanan, aktivitas dakwah pimpinan perlawanan rakyat di Indonesia Timur ini tak pernah surut.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Jalan yang sama ditempuh Syekh Yusuf. Dalam waktu singkat ia telah mengumpulkan banyak pengikut. Selama enam tahun di Afrika Selatan, tak banyak yang diketahui tentang dirinya, sebab dia tidak bisa lagibertemu dengan jamaah haji dari Nusantara. Usianya pun saat itu telah lanjut, 67 tahun.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Ia tinggal di Tanjung Harapan sampai wafat tanggal 23 Mei 1699 dalam usia 73 tahun. Oleh pengikutnya, bangunan bekas tempat tinggalnya dijadikan bangunan peringatan. Sultan Banten dan Raja Gowa meminta kepada Belanda agar jenazah Syekh Yusuf dikembalikan, tapi tak diindahkan. Baru setelah tahun 1704, atas permintaan Sultan Abdul Jalil, Belanda pengabulkan permintaan itu. Tanggal 5 April 1705 kerandanya tiba di Gowa untuk kemudian dimakamkan di Lakiung keesokan harinya.</span><br />
<br />
<b><span id="fullpost">Syekh Yusuf di Sri Lanka</span></b><br />
<br />
<span id="fullpost">Di Sri Lanka, Syekh Yusuf tetap aktif menyebarkan agama Islam, sehingga memiliki murid ratusan, yang umumnya berasal dari India Selatan. Salah satu ulama besar India, Syekh Ibrahim ibn Mi’an, termasuk mereka yang berguru pada Syekh Yusuf.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Melalui jamaah haji yang singgah ke Sri Lanka, Syekh Yusuf masih dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya di Nusantara, sehingga akhirnya oleh Belanda, ia diasingkan ke lokasi lain yang lebih jauh, Afrika Selatan, pada bulan Juli 1693.</span><br />
<br />
<b><span id="fullpost">Syekh Yusuf di Afrika Selatan</span></b><br />
<span id="fullpost">Di Afrika Selatan, Syekh Yusuf tetap berdakwah, dan memiliki banyak pengikut. Ketika ia wafat pada tanggal 23 Mei 1699, pengikutnya menjadikan hari wafatnya sebagai hari peringatan. Bahkan, Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan, menyebutnya sebagai ‘Salah Seorang Putra Afrika Terbaik’.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Sebagai seorang ulama syariat, sufi dan khalifah tarikat dan seorang musuh besar Kompeni Belanda, Syekh Yusuf dianggap sebagai `duri dalam daging` oleh pemerintah Kompeni di Hindia Timur. Ia diasingkan ke Srilanka, kemudian dipindahkan ke Afrika Selatan, dan wafat di pengasingan Cape Town (Afrika Selatan) pada tahun 1699. Pada zamannya (abad ke-17), ia dikenal pada empat tempat, yaitu Banten dan Sulawesi Selatan (Indonesia), Srilanka, dan Afrika Selatan yang berjuang mewujudkan persatuan dan kesatuan untuk menentang penindasan dan perbedaan kulit.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Murid-murid Syekh Yusuf yang menganut tarekat Khalwatiyah terdapat di Banten, Srilanka, Cape Town, dan beberapa negara di sekitarnya. Mayoritas orang-orang Makassar dan Bugis di Sulawesi Selatan masih mengamalkan ajarannya sampai sekarang ini. </span></div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span></div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-37692635468827920432010-03-03T06:24:00.000-08:002010-03-03T06:24:47.572-08:00Halimah Sa'diyah - Mengasuh Nabi dengan Kasih<div style="text-align: justify;"> Inilah kisah tentang ketulusan. <b>Halimah as-Sa’diyah</b>, seorang wanita desa bersahaja, pergi ke Mekah, bersama suami dan bayinya yang masih mungil. Mereka turut dalam kafilah Bani Sa’ad. Ketika itu musim kemarau. Terik siang begitu menyengat. Perjalanan terasa sangat menyiksa. Halimah bercerita, “Semalaman aku dan suamiku tak bisa tidur. Si kecil terus menangis. Ia haus dan lapar. Tapi kami sudah tak punya apa-apa. Unta yang kami bawa sudah tidak mengeluarkan air susu.”<br />
<br />
Dengan tertatih, tibalah mereka ke Mekah. Wanita-wanita bersegera mencari anak susuan. Tak ketinggalan pula Halimah. Akan tetapi, ia sedikit tidak beruntung. Lewat dua hari ia belum juga mendapatkan bayi untuk ia susui. Hingga akhirnya terlintas seorang bayi yatim dari wanita tak berpunya. Namanya Muhammad bin Abdullah.<br />
<br />
Sebelum itu, ihwal bocah itu sebetulnya sudah didengar, tepatnya tatkala rombongan baru memasuki kota. “Aku tahu bahwa setiap orang dari kami telah ditawari bocah itu,” aku Halimah. “namun, ketika tahu bahwa ia sudah tak punya bapak, mereka enggan. Mereka beranggapan, bayi yatim kurang memberikan keuntungan. Ibunya yang janda takkan mampu memberi imbalan. Sedang kami mencari anak susuan adalah demi bayaran.”<br />
<br />
Dalam kebimbangan, Halimah mengadu kepada suaminya, Al-Harits bin Abdul Uzza, “Abang, aku tak hendak pulang tanpa membawa anak susuan. Bagaimana bila kubawa anak yatim itu saja.” “Ambillah ia,” jawab sang suami.”Barangkali Tuhan memendam kebaikan dalam diri bayi itu.” Halimah pun mantap memungut si bocah dari ibunya. Ketika membuka kain yang membungkus bayi, ia sontak merasa takjub, “Demi Allah, tak pernah kulihat bayi seindah ini. Lihat, wajahnya penuh cahaya.”<br />
<br />
Dibawalah bayi itu oleh mereka berdua dengan rasa suka cita. Halimah langsung menyusuinya. Ajaib. Air susunya mengalir lancar seketika. Bayi itu, juga putra Halimah, menjadi kekenyangan dibuatnya. Tak hanya itu. Unta tua yang mereka bawa juga mengeluarkan air susu dengan derasnya begitu suami Halimah memerahnya. Al-Harits keheranan. “Duhai adinda, demi Allah, aku merasa Engkau telah mengambil anak yang penuh keberkahan. Tidakkah Engkau menyaksikan pula keberuntungan demi keberuntungan menghampiri kita semenjak ia kita bawa serta.” Semenjak itu, keluarga kecil Halimah diguyur anugerah.<br />
<br />
Sudah merupakan kebiasaan ibu-ibu Arab masa itu menitipkan bayi mereka supaya diasuh dan disusui wanita pedesaan. Upaya ini bertujuan agar si bayi bisa tumbuh dalam lingkungan yang lebih asri. Desa Halimah terletak di kawasan pegunungan dekat Thaif, 60 kilometer dari kota Mekah. Udaranya bersih dan segar. <br />
<br />
Rasulullah berkembang dengan keistimewaan-keistimewaan. Usia lima bulan sudah pandai berjalan. Menginjak sembilan bulan, kemampuan verbalnya (bicara) sudah lancar. Dan ketika sudah berumur dua tahun, balita itu sudah dilepas bersama putra-putra Halimah yang lain untuk menggembala kambing.<br />
<br />
Halimah memberikan pendidikan yang baik kepada Al-Amin kecil. Ia sangat mencintainya. Dan tatkala masa penyusuan—yakni dua tahun—telah lewat, Halimah mesti menyerahkan anak itu kepada ibundanya, Aminah. Ia merasa berat hati. Ia masih ingin menuai berkah darinya. “Aku mengharapkan Anda masih bersedia menitipkan anak ini kepada kami. Biarlah ia bersama kami sampai lebih besar dan kuat. Aku khawatir ia jadi sakit-sakitan bila tinggal di Mekah.” Begitulah Halimah memohon kepada bunda Aminah. Ia terus meminta hingga akhirnya ibu rasul itu luluh hati. Kembalilah Halimah ke kampung halamannya dengan hati berbunga-bunga lantaran “bocah pilihan” itu masih bersamanya.<br />
<br />
Halimah memang bergelimang berkah kala itu. Setiap malam rumahnya terang benderang oleh pancaran wajah Nabi. Sampai tak perlu ia pasang lampu. Rejekinya kian melimpah ruah. Kambing-kambingnya beranak pinak dengan pesat serta memberikan susu yang melimpah. Padahal daerah bani Sa’ad kering kerontang dan tak menyediakan sabana yang cukup untuk gembala. Perlu dicatat, sebelum mengasuh Rasul, Halimah sekeluarga hidup dalam keserbaterbatasan.<br />
<br />
<b>DIBELAH</b><br />
<br />
Suatu waktu, Rasulullah SAW bermain-main dengan saudara angkatnya, Damrah. Tiba-tiba beliau terlentang seperti pingsan. Damrah memanggil ibunya, “Ibu lihatlah adik, adik ini kenapa?” Halimah bergegas datang. Sampai kepada Rasulullah SAW dia langsung memeluk. Seusai puas memeluk, dia tanya, “Mengapa nak, Engkau sakit?” Rasulullah SAW berkata, “Tadi ada tiga orang menangkap aku. Dibelah dadaku tapi tak sakit, dibasuh-basuh kemudian dijahit oleh mereka, juga tak terasa apa-apa, itu saja”. Halimah kebingungan. Tapi ia tak merasa dibohongi, sebab ia mafhum anak itu tak pernah berkata dusta. Halimah kemudian berkata pada suaminya, “Beruntung kita bang, anak kita bukan orang sembarangan. Kelak ia menjadi orang besar.”<br />
<br />
Kemudian setelah umur 4 tahun, Muhammad SAW dibawa oleh Halimah untuk diserahkan kembali kepada ibunya. Setelah itu dia tidak tahu apa yang terjadi pada bocah itu, sebab untuk dapat kabar di zaman itu sangat susah. Baru, ketika Rasulullah SAW berusia 40 tahun terdengarlah berita oleh Halimah, rupanya anak susuannya telah menjadi rasul. Maka dia berujar kepada suaminya, “Tidak sangka bang, anak susu kita, anak angkat kita jadi utusan Allah”. Halimah pun merasa sebagai wanita paling bahagia di dunia.<br />
<br />
Halimah as-Sa’diyah, putri Abu Dzuaib Abdullah bin Al-Harits adalah teladan bagi muslimah setiap zaman. Dengan keikhlasannya, ia menjadi sosok yang pernah mewarnai kehidupan Rasulullah SAW. Jabatan apa yang lebih hebat dari “Ibunda Pemimpin Umat Manusia”? Ia wafat di kota Madinah dan dimakamkan di Baqi’. Sebelum meninggal, ia sempat bertemu anak susuan yang paling dicintanya itu. Dan, bisa dipastikan, itulah puncak kebahagiaannya di dunia ini</div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-60267106861307150872010-02-18T03:54:00.000-08:002010-02-18T04:13:45.901-08:00Maulid dalam Goresan Pena Ulama<div class="snap_preview"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjor8dQtJe7OVVQ1ybTtWAY4RUCPlv5_7NTxiRPjXVVa8shORMpJrKhaeLhd1fajApZws-vsLAleAB-jZ3cIr0kX4SyPI4mYJRnL_aCnbtJEeITG9I7mK3MUFOfGAJtDcmFHNFkbSVFUov3/s1600-h/maulid.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjor8dQtJe7OVVQ1ybTtWAY4RUCPlv5_7NTxiRPjXVVa8shORMpJrKhaeLhd1fajApZws-vsLAleAB-jZ3cIr0kX4SyPI4mYJRnL_aCnbtJEeITG9I7mK3MUFOfGAJtDcmFHNFkbSVFUov3/s200/maulid.jpg" width="177" /></a></div><div style="text-align: justify;">Selain dengan menghayati sunnah Baginda Nabi Muhammad SAW, sudah menjadi kelaziman di dunia Islam dalam menyambut hari kelahiran beliau dengan membaca kisah perjalanan hidup Rasulullah SAW yang terkandung dalam kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama. Diantara kitab termasyhur yang menceritakan sejarah hidup beliau dari mulai detik-detik kelahiran hingga wafatnya, adalah kitab yang ditulis oleh Sayyid Ja’far Al Barzanji, Syaikh Muhammad Al Azab, Imam Wajihuddin Abdur Rahman bin Muhammad Ad Dibai’, Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, dll.</div><div></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Masyarakat kita menamakan karya-karya tersebut sebagai <b>kitab Maulid</b>. Hingga kini berbagai kitab Maulid tersebar luas di berbagai pelosok dunia islam, tak terkecuali di negeri kita. Di masing-masing daerah ada kitab Maulid yang lebih dikenal atau lebih banyak dibaca dibandingkan dengan yang lainnya. Karena selalu digunakan, kitab-kitab itupun terus dicetak ulang dan tetap diminati orang. Ada yang tersendiri, satu kitab terdiri dari satu kisah Maulid, tapi adapula kitab yang berisi kumpulan beberapa kisah Maulid.<br />
<br />
<span id="more-435"></span>Kitab-kitab tersebut dibaca oleh masyarakat Islam dalam majelis-majelis tertentu, terutama dalam bulan Maulid Nabi. Sesungguhnya kitab-kitab tersebut ditulis dengan penuh keikhlasan oelh penulisnya. Tujuan mereka semata-mata untuk mengabadikan sejarah kehidupan Rasulullah SAW untuk generasi yang akan datang, agar Beliau terus dikenal, dicintai dan diteladani oleh ummatnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Karenanya, karya tulis mereka itu diterima dan diberkahi Allah SWT. Salah satu tanda bahwa suatu amalan diterima oleh Allah adalah, ia kekal di hati masyarakat. Begitulah kitab Al Barzanji, Ad Dibai’, Al Azab, Al Habsyi dan lain-lain, terus mendapat sambutan umat Islam dari masa ke masa. Bukan saja di kawasan Nusantara, melainkan juga hampir diseluruh dunia. Tradisi membaca kitab Maulid kemudian tidak hanya berlaku di majelis peringatan Maulid atau pada bulan Maulid, melainkan juga pada bulan-bulan lain dan dalam berbagai kesempatan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di dalam Musnadnya, Imam Ahmad menyebutkan sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud (yang diterima melalui perawi-perwai yang terpercaya), “Apa-apa yang dianggap haq (benar) oleh sebagian besar umat Islam, itulah yang diridhai Allah, dan apa-apa yang dianggap batil (salah) oleh sebagian besar umat Islam, ia batil (salah) disisi Allah.”</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Ulama Penyusun Kitab Maulid</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Terlalu banyak ulama yang menulis kitab-kitab yang berkenaan dengan Maulid, yang ditulis dama berbagai bentuk penulisan, baik prosa maupun puisi. Ada yang singkat, sedang dan adapula yang panjang lebar. Menurut Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki dalam kitabnya <span style="font-style: italic;">Hawl Al Ihtifal bi Dzikr Al Mawlid an Nabawiy As Syarif</span>, karena banyaknya ulama yang menulis itu, sulit untuk merincinya. Meskipun demikian, kata beliau selanjutnya, sebagian kitab itu memang lebih utama dibandingkan yang lain.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berikut ini akan disebutkan sebagian saja dari mereka, terutama para <span style="font-style: italic;">huffaz al hadits</span> (para penghafal hadits) dan imam-imam terkemuka. Meskipun hanya sebagian kecil dari seluruh ulama yang telah menulis tentang tema ini, sesungguhnya itu cukup menjadi petunjuk akal pikiran umat Islam akan keutamaan dan kemulian Maulid Nabi.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Iniliah nama-nama yang disbutkan oleh Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki dalam kitabnya itu :</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">1. <span style="font-weight: bold;">Al Imam Al Muhaddits Al Hafizh Abdurrahman bin Ali</span>, yang terkenal dengan sebutan <span style="font-weight: bold;">Al Faraj Ibnul Jauzi</span> (wafat tahun 597 H), dengan kitab Maulidnya yang masyhur yang dinamakan <span style="font-style: italic;">Al ‘Arus</span>. Kitab ini telah dicetak di Mesir berulang kali.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. <span style="font-weight: bold;">Al Imam Al Muhaddits Al Musnid Al Hafizh Abu Al Khaththab Umar bin Ali bin Muhammad</span>, yang terkenal dengan sebutan <span style="font-weight: bold;">Ibn Dahyan Al Kalbi</span> (wafat tahun 633 H). Beliau mengarang satu kitab Maulid dengan tahqiq (editan) yang amat berfaedah, yang dinamakan <span style="font-style: italic;">At Tanwir Fi Maulid Al Basyir an Nadzir</span>.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">3. <span style="font-weight: bold;">Al Imam Syaikh Al Qurra wa Imam Al Qiraat Al Hafizh Al Muhaddits Al Musnid Al Jami’ Abul Khair Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Al Juzuri As Syafi’i</span> (wafat tahun 660 H). Kitab Maulidnya dalam bentuk manuskrip berjudul Urf At Ta’rif bi Al Maulid As Syarif.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">4. <span style="font-weight: bold;">Al Imam Al Mufti Al Muarrikh Al Muhaddits Al Hafizh Imaduddin Imail bin Umar bin Katsir</span>, penyusun tafsir dan kitab sejarah yang terkenal (wafat tahun 774 H). Ibnu Katsir telah menyusun satu kitab Maulid Nabi yang telah diterbitkan dan di tahqiq oleh Dr. Shalahuddin Al Munjid, kemudian kitab Maulid ini disyarahkan oleh Al Allamah Al Faqih As Sayyid Muhammad bin Salim Al Hafidz, mufti Tarim, dan diberi syarah pula oleh Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki, dan telah diterbitkan di Syria tahun 1387 H.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">5. <span style="font-weight: bold;">Al Imam Al Kabir wa Al Alim As Syahir Hafizh Al Islam wa Umdah Al Anam wa Marja’ Al Muhadditsin Al ‘Alam Al Hafizh Abdur Rahim bin Abdur Rahman Al Mishri</span>, yang terkenal dngan <span style="font-weight: bold;">Al Hafizh Al Iraqi</span> (725-808 H). Maulidnya yang mulia dinamakan <span style="font-style: italic;">Al Maurid Al Hana</span> yang telah disebutkan oleh banyak hafizh seperti Ibn Fahd dan As Suyuthi.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">6. <span style="font-weight: bold;">Al Imam Al Muahddits Al Hafizh Muhammad bin Abi Bakar bin Abdillah Al Qisi Ad Dimasyqi As Safi’i</span>, yang terkenal dengan sebutan <span style="font-weight: bold;">Al Hafizh bin Nashiruddin Ad Dimasyqi </span>(777-842H ). Beliau adalah ulama yang terkenal dalam membela Ibn Taymiyah, bahkan menulis kitab dalam menjawab berbagai tuduhan atas Ibn Taymiyah, Beliau telah menulis beberapa kitab Maulid, diantaranya <span style="font-style: italic;">Jami’ Al Atsar fi Maulid An Nabiy Al Mukhtar</span> dalam 3 Jilid, <span style="font-style: italic;">Al Lafzh Ar Raiq fi Maulid Khair Al Khaliq</span> berbentuk ringkasan, <span style="font-style: italic;">Maurid Ash Shadiy fi Maulid Al Hadi.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">7. <span style="font-weight: bold;">Al Imam Al Urraikh Al Kabir wa Al Hafizh Asy Syahir Muhammad bin Abdur Rahman Al Qahiri</span>, yang terkenal dengan sebutan<span style="font-weight: bold;"> Al Hafizh As Sakhawi</span> (831-902 H), yang mengarang kitab <span style="font-style: italic;">Adh-Dhau’ Al Lami’</span> dan kitab-kitab lain. Kitab Maulid yang disusunnya adalah <span style="font-style: italic;">Al Fakhr Al ‘Alawi fi Maulid An Nabawi</span>. Itu beliau sebutkan dalam kitabnya yang lain, <span style="font-style: italic;">Adh-Dhaul Lami’</span> (juz 8, hlm.18).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">8. <span style="font-weight: bold;">Al Allamah Al Faqih As Sayyid Ali Zainal Abidin As Samhudi Al Hasani</span>, pakar sejarah dari Madinah Al Munawwarah (wafat tahun 911 H). Kitab Maulidnya yang ringkas dinamakan <span style="font-style: italic;">Al Mawarid Al Haniyyah fi Maulid Khair Al Bariyyah</span>. Kitab ini ditulis dengan khat nasakah (salah satu gaya tulisan arab) yang cantik san bias didapat di perpustakaan-perpustakaan di Madinah, Mesir dan Turki.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">9. <span style="font-weight: bold;">Al Hafizh Wajihuddin Abdur Rahman bin Ali bin Muhammad Asy Syaibani Al Yamani Az Zabidi Asy Syafi’i</span>, yang terkenal dngan sebutan <span style="font-weight: bold;">Ad Dibai’</span>. Beliau yang lahir pada bulan Muharram 866 H dan meninggal dunia pada hari Jum’at 12 Rajab 944 H, adalah salah seorang Imam di zamannya dan termasuk ulama puncak di kalangan ahli hadits. Beliau telah membaca Shahih Bukhari lebih dari seratus kali, dan pernah membacanya sekali dalam waktu enam hari.<br />
Beliau telah menyusun maulid yang amat termasyhur dan dibaca diseluruh dunia, yakni Maulid <span style="font-style: italic;">Ad Dibai’</span>. Maulid ini juga telah ditahqiq dan diberi syarah oleh Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">10. <span style="font-weight: bold;">Al Allamah Al Faqih Al Hujjah Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al Haitami</span> (wafat tahun 974 H). Beliau adalah mufti mazhab Syafi’i di Mekkah Al Mukarromah. Beliau telah mengarang kitab Maulid yang sederhana (71 pasal) dengan tulisan khat nasakh yang jelas, bias didapat di Mesir dan Turki. Beliau memberinya judul Itmam <span style="font-style: italic;">An Ni’mah ‘Ala Al ‘Alam bi Maulid Sayyidi Waladi Adam.<br />
</span>Selain itu beliau juga menulis lagi satu kitab Maulid yang ringkas yang telah diterbitkan di Mesir dengan nama An Ni’mah Al Kubra ‘Ala Al ‘Alam fi Maulid Sayyidi Waladi Adam. As Syaikh Ibrahim Al Bajuri telah mensyarahnya dan dinamakan Tuhfah al Basyar ‘Ala Maulid Ibn Hajar.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">11. <span style="font-weight: bold;">Al ‘Allamah Al Faqih Asy Syaikh Muhammad bin Ahmad Asy Syarbini Al Khatib</span> (wafat tahun 977 H). Kitab Maulidnya dalam bentuk manuskrip sebanyak 50 halaman dengan tulisan yang kecil tetapi tetap dapat dibaca.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">12. <span style="font-weight: bold;">Al ‘Allamah Al Muhaddits Al Musnid Al Faqih Asy Syaikh Nuruddin Ali bin Sultan Al Harawi,</span> yang terkenal dengan sebutan <span style="font-weight: bold;">Al Mula Ali Al Qari</span> (wafat tahun 1014 H), yang mensyarah kitab <span style="font-style: italic;">Al Misykat.</span> Beliau juga mengarang kitab Maulid dengan judul <span style="font-style: italic;">Al Maulid Ar Rawi fi Al Maulid An Nabawi.</span> Kitab ini juga telah ditahqiq dan diberi syarah oleh Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki dan dicetak di Mathba’ah As Sa’adah Mesir tahun 1400 H/1980 M.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">13.<span style="font-weight: bold;"> Al ‘Allamah Al Muhaddits Al Musnid As Sayyid Ja’far bin Hasan bin Adul Karim Al Barzanji</span>, mufti mazhab Syafi’I di Madinah Al Munawwarah, ada perbedaan mengenai tahun wafatnya, 1177 H atau 1184 H. Beliau adalah penyusun Maulid yang sangat termasyhur, yakni <span style="font-style: italic;">Maulid Al Barzanji</span>. Sebagian ulama menyatakan judul sebenarnya kitab ini ialah <span style="font-style: italic;">‘Iqd Al Jauhar fi Maulid An Nabiy Al Azhar.</span><br />
Ini merupakan Maulid yang paling luas tersebar dinegara-negara Arab dan Negara-negara muslim lainnya, di timur dan abarat. Malah dihafal dan dibaca oleh orang-orang Arab dan ‘Ajam pada pertemuan-pertemuan mereka.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">14. <span style="font-weight: bold;">Al ‘Allamah Abu Al Barakat Ahmad bin Muhammad bi Ahmad Al ‘Adawi </span>yang terkenal dengan sebutan <span style="font-weight: bold;">Ad Dardir</span> (wafat tahun 1201 H). Kitab Maulidnya yang ringkas telah dicetak di Mesir dan terdapat syarah yang luas terhadapnya oleh Syaikhul Islam di Mesir, Al Allamah As Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad Al Baijuri atau Al Bajuri (wafat tahun 1277 H).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">15. <span style="font-weight: bold;">Al ‘Allamah As Syaikh Abdul Hadi Naja Al Abyari Al Mishri</span> (wafat tahun 1305 H). Beliau mengarang kitab Maulid yang ringkas, masih dalam bentuk manuskrip.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">16. <span style="font-weight: bold;">Al Imam Al ‘Arif Billah Al Muhaddits Al Musnid As Sayyid As Syarif Muhammad bin Ja’far Al Kattani Al Hasani</span> (wafat tahun 1345 h). Kitab Maulidnya, berjudul <span style="font-style: italic;">Al Yumn wa Al Is’ad bi Maulid Khair Al ‘Ibad</span> dalam 60 halaman, telah diterbitkan di Maghribi pada tahun 1345 H.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">17. <span style="font-weight: bold;">Al ‘Allamah Al Muhaqqiq Asy Syaikh Yusuf An Nabhani</span> (wafat tahun 1350 H). Kitab Maulidnya dalam bentuk susunan bait dinamakan <span style="font-style: italic;">Jawahir An Nazhm Al Badi’ fi Maulid As Syafi’I</span>, diterbitkan di Beirut berulang kali.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Disamping nama-nama ulama di atas, seorang ulama besar, yaitu <span style="font-weight: bold;">Al Imam Al ‘Allamah Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi</span>, juga menyusun sebuah kitab Maulid yang berjudul <span style="font-style: italic;">Simthud Durar</span>. Saat ini ktab Maulid sangat populer di tengah-tengah masyarakat Indonesia pada umumnya disamping kitab Maulid Al Barzanji, yang memeng jauh lebih dulu tersebar di pelosok Nusantara.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di Era sekarang inipun, <span style="font-weight: bold;">Al ‘Allamah Al Habib Umar bin Hafidz</span> juga telah menambah khzanah kepustakaan kitab Maulid Nabi dengan menuliskan sebuah kitab Maulid yang diberinya judul <span style="font-style: italic;">Ad-Dhiya’ Al Lami’.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-weight: bold;">Sumber :</span> <span style="font-style: italic;">Majalah Alkisah No.07/Tahun VI</span></span><span id="fullpost"><br />
</span></div></div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-30627002840355236922010-02-18T03:18:00.000-08:002010-02-18T03:18:00.092-08:00Abuya Assayyid Muhammad Bin Alwi Almaliki Alhasani<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxyo2R3KS0am9CcNeFUOXhQ6JmKQntwQx83IuHZz01Y5UpTFfiHQm6ic002lMwc4FOuuBsPuBjxxRFAk_YYkoCCatJQHG7urZJl5vleGUKP-qn9p0EtuAv1PDUrao9XKlU4eduwAsxJViW/s1600-h/sayyid-muhammad-bin-alwi-al-maliki.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxyo2R3KS0am9CcNeFUOXhQ6JmKQntwQx83IuHZz01Y5UpTFfiHQm6ic002lMwc4FOuuBsPuBjxxRFAk_YYkoCCatJQHG7urZJl5vleGUKP-qn9p0EtuAv1PDUrao9XKlU4eduwAsxJViW/s200/sayyid-muhammad-bin-alwi-al-maliki.jpg" width="146" /></a></div><div style="text-align: justify;"><strong>As Sayyid Prof. Dr. Muhammad bin Sayyid ‘Alawi bin Sayyid ‘Abbas bin Sayyid ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili</strong> lahir di kota suci Makkah pada <strong>tahun 1365 H</strong>. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, dimana ayah beliau Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki, dekat Bab As-salam </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ayah beliau, <strong>Sayyid Alwi bin Abbas Almaliki</strong> (kelahiran Makkah th 1328H), seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Disamping aktif dalam berdawah baik di Masjidil Haram atau di kota kota lainnya yang berdekatan dengan kota Makkah seperti Thoif, Jeddah dll, Sayyid Alwi Almaliki adalah seorang alim ulama yang pertama kali memberikan ceramah di radio Saudi setelah salat Jumat dengan judul “Hadist al-Jumah”.</div><div> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Begitu pula ayah beliau adalah seorang Qadhi yang selalu di panggil masyarakat Makkah jika ada perayaan pernikahan.Selama menjalankan tugas da’wah, Sayyid Alwi bin Abbas Almaiki selalu membawa kedua putranya Muhammad dan Abbas. Mereka berdua selalu mendampinginya kemana saja ia pergi dan berceramah baik di Makkah atau di luar kota Makkah. Adapun yang meneruskan perjalanan dakwah setelah wafat beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki dan Sayyid Abbas selalu berurusan dengan kemaslahatan kehidupan ayahnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana adat para <strong>Sadah</strong> dan <strong>Asyraf</strong> ahli Makkah, Sayyid Alwi Almaliki selalu menggunakan pakaian yang berlainan dengan ulama yang berada di sekitarnya. Beliau selalu mengenakan jubbah, serban (imamah) dan burdah atau rida yang biasa digunakan dan dikenakan Asyraf Makkah.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah wafat Sayyid Alwi Almaiki, anaknya Sayyid Muhammad tampil sebagai penerus ayahnya. Dan sebelumnya ia selalu mendapatkan sedikit kesulitan karena ia merasa belum siap untuk menjadi pengganti ayahnya. Maka langkah pertama yang diambil adalah ia melanjutkan studi dan ta’limnya terlebih dahulu. Beliau berangkat ke Kairo dan <strong>Universitas al-Azhar Assyarif</strong> merupakan pilihanya. Setelah meraih S1, S2 dan S3 dalam fak Hadith dan Ushuluddin beliau kembali ke Makkah untuk melanjutkan perjalanan yang telah di tempuh sang ayah. Disamping mengajar di Masjidi Haram di halaqah, beliau diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah bagian ilmu Hadith dan Usuluddin. Cukup lama beliau menjalankan tugasnya sebagai dosen di dua Universiatas tsb, sampai beliau memutuskan mengundurkan diri dan memilih mengajar di Masjidil Haram sambil menggarap untuk membuka majlis ta’lim dan pondok di rumah beliau.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Adapun pelajaran yang di berikan baik di masjid haram atau di rumah beliau tidak berpoin kepada ilmu tertentu seperti di Universitas. Akan tetapi semua pelajaran yang diberikannya bisa di terima semua masyarakat baik masyarakat awam atau terpelajar, semua bisa menerima dan semua bisa mencicipi apa yang diberikan Sayyid Maliki. Maka dari itu beliau selalu menitik-beratkan untuk membuat rumah yang lebih besar dan bisa menampung lebih dari 500 murid per hari yang biasa dilakukan selepas sholat Maghrib sampai Isya di rumahnya di Hay al Rashifah. Begitu pula setiap bulan Ramadan dan hari raya beliau selalu menerima semua tamu dan muridnya dengan tangan terbuka tanpa memilih golongan atau derajat. Semua di sisinya sama tamu-tamu dan murid murid, semua mendapat penghargaan yang sama dan semua mencicipi ilmu bersama-sama.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dari rumah beliau telah keluar ulama-ulama yang membawa panji Rasulallah ke suluruh pelosok permukaan bumi. Di mana negara saja kita dapatkan murid beliau, di India, Pakistan, Afrika, Eropa, Amerika, apa lagi di Asia yang merupakan sebagai orbit dahwah sayid Muhammad Almaliki, ribuan murid murid beliau yang bukan hanya menjadi kyai dan ulama akan tetapi tidak sedikit dari murid2 beliau yang masuk ke dalam pemerintahan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di samping pengajian dan taklim yang rutin di lakukan setiap hari pula beliau telah berusaha mendirikan pondok yang jumlah santrinya tidak sedikit, semua berdatangan dari seluruh penjuru dunia, belajar, makan, dan minum tanpa di pungut biaya sepeser pun bahkan beliau memberikan beasiswa kepada para santri sebagai uang saku. Setelah beberapa tahun belajar para santri dipulangkan ke negara-negara mereka untuk menyiarkan agama.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sayid Muhammad Almaliki dikenal sebagai guru, pengajar dan pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih-lebihan, dan selalu menerima hiwar dengan hikmah dan mauidhah hasanah.thariqahnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dalam kehidupannya beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang tidak bersependapat baik dengan pemikirannya atau dengan alirianya. Semua yang berlawanan diterima dengan sabar dan usaha menjawab dengan hikmah dan menklirkan sesuatu masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang jitu bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu dan berkesudahan. Beliau tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang yang di inginkan musuh Islam. Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser dari kedudukannya baik di Universitas dan ta’lim beliau di masjidil Haram. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Semua ini beliau terima dengan kesabaran dan keikhlasan bahkan beliau selalu menghormati orang orang yang tidak bersependapat dan sealiran dengannya, semasih mereka memiliki pandangan khilaf yang bersumber dari al-Quran dan Sunah. Adapun ulama yang telah mendapat gemblengan dari Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki, mereka pintar-pintar dan terpelajar. Di samping menguasai bahasa Arab, mereka menguasai ilmu-ilmu agama yang cukup untuk dijadikan marja’ dan reference di negara-negara mereka. Beliau ingin mengangkat derajat dan martabat Muslimin menjadi manusia yang berperilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan perasaannya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Beliau adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan jujur serta adil dan cinta kasih terhadap sesama. Itulah ajaran utama Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki. Beliau selalu menerima dan menghargai pendapat orang dan menghormati orang yang tidak sealiran dengannya atau tidak searah dengannya</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Karya Tulis Beliau</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di samping tugas beliau sebagai da’i, pengajar, pembibing, dosen, penceramah dan segala bentuk kegiatan yang bermanfaat bagi agama, beliau pula seorang pujangga besar dan penulis unggul. <em>Tidak kurang dari 100 buku yang telah dikarangnya</em>, semuanya beredar di seluruh dunia. Tidak sedikit dari kitab2 beliau yang beredar telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu, Indonesia dll.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sayyid Muhammad merupakan seorang penulis prolifik dan telah menghasilkan hampir seratus buah kitab. Beliau telah menulis dalam pelbagai topik agama, undang-undang, social serta sejarah, dan kebanyakan bukunya dianggap sebagai rujukan utama dan perintis kepada topik yang dibicarakan dan dicadangkan sebagai buku teks di Institusi-institusi Islam di seluruh dunia. Kita sebutkan sebahagian hasilnya dalam pelbagai bidang:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Aqidah:</strong> </div><div style="text-align: justify;">1. Mafahim Yajib an Tusahhah<br />
2. Manhaj As-salaf fi Fahm An-Nusus<br />
3. At-Tahzir min at-Takfir<br />
4. Huwa Allah<br />
5. Qul Hazihi Sabeeli<br />
6. Sharh ‘Aqidat al-‘Awam</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Tafsir:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">1. Zubdat al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an<br />
2. Wa Huwa bi al-Ufuq al-‘A’la<br />
3. Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ulum al-Quran<br />
4. Hawl Khasa’is al-Quran</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Hadith:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">1. Al-Manhal al-Latif fi Usul al-Hadith al-Sharif<br />
2. Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ilm Mustalah al-Hadith<br />
3. Fadl al-Muwatta wa Inayat al-Ummah al-Islamiyyah bihi<br />
4. Anwar al-Masalik fi al-Muqaranah bayn Riwayat al-Muwatta lil-Imam Malik</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Sirah:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">1. Muhammad (Sallallahu Alaihi Wasallam) al-Insan al-Kamil<br />
2. Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal al-Nabawiyyah<br />
3. ‘Urf al-Ta’rif bi al-Mawlid al-Sharif<br />
4. Al-Anwar al-Bahiyyah fi Isra wa M’iraj Khayr al-Bariyyah<br />
5. Al-Zakha’ir al-Muhammadiyyah<br />
6. Zikriyat wa Munasabat<br />
7. Al-Bushra fi Manaqib al-Sayyidah Khadijah al-Kubra</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Usul:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">1. Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi Usul al-Fiqh<br />
2. Sharh Manzumat al-Waraqat fi Usul al-Fiqh<br />
3. Mafhum al-Tatawwur wa al-Tajdid fi al-Shari‘ah al-Islamiyyah</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Fiqh:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">1. Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa ‘Alamiyyatuha<br />
2. Shawariq al-Anwar min Ad‘iyat al-Sadah al-Akhyar<br />
3. Abwab al-Faraj<br />
4. Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar<br />
5. Al-Husun al-Mani‘ah<br />
6. Mukhtasar Shawariq al-Anwar</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Lain-lain:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">1. Fi Rihab al-Bayt al-Haram (Sejarah Makkah)<br />
2. Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa al-‘Asabiyyah (Kajian Berkaitan Orientalis)<br />
3. Nazrat al-Islam ila al-Riyadah (Sukan dalam Islam)<br />
4. Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj al-Da‘wah ila Allah (Teknik Dawah)<br />
5. Ma La ‘Aynun Ra’at (Butiran Syurga)<br />
6. Nizam al-Usrah fi al-Islam (Peraturan Keluarga Islam)<br />
7. Al-Muslimun Bayn al-Waqi‘ wa al-Tajribah (Muslimun, Antara Realiti dan Pengalaman)<br />
8. Kashf al-Ghumma (Ganjaran Membantu Muslimin)<br />
9. Al-Dawah al-Islahiyyah (Dakwah Pembaharuan)<br />
10. Fi Sabil al-Huda wa al-Rashad (Koleksi Ucapan)<br />
11. Sharaf al-Ummah al-Islamiyyah (Kemulian Ummah Islamiyyah)<br />
12. Usul al-Tarbiyah al-Nabawiyyah (Metodologi Pendidikan Nabawi)<br />
13. Nur al-Nibras fi Asanid al-Jadd al-Sayyid Abbas (Kumpulan Ijazah Datuk beliau, As-Sayyid Abbas)<br />
14. Al-‘Uqud al-Lu’luiyyah fi al-Asanid al-Alawiyyah (Kumpulan Ijazah Bapa beliau, As-Sayyid Alawi)<br />
15. Al-Tali‘ al-Sa‘id al-Muntakhab min al-Musalsalat wa al-Asanid (Kumpulan Ijazah)<br />
16. Al-‘Iqd al-Farid al-Mukhtasar min al-Athbah wa al-Asanid (Kumpulan Ijazah)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Catatan diatas adalah kitab As-Sayyid Muhammad yang telah dihasilkan dan diterbitkan. Terdapat banyak lagi kitab yang tidak disebutkan dan juga yang belum dicetak.Kita juga tidak menyebutkan berapa banyak karya tulis yang telah dikaji, dan diterbitkan untuk pertama kali, dengan ta’liq (catatan kaki) dan komentar dari As-Sayyid Muhammad. Secara keseluruhannya, sumbangan As-Sayyid Muhammad amat agung.Banyak hasil kerja As-Sayyid Muhammad telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong><em>Mafahim Yujibu an-Tusahhah</em></strong> (Konsep-konsep yang perlu diluruskan) adalah salah satu kitab karya Sayyid Muhammad, red.) bersinar layaknya suatu kemilau mutiara. Inilah seorang manusia yang menantang rekan-rekan senegaranya, kaum Salafi-Wahhabi, dan membuktikan kesalahan doktrin-doktrin mereka dengan menggunakan sumber-sumber dalil mereka.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Untuk keberanian intelektualnya ini, Sayyid Muhammad dikucilkan dan dituduh sebagai “seorang yang sesat”. Beliau pun dicekal dari kedudukannya sebagai pengajar di Haram (yaitu di Masjidil Haram, Makkah, red.). Kitab-kitab karya beliau dilarang, bahkan kedudukan beliau sebagai professor di Umm ul-Qura pun dicabut. Beliau ditangkap dan passport-nya ditahan. Namun, dalam menghadapi semua hal tersebut, Sayyid Muhammad sama sekali tidak menunjukkan kepahitan dan keluh kesah. Beliau tak pernah menggunakan akal dan intelektualitasnya dalam amarah, melainkan menyalurkannya untuk memperkuat orang lain dengan ilmu (pengetahuan) dan tasawwuf.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada akhir hayatnya yang berkenaan dengan adanya kejadian teroris di Saudi Arabia, beliau mendapatkan undangan dari ketua umum Masjidil Haram Syeikh sholeh bin Abdurahman Alhushen untuk mengikuti <strong>“Hiwar Fikri”</strong> di Makkah yang diadakan pada tg 5 sd 9 Dhul Q’idah 1424 H dengan judul<strong> “Al-qhuluw wal I’tidal Ruya Manhajiyyah Syamilah”</strong>, di sana beliau mendapat kehormatan untuk mengeluarkan pendapatnya tentang thatarruf atau yang lebih poluler disebut ajaran yang beraliran fundamentalists atau extremist. Dan dari sana beliau telah meluncurkan sebuah buku yang sangat popular dikalangan masyarakat Saudi yang berjudul <strong>“Alqhuluw Dairah Fil Irhab Wa Ifsad Almujtama”</strong>. Dari situ, mulailah pandangan dan pemikiran beliau tentang da’wah selalu mendapat sambutan dan penghargaan masyarakat luas.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada tanggal 11/11/1424, beliau mendapat kesempatan untuk memberikan ceramah di hadapan wakil raja Amir Abdullah bin Abdul Aziz yang isinya beliau selalu menggaris-bawahi akan usaha menyatukan suara ulama dan menjalin persatuan dan kesatuan da’wah.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Beliau wafat hari jumat tanggal 15 ramadhan 1425 dan dimakamkan di pemakaman Al-Ma’la disamping kuburan istri Rasulullah Sayyidah Khadijah binti Khuwailid ra. Dan yang menyaksikan penguburan beliau seluruh umat muslimin yang berada di Makkah pada saat itu termasuk para pejabat, ulama, para santri yang datang dari seluruh pelosok negeri, baik dari luar Makkah atau dari luar negeri.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Semuanya menyaksikan hari terakhir beliau sebelum disemayamkan, semua menyaksikan janazah beliau setelah disembahyangkan di Masjidil Haram ba’da sholat isya yang dihadiri oleh tidak kurang dari sejuta manusia. Begitu pula selama tiga hari tiga malam rumahnya terbuka bagi ribuan orang yang ingin mengucapkan belasungkawa dan melakukan `aza’. Dan di hari terakhir `Aza, wakil Raja Saudi, Amir Abdullah bin Abdul Aziz dan Amir Sultan datang ke rumah beliau untuk memberikan sambutan belasungkawa dan mengucapkan selamat tinggal kepada pemimpin agama yang tidak bisa dilupakan umat.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Semoga kita bisa meneladani beliau. Amien.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;"><em>Sumber :</em> <a href="http://madinatulilmi.com/?prm=profil&id=42" target="_blank">http://madinatulilmi.com</a></span> </div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-72912980890790406252010-02-14T18:17:00.001-08:002010-02-14T18:17:43.639-08:00Al-Habib Ahmad bin Alwi Bahjadab<div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span>Tentang karamahnya pernah diceritakan bahawa anak lelaki salah seorang kawannya meninggal dunia. Kawannya itu sangat susah sekali. Seolah-olah kehidupannya terganggu oleh kematiannya. Ketika dibawa kehadapan <span style="font-weight: bold;">Sayid Ahmad Bahjadab</span> ia berkata: “Hai Sayid, doakan agar Allah menghidupkan puteraku kembali atau supaya aku dimatikan saja”. Sayid itu bertanya kepada Al-Qadhi Muhammad bin Husin: “Apakah boleh mendoakan semacam itu?” Jawab Al-Qadhi Muhammad bin Husin: “Mendoa semacam itu tetap boleh asalkan untuk mendatangkan kebaikan dan menjauhkan kerugian”. Kemudian Sayid Ahmad berkata: “Kemudian pada pertama kalinya aku akan doakan kamu agar tetap sabar dan redha menerima apa yang telah ditetapkan oleh Allah”. Setelah beliau berdoa, orang itu segera berkata: “Sekarang aku tetap rela apa yang telah ditetapkan oleh Allah”.<br />
<br />
<span id="fullpost">Diceritakan pula bahawa beliau sering bertemu dengan Khidir a.s. Pada suatu hari salah seorang muridnya yang bernama Awadh Ba Muhtar minta padanya agar ia dapat bertemu dengan Khidir. Jawab Sayid Ahmad: “Insya-Allah kamu akan menemuinya tapi kamu tak dapat”. Yang diucapkan oleh Sayid Ahmad itu ternyata benar, iaitu di suatu hari ketika Awadh Ba Muhtar sedang berada di atas gunung yang dikenal dengan nama Al Mu’jaz ia berjumpa dengan Khidir yang berlakon sebagai seorang Badwi sedangkan ia tidak pula mengenalnya. Ketika Badwi itu telah jauh ia berteriak dari jauh: “Hai Awadh Ba Muhtar, Assalamu Alaikum, segala hajatmu akan dikabulkan oleh Allah dan sampaikan salamku pada Sayid Ahmad”. Dengan terkejut Awadh berseru: “Datanglah ke mari, aku akan menanyakan sesuatu padamu”. jawab Khidir dari jauh: “Tidakkah telah dikatakan kepadamu oleh Sayid Ahmad bahawa kamu tidak akan dapat berbuat sesuatu terhadapku?” Kemudian Khidir segera lenyap dari pandangannya.<br />
<br />
Selain itu, beliau juga dikenal sebagai seorang mustajab segala doanya. Kerana itu setiap saat rumahnya selalu dipenuhi orang untuk mohon doa. Terutama bagi mereka yang sedang kena musibah. Sehubungan dengan itu pernah diceritakan bahawa pernah salah seorang muridnya bernama Umar bin Ali bin Mansur datang dari desanya mengeluh bahawa seluruh penduduk desanya sedang dalam kesulitan disebabkan musim kering yang terlalu lama. Ia datang mohon doa agar didoakan agar segera turun hujan. Jawab beliau: “Insya-Allah akan turun hujan di desamu pada hari Rabu mendatang. Ia segera pulang memberi berita gembira pada seluruh penduduk desanya. Apa yang diucapkan oleh beliau itu ternyata benar. Tepat di hari Rabu, Allah menurunkan hujan di desa muridnya itu. Sehingga tanahpun dapat hidup kembali.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Sayid Ahmad bin Alwi</span> ini wafat di kota <span style="font-weight: bold;">Tarim di tahun 973 H</span> dan dikuburkan di <span style="font-weight: bold;">tanah Zanbal</span>. Kuburnya banyak diziarahi orang.<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;"><span id="fullpost" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Dipetik dari: Kemuliaan Para Wali - karangan Zulkifli Mat Isa, terbitan Perniagaan Jahabersa</span></span></span><span id="fullpost"><br />
</span></div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-60570552243957654462010-02-14T17:11:00.000-08:002010-02-14T17:12:23.986-08:00Al-Habib Ahmad Bin Alwi Bin Ahmad Alhaddad (Habib Kuncung)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1HqGLsDekrASUSrYT13ebuXYE-EgX3pE84MoMaGiZLztHyj-vLMCO9776gcn7XNt5dW77NuhlG93CHOPRXuyYq9DDZ7HvrKrYD2zwcr29xnPkRISqZEZE7H6FTAHtUms2BwazjFu9CcXw/s1600-h/habib+kuncung.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1HqGLsDekrASUSrYT13ebuXYE-EgX3pE84MoMaGiZLztHyj-vLMCO9776gcn7XNt5dW77NuhlG93CHOPRXuyYq9DDZ7HvrKrYD2zwcr29xnPkRISqZEZE7H6FTAHtUms2BwazjFu9CcXw/s200/habib+kuncung.jpg" width="150" /></a></div>Lahir di Ghurfah dekat <span style="font-weight: bold;">Hawi, Hadramaut</span> pada tanggal 26 Sya’ban 1254 Hijriyah. Guru utama beliau adalah ayahnya sendiri, disamping itu beliau berguru kepada <span style="font-weight: bold;">Habib Ali bin Husin Al-Haddad,</span> Hadramaut. Sedangkan gurunya di Indonesia : <span style="font-weight: bold;">Habib Abdurahman bin Abdullah Al-Habsyi dan Habib Abdullah bin Muchsin Al-Atthas.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Tidak diketahui tanggal yang pasti kedatangannya di Indonesia. Beliau mula-mula tiba di Timor, Kupang. Di sini ia tinggal sementara dan kawin dengan puteri di kota itu yang bernama <span style="font-weight: bold;">Syarifah Raguan Al-Habsyi</span>. Dari perkawinannya ia memperoleh anak yang bernama <span style="font-weight: bold;">Muhammad</span>. Setelah lebih kurang 6 tahun ia tinggal dikota itu lalu ia berangkat ke Jawa.<br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQQK0XG2dSzqKrH46WZc01-zKIyukmLSOYpof3xrwnMmy3SnFRbMEbmRYRN1hWd0oa_WjowCdEbH9DyfWp3Uc446lKSu74r-kgNIDmqZb-Kr-_Bb8mhm_PMoj6ZAKiZCyito7yY8GXNeCz/s1600-h/makam+habib+kuncung.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQQK0XG2dSzqKrH46WZc01-zKIyukmLSOYpof3xrwnMmy3SnFRbMEbmRYRN1hWd0oa_WjowCdEbH9DyfWp3Uc446lKSu74r-kgNIDmqZb-Kr-_Bb8mhm_PMoj6ZAKiZCyito7yY8GXNeCz/s200/makam+habib+kuncung.jpg" width="200" /></a></div><span id="fullpost">Tiba di Jakarta dan menetap di <span style="font-weight: bold;">Kali Bata</span> kira-kira 10 tahun. Beliau terkenal dengan julukan<span style="font-weight: bold;"> “ Habib Kuncung “</span>. Juga pernah tinggal di Bogor di rumah <span style="font-weight: bold;">Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al-Haddad</span>. Habib Kuncung ini selama di Jakarta dan di Bogor tidak pernah kawin. Habib Kuncung wafat dan dimakamkan di Kali Bata pada umur 93 tahun yaitu pada tanggal 29 Sya’ban 1345 Hijriyah/1926 M. Muhammad, anaknya datang ke Jakarta dan kemudian tinggal dan kawin di Pengadegan, Jakarta Selatan. Walaupun demikian di tidak punya keturunan.<br />
<br />
Habib Kuncung ini adalah <span style="font-weight: bold;">ahli darkah</span>, artinya saat-saat orang dalam kesulitan atau sangat memerlukan beliau muncul dengan tiba-tiba. Ia seorang wali yang mempunyai perilaku yang ganjil.<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;"><span id="fullpost" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Sumber dari buku Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi – Idrus Alwi Almasyhur</span></span></span>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-61453013702845803402010-02-06T01:54:00.000-08:002010-02-06T17:47:52.328-08:00Akhlak Rasulullah di Undang Makan Seorang Budak<div style="text-align: justify;"><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQfQ-LPEyY9wrL-4nwqn_ATWDQGgRp2nsnPMgcZWfp1X3IplaQ6SA80_9a93YFt0mmcOuz8eF2Vo9dVjUwDOu5erC0XbbV82iAYIumKYkkWZjnK_XEPmM-P52et7m194bc8KVvjAKvclTN/s1600-h/rasulullah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQfQ-LPEyY9wrL-4nwqn_ATWDQGgRp2nsnPMgcZWfp1X3IplaQ6SA80_9a93YFt0mmcOuz8eF2Vo9dVjUwDOu5erC0XbbV82iAYIumKYkkWZjnK_XEPmM-P52et7m194bc8KVvjAKvclTN/s200/rasulullah.jpg" width="140" /></a></div><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-weight: normal;">Dan Rasulullah SAW tidak pernah mau mengecewakan orang lain, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa seorang wanita ( Barirah RA) seorang budak wanita miskin dari Afrika, ia mengundang <span class="yshortcuts" id="lw_1265449569_1" style="-moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; background: transparent none repeat scroll 0% 0%; cursor: pointer;">Rasul</span> SAW karena diberi makanan oleh salah seorang sahabat makanan yang sangat enak, maka ia tidak berani memakannya karena sudah lama ingin mengundang Rasul SAW tapi malu tidak punya apa-apa.<br />
<br />
</span></b></span><br />
Maka ketika datang makanan enak sebelum ia ingin mencicipinya, seumur hidup dia belum mencicipinya dia teringat kepada Rasul SAW, aku ingin Rasul datang mumpung ada makanan yang enak padahal seumur hidup dia belum mencicipi makanan itu.</div></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Barirah yang susah ini pun datang mengundang Rasul SAW ke rumahnya, maka Rasul SAW datang bersama para sahabat untuk menyenangkan Barirah RA seorang budak wanita yang miskin, Rasul saw tidak ingin mengecewakan orang lain maka datang Sang Nabi bersama para sahabat, para sahabat melihat makanan yang sangat enak dan mahal tidak mungkin Barirah membelinya sendiri, maka berkata para sahabat <i>: <b>“Yaa Rasulallah barangkali ini adalah makanan zakat, sedangkan engkau tidak boleh memakan zakat dan shadaqah , kalau bukan makanan zakat ya makanan shadaqah, tentunya kau tidak boleh memakannya”…</b></i></div><div style="text-align: justify;">Berubahlah hati Barirah dalam kekecewaan, hancur hatinya dengan ucapan itu walau ucapan itu benar Rasul SAW tidak boleh memakan shadaqah dan zakat, namun ia tidak teringat akan hal itu karena memang ia di sedekahi makanan ini, hancur perasaan Barirah RA dan bingung juga risau dan takut serta kecewa dan bingung karena sudah mengundang Rasul SAW untuk makan makanan yang diharamkan pada Rasulullah SAW.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Namun bagaimana manusia yang paling indah budi pekertinya dan bijaksana, maka Rasul SAW berkata :<i> <b>“ Makanan ini betul shadaqah untuk Barirah dan sudah menjadi milik Barirah, Barirah menghadiahkan kepadaku maka aku boleh memakannya “</b>, </i>dan Rasul SAW pun memakannya.</div><div style="text-align: justify;">Demikianlah jiwa yang paling indah tidak ingin mengecewakan para fuqara’, itu makanan sedekah betul untuk Barirah tapi sudah menjadi milik Barirah dan Barirah tidak menyedekahkannya padaku ( Rasulullah SAW ) tapi menghadiahkannya kepadaku demikian indahnya Sayyidina Muhammad SAW, <span class="yshortcuts" id="lw_1265449569_2"> </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="yshortcuts" id="lw_1265449569_2">Firman Allah SWT</span> :</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><i>“Dan sungguh engkau ( Muhammad SAW ) berada pada akhlak yang agung”.</i></b></div><b></b>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-61107005777867681202010-02-06T01:43:00.000-08:002010-02-06T17:40:05.760-08:00Ceramah al-Habib Umar bin Hafidz di Khaul Cidodol 2010<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: 9pt;">Khaul Syekh Abu Bakar bin Salim, di Cidodol, Kebayoran Lama, 03 Januari 2010.</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq8RSyoFhrqCFoTVPu9hm0V_-3ZyqmwCYe0WVO1jWLb2q3g9Vzzv2VJxsx-MA3hlIwx6FqNWYu2HiNuoqfrN7hm_rEF-Fy5t86ogJYdka5wu5OfDXu0jfBgnZDKPUn-9RpG_A0bUWffWWD/s1600-h/Habib+Umar+Al+Hafidz.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq8RSyoFhrqCFoTVPu9hm0V_-3ZyqmwCYe0WVO1jWLb2q3g9Vzzv2VJxsx-MA3hlIwx6FqNWYu2HiNuoqfrN7hm_rEF-Fy5t86ogJYdka5wu5OfDXu0jfBgnZDKPUn-9RpG_A0bUWffWWD/s200/Habib+Umar+Al+Hafidz.jpg" width="150" /></a></div>Bismillahirrohmanir rohim, Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah Ta’ala, kita pada saat ini, saya dan kalian berkumpul dihadapan Allah SWT. Kita menanti dipintu Allah Yang Maha Pemurah yang Maha Dermawan. Semuanya ini disebutkan dalam dakwahnya Nabi Besar Muhammad SAW, pemimpin sekalian Rasul, dengan itulah berdiri tiang-tiang kecintaan kepada Allah SWT, kecintaan kepada Nabi-Nya, kecintaan kepada orang-orang yang soleh, para awliya dan sholihin dan kaum mukminin.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><br />
Dan segala macam kemuliaan yang diberikan Allah SWT ini kepada kita saat ini, ini adalah pemberian yang diberikan Allah SWT secara cuma-Cuma tanpa didahului dengan uang muka dari kita sekalian. Wahai orang-orang yang telah dimuliakan oleh Allah SWT dengan beragam kemuliaan dimajelis ini, yang mana saat ini kita mencari rahmat dan karunia Allah SWT dan kita telah diberikan Allah SWT, maka perhatikanlah bahwa saat ini Allah sedang menatap kita sekalian.<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan Allah SWT mengetahui apa yang ada didalam benak dan rahasia sanubari kita. Dan Allah SWT mengetahui apa yang kita sembunyikan didalam hati kita. Bagi Allah sama saja apa yang nampak kita utarakan ataupun kita sembunyikan, semuanya sama dimata Allah SWT. Apabila kalian mencari keridhoan dari Allah SWT dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya, maka Allah SWT akan melimpahkan keridhoan-Nya kepada kalian. Dan orang yang suka maksiat, Insya Allah dapat meraih keberkahan dari berkah orang-orang yang taat pula. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Apabila kita merayakan, bergembira dengan khaulnya Syekh Abu Bakar Bin Salim ini sesungguhnya kita bergembira dengan karunia yang diberikan Allah SWT. Dan kita merayakan bergembira dengan rahmat yang diberikan Allah SWT. Dan kita merayakan nikmat yang dikaruniakan Allah SWT. Dan kita bergembira dengan jasa yang Allah SWT berikan kepada kita sekalian. Dan kita merayakan warisan dari Nabi Muhammad SAW. Dan seseorang yang merayakan seorang pewaris, maka dia pun merayakan orang yang mewariskannya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Dan kita merayakan cahaya-cahaya iman dan yakin. Dan kita merayakan sifat-sifat yang mulia disisi Allah SWT. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Apabila kita saat ini berkumpul merayakan hal-hal yang mulia tersebut, orang-orang yang mulia yang dekat dengan Allah, maka sungguh pantas tidak diragukan bahwa Allah pun akan mendekatkan kita kepada-Nya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Berapa besar karunia Allah SWT untuk umat ini, berapa banyak orang yang masuk kedalam majelis ini, dalam keadaan tadinya dia jauh dari Allah, dia keluar dari majelis ini dalam keadaan sudah dekat dengan Allah. Bahkan berapa orang yang masuk kedalam majelis ini, tadinya dia dicatat sebagai orang yang sial, dia keluar dari majelis ini sebagai orang yang beruntung. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan berapa banyak orang yang hadir dalam majelis ini tadinya hatinya penuh dengan kekotoran, keluar dengan membawa hati yang bersih bercahaya. Berapa banyak orang yang hadir dalam majelis ini, hatinya gelap gulita, dia keluar dengan membawa hati yang terang benderang. Berapa banyak orang yang masuk dalam majelis ini dalam keadaan Allah SWT tidak suka, berpaling dengan orang tersebut, tetapi tidaklah dia keluar dari majelis ini melainkan Allah SWT mencintai orang tersebut.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Wahai orang-orang yang mencari kebaikan yang saya sebutkan ini, sungguh-sungguhlah dalam pencarianmu. Dan kembalilah kepada Allah SWT. Dan merendahlah, tunduklah kepada keagungan Allah SWT. Dan agungkan Allah SWT. Dan tetap tidak ada yang lebih agung dari Allah SWT. Dan tidak ada yang lebih besar dari Allah SWT. Dan tidak ada yang lebih dermawan dari Allah SWT. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Allah SWT yang telah mengangkat derajat Nabi Muhammad SAW. Allah SWT yang mengangkat derajat Nabi-Nabi, mengangkat derajat para malaikat dan para wali-wali serta kaum sholihin. Mereka adalah orang-orang yang sangat tinggi disisi Allah. Dan orang-orang yang mencari selain ketinggian selain dari yang mendekatkan kepada Allah maka mereka itulah orang-orang yang jatuh dan terjerumus.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bumi telah menjadi saksi atas bergenerasi- generasi manusia, bergenerasi- generasi umat dan kelompok yang mana mereka mencari kemuliaan selain dari Allah, maka mereka pun hina dan terpuruk dijatuhkan oleh Allah SWT.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Diantara mereka yang mencari kemuliaan dan kehebatan melalui kehebatan senjata, seperti kaum ‘Ad kaumnya Nabi Hud yang mengatakan, “siapa yang lebih kuat dan lebih hebat dari kami?”. Yang lain lagi merasa hebat dengan harta yang ia miliki, yang demikian banyak hartanya seperti Qorun<span style="color: red;">. </span>Diantara mereka ada yang mencari kehebatan dan kemuliaan melalui hukum, pemerintahan serta kekuasaan seperti Fir’aun dan Namrud. Semuanya sebagaimana telah difirmankan oleh Allah SWT, kami habisi mereka, kami ambil akibat perbuatan dosa mereka. Diantara mereka yang ditenggelamkan, yang dikirim halilintar, dihancurkan rumah mereka. Bukan Allah yang menzholimi mereka, tetapi mereka yang menzholimi dirinya sendiri.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan sekarang dimuka bumi ini orang masing-masing mengadakan perkumpulan- perkumpulan untuk mencari kemuliaan, keamanan dan kehebatan selain dari Allah. Mereka orang-orang yang dengan pekumpulannya tersebut menuai keamanan, derajat yang tinggi dan yang lain sebagainya mereka menyangka bahwa orang-orang yang sebelumnya, dari umat-umat yang terdahulu itu, mereka mendapat kehebatan dari harta dan apa yang mereka miliki, dimata Allah SWT akan menambah kedudukan mereka.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Akan tetapi dengan majelis semacam inilah kita berharap kepada Allah SWT, dengan majelis inilah kita mencari dan meminta kepada Allah SWT, dan kita menuju dan bermaksud kepada Allah SWT. Dan kita bertumpu kepada Allah. Dan kita bersandar dan bergantung kepada Allah SWT. Dan kita mendekatkan diri dengan hal yang mendekatkan kita dengan Allah SWT dan yang disukai oleh Allah SWT. Justru dengan keberadaan majelis semacam ini umat akan membaik dan akan menjadi semakin bagus.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Allah SWT mudah-mudahan memperbanyak majelis-majelis semacam ini dan Allah SWT mengabadikan pengaruhnya dalam jiwa kita. Dan kita dalam perkumpulan kita ini, diawal tahun yang mulia ini berdoa dan berharap kepada Allah SWT. Kita meminta agar Allah SWT menolak dari diri kita, dari seluruh kaum muslimin, dan seluruh rakyat Indonesia serta seluruh penjuru dunia berbagai macam bala’ dan musibah yang membawa keburukan bagi umat Islam ini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan alangkah kuatnya apabila, betapa kuatnya karunia yang kita dapat dari Allah SWT, berdoa kepada Allah SWT dimajelis yang mulia ini, kita berdoa bersama-sama dan mengucapkan amin kepada Allah SWT.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Apabila keluar dari majelis ini hati-hati jiwa-jiwa yang tunduk kepada Allah, yang memohon kepada Allah SWT, yang luluh karena malu kepada Allah SWT maka dia telah keluar membawa rahmat dan karunia yag besar dari Allah SWT.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Allah SWT berfirman seketika kalian meminta tolong kepada Allah SWT dan Allah SWT menjawab doa kalian. Malah semalam sebelum turunnya ayat ini Rasulullah SAW tidak bisa tidur, Beliau bermunajah dalam tahajudnya, “Ya Hayyu Ya Qoyyum”. Beliau banyak menangis. Beliau banyak memohon kepada Allah SWT. Maka Sayidina abu Bakar Ash Shidiq RA yang bersama Nabi ikut menangis dan memeluk Rasulullah SAW dan berkata , “Cukup ya Rasulullah, Allah SWT pasti akan mengabulkan doamu”. Dan Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita bagaimana caranya mengetuk pintunya Allah SWT dan memohon kepada Allah SWT.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sebaik-baiknya hal yang ada didalam hati kita pada saat Allah SWT sedang menatap hati dan batin kita adalah bagi Allah menemukan dalam hati kita penyesalan atas kesalahan dan dosa-dosa kita. Dan sesungguhnya sebagaimana dalam hadis, orang mukmin; dia memandang dosa yang dia lakukan, dosa pribadinya itu bagai gunung yang ada diatas kepalanya yang sewaktu-waktu bisa bisa menimpa dirinya dan membinasakannya. Adapun seorang munafik; menganggap dosa yang dia lakukan itu bagaikan lalat yang hinggap dihidungnya yang bisa dia usir kapan waktu.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ketika Imam Hasan Al Bashri<span style="color: red;"> </span>melewati sekelompok kaum sedang beradu mulut tentang masalah qodho dan qodar tanpa didasari ilmu, mereka berbincang-bincang dalam masalah yang mereka tidak mengerti, maka Imam Hasan Al Bashri mengatakan, jika mereka masih memikirkan dosa-dosa mereka niscaya mereka tidak akan ada waktu untuk membicarakan hal-hal semacam ini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bagaimana halnya dengan seseorang yang setiap hari dan malam harinya dia habis waktunya dalam pandangan yang diharamkan oleh Allah SWT. Bagaimana dengan seseorang yang habis waktunya dalam menjelek-jelekkan para orang-orang sholeh, sahabat Nabi dan keluarganya. Bagaimana dengan keadaan seseorang yang ingin mengatur, menganggap orang lain dari para pendahulunya, orang-orang besar, mau diatur dengan hukumnya dan mau menghakimi mereka seenak perutnya sendiri, menganggap mereka itu orang biasa dan kecil. Seandainya mereka memikirkan dosa mereka, niscaya mereka tidak akan tenggelam sibuk dalam hal-hal semacam begini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ini bukan sikap orang-orang yang memikirkan dosa-dosa mereka. Ini adalah yang di firmankan Allah SWT, dalam Al Qur’an yakni sifat-sifat yang mulia, dalam hal ini adalah orang-orang yang apabila datang ke Nabi setelah mereka, yakni yang mengatakan Rabbanafirlana ampuni kami sekalian dan juga dosa orang-orang sebelum kami pendahulu-pendahulu kami. Dan jangan jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yeng beriman. Sesungguhnya Kau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Syekh Abu Bakar bin Salim, beliau mencari pengampunan dari Allah SWT untuk diri beliau dan orang-orang di zaman beliau. Dengan susah payah beliau meminta kepada Allah SWT. Beliau setiap malam menangis untuk Allah SWT. Beliau apabila disampaikan kepada beliau atau mendengar dari orang lain kalau ada orang lain yang menjelek-jelekan dan menghinakan beliau, beliau langsung berdoa dan mendoakan orang tersebut dan memohonkan ampunan karunia Allah SWT untuk orang itu.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan sesungguhnya itu apabila ada orang yang mengganggu beliau dalam waktu cepat dekat disusul musibah menimpa orang yang mengganggunya. Ditanya Syekh Abu Bakar bin Salim, “apakah kamu menyumpah orang-orang yang mengganggumu?”. Dijawab, “ tidak aku sama sekali tidak pernah menyumpahi orang islam, akan tetapi Allah SWT yang murka terlebih dahulu, kecemburuan- Nya terhadap para wali-wali-Nya tanpa sebelum aku tahu, maka dibinasakan Allah SWT, kalau aku tahu aku akan minta tolong terlebih dahulu”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Warisan dari Nabi Muhammad SAW, yang mana sifat Nabi Muhammad SAW tentang kaum munafikin ketika Beliau mengatakan,” Seandainya aku tahu kalau aku beristighfar untuk mereka lebih dari 70 kali akan diampuni Allah untuk mereka, maka aku akan beristghfar lebih dari 70 kali agar mereka diampuni”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Syekh Abu Bakar Bin Salim, beliau membentuk majelis-majelis ilmu dan majelis zikir untuk orang awam dan orang khusus. Datang pada beliau murid-murid dari jauh, dari Syam, dari Mesir, dari Haromain dan dari tempat pelosok yang jauh untuk menimba ilmu kepadanya. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Beliau mendidik murid-muridnya, mendidik sekalian manusia untuk bersikap adab yang patut kepada Allah SWT. Sebagaimana kita dengar bahwasanya didapur beliau dimasak setiap harinya 700 sampai 1000 potong roti. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Suatu kali datang ke rumah beliau seorang wanita dengan membawa sedikit makanan yakni sekitar setengah liter atau setengah <i>mud</i> dia ingin menghadiahkan kepada Syekh Abu Bakar bin Salim. Ketika sampai wanita tersebut kepada pembantunya Syekh Abu Bakar Bin Salim, pembantunya berkata, “ Apalah artinya hadiah yang kau berikan ini? Tidakkah kau tahu setiap harinya kami memasak hingga seribu potong roti untuk para tamu-tamu kami?” maka tidak disangka-sangka datang Syekh Abu Bakar bin Salim, beliau turun dari tangga terdengar suaranya turun menemui wanita tersebut. Langsung beliau berkata kepada wanita tersebut, ”Engkau datang ketempat ini wahai ibu karena Allah, dan engkau bermaksud kepada saya, engkau menuju kesaya karena Allah SWT. Berapa banyak langkah yang engkau langkahkan didalam perjalananmu menuju kemari, semuanya adalah pahala dari Allah. Dan engkau menyiapkan hadiah yang mulia ini. Berapa butir dari gandum yang engkau hadiahkan kepada saya? Tiap butirnya betapa besar pahalanya disisi Allah SWT.” Maka diangkat dan diterima hadiah tersebut oleh Syekh Abu Bakar bin Salim, menjamu dan menghormati wanita tersebut. Dan dia keluar dari rumahnya dalam keadaan gembira.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan beliau pun menegur pembantunya dan berkata, “ Jangan sekali lagi kau berucap kalimat seperti tadi kepada siapa pun. Ketahuilah bahwasanya kami tidak menyaksikan yang memberi kepada kami semata-mata hanya Allah SWT. Apa pun yang sampai kepada kami melalui tangan hamba-Nya banyak ataupun sedikit pada hakikatnya pemberinya adalah Allah SWT. Sesungguhnya Allah mengganjar mereka sesuai dengan niat mereka, apabila ikhlas karena Allah SWT”. Beliau juga mengatakan, “Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, yang banyak nggak akan datang kepadanya.” Dan ini adalah lambang, warisan yang beliau bawa dari Nabi Muhammad SAW. Disebutkan dalam riwayat hidup beliau, bahwasannya beliau mengagungkan, menghormati nikmat Allah yang diberikan walaupun sedikit. Suatu ketika beliau melihat ada sedikit makanan terjatuh dilantai, dibiarkan begitu saja beliau angkat dan beliau berkata kepada istrinya Siti Aisyah, “Hendaknya engkau mensyukuri menjaga nikmat yang dikaruniakan Allah SWT, sebab apabila nikmat tersebut diambil oleh Allah SWT akhirnya tidak kembali lagi.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ketika beliau memiliki kesungguhan kepada Alah SWT, ingin memberikan manfaat kepada hamba-hamba Allah SWT maka beliaupun membawa pengaruh besar bagi lingkungannya dan bagi orang-orang di sekelilingnya. Hingga beliau mengatakan, “seandainya datang kepada saya seorang Badui yang tidak terpelajar, tapi dia punya kesungguhan ingin sampai dan mengenal kepada Allah SWT, dalam sesaat akan saya buat dia sampai dan mengenal Allah SWT”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hingga disebutkan dalam riwayat bahwa pandangan seorang mukmin, apabila ia memandang, menatap wajah mukmin yang lain, menatap dengan penuh rahmat dan kasih sayang, maka ini adalah suatu pahala yang amat besar disisi Allah SWT.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Adapun apabila seorang mukmin memandang seorang mukmin yang lebih istimewa, dari pada wali-wali Allah SWT, maka ini adalah ramuan yang mujarab yang membuatnya dekat dengan Allah SWT.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sehingga dikatakan para ulama, “Barang siapa tidak melihat wajah orang-orang yang beruntung bagaimana ia dapat menjadi orang yang untung”. Dan barang siapa menatap wajah orang beruntung dengan ikhlas karena Allah SWT bagaimana ia tidak untung, pasti untung.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dikatakan oleh Syekh Abu Bakar Bin Salim, “Ini adalah karunia yang engkau dapatkan apabila engkau melihat kepada para awliya. Adapun apabila wali tersebut yang melihat engkau tak bisa dibayangkan karunia yang akan kau dapatkan.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pernah dalam suatu kejadian, ketika di sebuah negeri di musim paceklik lama hujan tidak turun, mereka sholat istisqo minta hujan sekali, dua kali tidak juga turun hujan sampai tiga kali. Ketika kebetulan datang satu orang ditempat tersebut melihat kesusahan manusia dan dia berkata sebelum orang-orang tersebut sholat istisqo, “Ya Allah demi apa yang ada didalam kepala saya ini maka saya meminta kepada-Mu agar Engkau menurunkan hujan kepada manusia.” Dan turun hujan saat itu juga.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Maka keesokan harinya dicari orang tersebut yang berdoa dan bertawasul yang berkatnya negeri jadi turun hujan. Ditanya , “memangnya apa yang ada didalam kepalamu hingga engkau bertawasul dengan apa yang ada didalam kepalamu?”. Dijawabnya, “sesungguhnya apa yang ada didalam kepala saya ini ada dua bola mata yang pernah melihat wajah Abu Yazid Al Bushtomi dengan berkat itu Allah turunkan hujan”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Disebutkan bahwasanya Imam Umar al-Mukhdor bin Syekh Abu Bakar, putranya Syekh Abu bakar Bin Salim beliau berkata, “Saya tidak rela murid saya yang paling rendah kalau kedudukannya, bagiannya sama dengan Abu Yazid Al Busthomi. Saya tidak puas dan tidak ridho”. Kalau anaknya seperti ini bagaimana dengan sang ayah, Syekh Abu Bakar bin Salim? Berapa banyak dengan berkat beliau Allah SWT mendamaikan antara orang lain, satu sama lain beliau mendamaikan orang dan orang juga damai berkat beliau.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan di dalam hadis Nabi Muhammad SAW ada dalil yang membuktikan betapa besar pengaruh dari pandangan ini dan melihat penglihatan ini. Disebutkan bahwasanya Rasulullah SAW berkata, “kelak barang siapa seseorang berperang dijalan Allah SWT ditanya mereka satu sama lain, ‘Adakah diantara kalian yang pernah melihat Rasulullah?’, mereka bilang, ‘ada, fulan,fulan dan fulan’”. Dan dengan itu mereka meraih kemenangan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kemudian datang generasi berikutnya ditanya, “apakah ada diantara kita orang-orang yang bertempur berjihad ini orang-orang yang pernah melihat manusia yang pernah melihat Rasulullah SAW? Maka dikatakan, “Ada fulan dan fulan pernah melihat sahabat Nabi Muhammad SAW”. Maka bertawasul dengan orang-orang tersebut dan Allah SWT memberikan kemenangan kepada mereka.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kemudian juga datang lagi generasi berikutnya, ketika seseorang dalam waktu suatu jihad dan pertolongan lambat, mereka tidak berhasil meraih kemenangan karena terlalu lambat, hingga akhirnya bertanya diantara mereka, “Adakah ada diantara kalian yang pernah melihat orang yang pernah melihat orang yang pernah melihat sahabat yang pernah melihat Nabi Muhammad SAW?”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan disebutkan juga dalam riwayatnya ada seorang ulama besar Imam besar dari Mekah yang datang kepada Sayidina Syekh Abu Bakar bin Salim dengan niatnya beliau dan akhirnya Allah SWT dengan berkat Syekh Abu Bakar Bin Salim diampunkan hal-hal yang terjadi antara dia dengan istrinya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ketika orang ini datang dengan niat ini kepada Syekh Abu Bakar bin Salim di Inat, baru masuk kamar baru berjumpa dengan Syekh Abu Bakar bin Salim langsung disambut oleh Syekh Abu Bakar, “Selamat datang wahai Al Bakri, sesungguhnya saya telah memperbaiki segala macam kekacauan yang terjadi antara kau dengan istrimu, sudah beres semuanya”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kemudian disajikan kopi kepada mereka yang ada di majelis itu, kemudian diambil satu cangkir kopi oleh Syekh Abu Bakar bin Salim, dikeluarkan melalui jendela maka ketika kembali tangan tersebut cangkir kopi sudah tidak ada lagi entah kemana. Kemudian Syekh Abu Bakar bin Salim berkata, “Wahai Abdurrahim (Ulama Mekah ini) Insya Allah Allah SWT akan memberikan kebaikan kepada istrimu kepada keluargamu dan kelak ia akan mengandung seorang putra yang menjadi ulama besar di Mekah dan namakan anak tersebut Umar”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan ketika dia pulang ke negerinya Mekah ia dapati istrinya baik, berubah jauh, urusannya beres semua, dan ia bertanya,” Apa yang terjadi hingga engkau menjadi baik seperti ini?”. Maka istrinya mengeluarkan cangkir kosong, “Tadinya dicangkir ini ada kopinya, datang beberapa waktu yang lalu seorang tua yang demikian indah membawakan saya cangkir berisi kopi ini, saya minum langsung berubah saya punya hati”. Maka dia lihat cangkir tersebut keika diperhatikan ia berkata, “ini adalah cangkir yang dipegang Syekh Abu Bakar bin Salim di Inat”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Lalu dia bertanya, “kapan kau dapatkan cangkir ini dari orang tua tersebut?” lalu dijawab, “waktunya sekian, tanggal sekian, jam sekian,hari sekian.” Ketika diingat-ingat betul hari itu adalah hari ketika saya bersama Syekh Abu Bakar Bin Salim diruangannya. Ditanya, “seperti apa orang yang datang membawakan kopi?”. Setelah disifati oleh istrinya ia berkata, “Dia adalah Syekh Abu Bakar Bin Salim”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kemudian dia berkata, “Demi Allah waktu yang engkau sebutkan itu aku bersama Syekh Abu Bakar bin Salim diruangannya di Inat sana dan di mengambil secangkir kopi dia keluarkan dari jendela dan keluarkan tangannya dari jendela itu dan kembali dalam keadaan kosong.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Diriwayatkan bahwasannya seorang hamba Allah SWT beliau memindahkan kursi singgasananya Ratu Balqis dari Yaman kehadapan Nabi Sulaiman.as. Dan singgasananya Ratu Balqis lebih besar daripada cangkir kopi. Dan wali dari umat Nabi Muhammad SAW lebih hebat dari wali dari umatnya Nabi Sulaiman.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan wanita tersebut melahirkan seorang putra dengan berkat Syekh Abu Bakar bin Salim bernama Umar bin Abdurrahim yang menulis kitab Ilmu fiqih yang luar biasa dan menjadi ulama besar di Mekah.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan kita sekarang di dalam perkumpulan majelis ini mari kita berdoa kepada Allah SWT dengan berkat Syekh Abu Bakar bin Salim, Allah SWT Insya Allah memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dan orang-orang yang punya hak yang besar terhadap kita sekalian, makhluk-makhluknya Allah SWT, mudah-mudahan Allah SWT membantu kita didalam memperbaiki hubungan kita dengan mereka semuanya. Dan mudah-mudahan Allah SWT memberikan keridhoanNya kepada kita sekalian agar Allah SWT mengampuni kita semua.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Alhamdulillah atas nikmat yang demikian besar ini, taufik yang Allah berikan kepada kita sekalian ini semuanya yang Allah SWT berikan dengan berkat shohib musnid yang telah membantu terwujudnya acara hari ini. Dan keberkahan dari perkumpulan kita ini, Ya Allah akan kembali dan mencapai semua yang hadir dan lingkungan kita, kota kita, negeri kita dan seluruh kaum muslimin dimanapun mereka berada dengan berkat majelis ini. sebab yang kita minta yang kita panggil namanya tadi adalah Allah Yang Maha Agung Yang Maha Tinggi, Yang Maha Besar, yang mana Allah SWT menciptakan segala-galanya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan inilah kita datang kepada Allah SWT melalui pintu orang yang dicintai dan mencintai Allah SWT. Maka bersungguh-sungguhl ah berdoa kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita yang lampau. Dan Allah SWT menjaga kita dari perbuatan dosa dalam umur kita yang selanjutnya ini. Dan orang-orang yang kini telah meninggal dunia, yang tidak hadir ditempat ini, daripada anak kita, keluarga kita, orang tua kita, kerabat kita, semoga Allah SWT mengangkat derajat mereka dan mengampuni mereka sekalian.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan semoga Allah SWT mudah-mudahan memberikan keberkahan dalam sisa hidup kita ini dan memberikan kita khusnul khotimah. Kemudian setelah wafat mudah-mudahan Allah SWT mengumpulkan kita bersama wali-wali, bersama kaum sholihin, bersama Sayidina Syekh Abu Bakar Bin Salim, Ya Allah berdekatan dengan Nabi Muhammad SAW.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Mintalah kepada Allah Yang Maha Penyayang dan bersungguh-sungguhl ah dalam berdoa dan memanggil kepada Allah SWT. Dan memohonlah kepada Allah SWT dengan sesungguh-sungguhny a sebab Allah SWT menyukai orang yang bersungguh-sungguh didalam memohon kepada Allah SWT. Berdoalah dengan hati kita, lidah kita dan seluruh jiwa kita memanggil nama, “Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah…..”alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-21276507276085718952010-02-01T00:00:00.000-08:002010-02-18T03:18:44.693-08:00Ceramah Habib Umar bin Hafidz di Kemang<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;"><i><span id="fullpost">Jakarta, Jum’at Maghrib, 01 Januari 2010, Kediaman al-Habib Umar Maulakhilah. q</span></i></span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMSl5YSpT3RsVJfT-irHSECt21UO5SXdNf2GUm3_4ezl9vmcqG716Qx2aiz13MxaLAl_j_Azt2m_PR1lRsDbsFvmm8ioCv_kBH4PHNdCzKJz-TIUd-rZ4G34aqMsAnjd3K4vAyDoM84xgp/s1600-h/habibana-umar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMSl5YSpT3RsVJfT-irHSECt21UO5SXdNf2GUm3_4ezl9vmcqG716Qx2aiz13MxaLAl_j_Azt2m_PR1lRsDbsFvmm8ioCv_kBH4PHNdCzKJz-TIUd-rZ4G34aqMsAnjd3K4vAyDoM84xgp/s200/habibana-umar.jpg" width="200" /></a></div><span id="fullpost">Setelah pembacaan kitab al-Imam Abdullah bin Alwy al-Hadad, yakni an-Nashihah ad-Diiniyah pasal tentang keutamaan akhlak yang disampaikan oleh al-Ustadz al-Habib Abdurrahman Ba-Surrah.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Alhamdulillah <b>al-Habib Umar</b> memanjatkan puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas keberadaan majelis-majelis yang mengikat kita dengan Rasul kita, Nabi Besar Rasulullah Muhammad SAW.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Apabila kita ingin mengetahui unsur-unsur yang mana, mengikat kita dengan Rasululah SAW, mengikat kita dengan manusia-manusia yang mulia disisi-Nya, yang merupakan bagian-bagian dari rukun iman ; iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada para Nabi dan Rasul Allah SWT, hal ini (pertemuan dan acara ini) adalah suatu bukti diantaranya dari pada bukti untuk mengikat manusia dengan orang-orang yang mulia, yang mempunyai hubungan dekat dengan Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Hal ini menunjukkan suatu bukti yang kuat, bahwasanya Allah SWT, tidak akan menerima dari hamba-Nya, amalan apa pun tanpa hubungan yang erat terhadap orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Akan tetapi jalinan ini, sebaik-baiknya jalinan yang kita jalin dengan orang-orang yang sholeh itu, apabila jalinan tersebut sesuai dengan apa yang diatur oleh Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Manusia seluruhnya, terutama orang-orang yang sudah Mukallaf, sudah Baligh dan berakal. Mereka semua manusia yang kita bicarakan ini, mereka punya jalinan hubungan, mau atau tidak mau, antara mereka satu sama lain.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Kebalikannya, yaitu kalau orang-orang kafir, punya hubungan, akan tetapi hubungan tersebut bukan hubungan yang diatur dan sesuai dengan aturan Sayidina Muhammad Rasulullah SAW. Dan mereka, jalinan yang mereka jalin tersebut adalah sesuatu yang dijalin dengan hubungan harta dunia, yang mana hubungan inilah yang membuat mereka semakin terpuruk .</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Allah SWT menjadikan harta dan fasilitas, daripada hal-hal duniawi ini, Allah jadikan bagi mereka sebagai sarana bagi orang-orang yang bertakwa dan mendekat kepada Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Allah SWT jadikan itu semua untuk tunduk dan taat, sebagai sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan syariat Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Maka orang-orang yang salah kaprah, mereka jadikan sarana tersebut, itu sebagai tujuan utama mereka hingga mereka terjerumus dalam hal-hal yang sebagaimana telah diterangkan di dalam al-Qur’an.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Allah SWT mensifatkan bagaimana mereka makan, yang Allah katakan dalam al-Qur’an, seperti makannya hewan-hewan ternak.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Allah SWT mensifatkan amalan-amalan mereka itu bagaikan sesuatu yang tertiup di langit, yang begitu saja akan hilang amalan tersebut (sia-sia).</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dan Rasulullah SAW telah mengisyaratkan, tentang orang-orang yang tidak pernah merasa puas dengan ikatan akhirat. Dia tidak merasa puas dengan jalinan yang memiliki kadar tinggi di sisi Allah SWT. Tetapi mereka lebih menjalin hubungan yang fana’ (semu), lebih merestui menjalin hubungan yang menjerumuskan mereka kedalam keterpurukan, maka jangan engkau anggap mereka, jangan engkau pedulikan mereka. Diperintahkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, “berpalinglah dari mereka.” Orang-orang tersebut yang mereka gapai hanyalah hal-hal yang merugi saja.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Mereka itu yang memiliki jiwa, memiliki ghurur di dalam hati-hati mereka. Akan tetapi mereka lupa akan kesucian ruh mereka, dan mereka menggadaikannya dengan sesuatu yang rendah. Dan karena keterpurukan inilah, sehingga muncul, bangkit berhala-berhala mereka. Berhala terbagi dua macam, yaitu berhala yang nampak wujudnya, yang mereka sembah-sembah dsb. Dan berhala yang merupakan kecenderungan mereka untuk menyembah berhala yang mereka inginkan, yang mereka mau, menuruti hawa nafsu mereka, dunia, harta dan lain sebagainya.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Begitu pula orang-orang yang bejat, yang ada di muka bumi ini yang jauh dari Allah SWT. Karena sebab mereka menjadi bejat dan rusak dikarenakan mereka itu, menelantarkan dan tidak mempedulikan hubungan yang tinggi derajatnya disisi Allah SWT. Akibat tidak memiliki hubungan yang mulia ini, maka mereka menjadi orang-orang yang bejat dan jahat.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Kemudian kalau hubungan yang salah kaprah ini, ditambah lagi dia menyombongkan diri kepada orang-orang yang mulia dan orang-orang yang sholeh, maka semakin terpuruklah derajat orang tersebut kepada derajat orang yang paling hina.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Karena itu mereka orang-orang yang tidak beriman dan orang-orang yang kafir meledek dan mencemoohkan para Nabi dan orang-orang yang dimuliakan oleh Allah SWT. Sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’an kisah mereka.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Karena itu Allah SWT menceritakan keadaan orang-orang yang ada didalam neraka itu nanti, mereka itu ketika menjerit minta dikeluarkan dari dalam api neraka, dari dalam siksa di karenakan rusaknya jalinan di dalam keadaan yang busuk dan buruk di dalamnya, janganlah kalian memanggil Aku untuk berbicara kepada-Ku, kenapa?, sebab dahulu ada sekelompok manusia, orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan Allah SWT, akan tetapi kalian jadikan sebagai cemoohan dan ledekan.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dan cemoohan kalian, kesombongan kalian membuat kalian lupa untuk mengingat kepadaKu, maka Aku jadikan orang-orang yang memiliki hubungan erat denganKu, Aku berikan mereka balasan yang mulia ,balasan yang tinggi dari Allah SWT. Dan itulah akibat yang kalian tertawakan.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dan dalam hal inilah Nabi Muhammad SAW nabi kita, Beliau mengisyaratkan cukup seseorang dianggap sebagai pelaku kejahatan apabila dia meremehkan saudaranya yang muslim. Dijadikan meremehkan, merendahkan seorang muslim sebagai suatu kejahatan. Sebab semua makhluk yang ada dimuka bumi adalah ciptaan Allah SWT. Maka kita tidak boleh meremehkan salah satu ciptaan Allah SWT, melainkan sesuai apa yang disyariatkan oleh Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Padahal dari makhluk Allah SWT, yang tidak diizinkan kita hinakan, terus kita hinakan, maka kita berarti kita sama menghinakan Pencipta dari makhluk tersebut. Karena itu Nabi Muhammad SAW telah mengatur kepada kita sekalian, diatur bagaimana kita semua menjaga hati kita, batin kita dari menghinakan sesuatu yang diagungkan oleh Allah SWT</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Justru Nabi Muhammad SAW memanggil kita untuk mencintai Allah SWT, mencintai Rasulullah SAW, mencintai seluruh kaum mukminin yang awam maupun yang khusus, didalam Qur’an telah disebutkan penjelasan tentang hakekat ini.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Allah SWT menyatakan dalam Al Qur’an, sesungguhnya barang siapa murtad di antara kalian dari agamanya, maka Allah SWT akan menggantikan dengan sekelompok kaum, yang mana kaum tersebut dicintai Allah SWT dan mereka cinta kepada Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dan Allah SWT disitu mengisyaratkan dalam ayat tersebut, mengisyaratkan tentang jalinan hubungan mereka, hubungan maknawi tersebut, antara sesama mereka. Ditandai antara sesama mereka merendah terhadap sesama kaum mukminin, akan tetapi mereka tampak agung, tetap terhormat dan berkharisma dihadapan orang-orang kafir. Ini adalah hubungan yang menghubungkan seseorang dengan Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Adapun hubungan mereka, dari pada amalan-amalan mereka itu, yaitu diantara hubungan mereka dengan amalan tersebut bagaikan mereka berjihad dijalan Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Setiap orang yang ikhlas mendirikan sholat, maka dia masuk kedalam jihad dijalan Allah SWT. Setiap orang yang ikhlas di dalam mendidik istrinya, keluarganya dan anak-anaknya, maka dia masuk dalam kategori berjihad dijalan Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Begitu juga, setiap orang yang berusaha, di dalam memberi kebaikan dan manfaat kepada kaum muslimin, maka dia dalam kesibukan tersebut berada dalam jihad dijalan Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dan barang siapa bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agama yang bermanfaat, sambil mengagungkan ilmu tersebut dengan ikhlas, dia tuntut, maka dia termasuk dalam kategori berjihad dijalan Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Nabi Muhammad SAW bersabda, barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka dia berada dijalan Allah hingga ia pulang kembali kerumahnya. Dan kita berharap Insya Allah perkumpulan kita ini merupakan perkumpulan untuk menuntut ilmu sehingga kita mendapatkan karunia yang besar dari Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Barang siapa diantara kita yang niatnya sudah betul, setiap langkah kaki, yang dia langkahkan kemari adalah langkah kaki jihad fisabilillah.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dan kebaikan yang dilakukan seorang mujahid itu digandakan, hingga 700 kali lipat. Kalau niatnya sudah benar, habis ini dia melaksanakan sholat Isya’, sholat Isya’-nya orang yang menuntut ilmu jihad fisabilillah itu digandakan hingga 700 kali lipat pahalanya. Kita baca Subhanallah pun 700 kali dilipat-gandakan. Ucapan tahlil Laa illaha’ilallah digandakan 700 kali juga pahalanya. Kita menjawab salam kepada saudara kita ketika berjumpa disini 700 kali lipat pula. Senyuman kepada saudara kita dimajelis inipun juga digandakan 700 kali lipat. Salaman dengan saudara muslim pahalanya uga digandakan 700 kali lipat. Ini bisnis dengan Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Tapi orang yang hanya terpaku kepada hubungan yang rendah, yang jarak pendek saja dia tidak perduli tentang hal ini. Dan mereka orang-orang yang memiliki hubungan yang tinggi dimata Allah SWT,orang-orang yang mulia mereka tahu akan kemuliaan ini semua. Junjungan kita Nabi Muhammad SAW menyatakan, sungguh saya mengucapkan satu kalimat, ”Subahanallah walhamdulillah wa laa ilaaha’ilallah wallahu akbar, lebih saya sukai dari segala sesuatu yang disinari oleh cahaya mentari.”</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Maka apabila kita merenungkan keadaan para sahabat Rasulullah SAW, dikatakan mereka memiliki hubungan bathin yang amat erat dengan Nabi Muhammad SAW. Apabila kita merenungi keadaan setiap orang dari keluarganya Nabi Muhammad SAW dan ahlil baitnya, kita dapati orang yang memiliki hubungan paling mulia diantara mereka yang memiliki hubungan jalinan erat dengan Nabi Muhammad SAW, coba perhatikan ini.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dan kalau kita merenungkan keadaan umat Nabi Muhammad SAW ini, kita dapati kemuliaan mereka dibanding umat-umat yang lain karena mereka punya hubungan dengan Nabi Muhammad SAW. Maka kita harus mencek, memeriksa bagaimana hubungan kita dengan Beliau ini? atas dasar apa?, atas fondasi apa hubungan yang kita jalin ini ?</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Yang mengingatkan saya, (al-Habib Umar bin Hafidz) untuk menceritakan tentang jalinan hubungan ini adalah karena saya dahulu pernah duduk pula ditempat ini. Duduknya saya sekarang ditempat ini adalah berkat hubungan batin yang saya jalin dahulu.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Sehingga atas dasar itulah, 18 tahun yang lalu, kita sampai di Indonesia sini, untuk memikul beban dakwah yang diperintahkan oleh guru saya (al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad as-Seqqaf-Mekkah) . Dan rumah pertama yang saya masuki di Indonesia adalah rumah. Waktu itu dirumah ini terdapat Al Habib Muhammad bin Umar bin Muhammad Maulakhelah, semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya. Beliau memiliki jiwa yang tawadhu, bercahaya terang benderang, di karenakan jiwa tersebut yang memiliki hubungan yang kuat dengan kaum-kaum yang sholeh dan mulia sebagai penggantinya.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Kita bersama beliau selama berhari-hari kemudian hingga kepada Al Habib Umar Bin Muhammad Maulakhelah putra beliau. Beliau menghadiahkan sesuatu dan mengatakan tahukah engkau mengapa aku menghadiahkan ini semua kepada engkau? Karena engkau telah membawakan orang-orang seperti ini ketempat ini, padahal di alam yang zhahir ini, di alam dunia, belum pernah dia berjumpa dengan beliau. Kemudian juga tidak ada kepentingan duniawi antara saya dengan beliau baik yang jauh maupun dekat, tidak ada. Tapi orang tersebut memiliki hubungan batin yang tinggi disisi Allah SWT, ruhnya suci, jiwa beliau demikian luhur, semangatnya tinggi.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dia telah memahami, menelaah dari makna “hubungan” yang mulia ini mulai dari ayahnya dari Syekh/gurunya, yakni al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, dan berkat jalinan hubungan tersebut, berlanjut hubungan kita dengan putra-putra beliau, Al Habib Umar bin Muhammad Maulakhelah dan juga saudara beliau Al Habib Ali bin Muhamad Maulakhela ditempat ini selama bertahun-tahun dan hadir bersama kita dahulu Al Habib Hadi bin Ahmad as-Seqqaf hingga akhirnya mereka meninggal dunia dan ketahuilah hubungan kita dengan mereka, yaitu karena hubungan akherat yang digariskan Nabi Muhammad SAW bukan kepentingan duniawi.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Apabila hubungan tersebut sudah betul dan tulus karena Allah SWT, Insya Alah pertemuan berikutnya di-sana (akhirat), akan lebih panjang, lebih banyak lagi bersama beliau. Dan akan lebih indah dan lebih manis. Dan akan lebih lezat lagi. Dan akan lebih abadi serta lebih kuat lagi pertemuan ditempat itu, yang pertama pertemuan dialam barzakh, kemudian yang kedua pertemuan dibawah naungan Allah di hari kiamat kelak. Kemudian kita akan bertemu dibawah bendera yang dipegang oleh Nabi Muhammad SAW. Dan kita akan berjumpa dengan mereka di telaga Nabi Muhammad SAW, kemudian ditempat yang mulia disurganya Allah SWT. Ini adalah buah bagi orang yang hubungannya betul, benar dan ikhlas karena Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Didalam hadis Nabi Muhammad SAW, menyatakan ‘orang-orang yang saling mengasihi, mencintai karena Allah SWT’, ditempatkan besok dihari kiamat diatas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya dimana para Nabi-Nabi pun iri dengan kedudukan yang diberikan kepada mereka.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Kalau orang-orang memiliki jalinan hubungan-hubungan yang bawah, yang rendah, maka hendaknya ia memperbaiki dirinya tersebut dan menjalin hubungan dengan orang-orang yang mulia (sholeh – mulia disisi-Nya).</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Nabi Muhammad SAW menceritakan tentang hubungan yang mulia ini ada 3 hal, jika ia memiliki 3 hal ini ia meraskan manisnya iman, yang pertama apabila Allah dan Rasulnya ia lebih cintai dari apapun juga. Yang kedua ia cinta seseorang semata-mata cintanya karena Allah. Yang ketiga ia benci kembali kepada kekufuran, setelah ia diselamatkan Allah SWT, ia benci sebagaimana dirinya dibakar di dalam api.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Tapi hakekat menjalin hubungan yang sebenarnya ini, aturannya tidak bisa ditegakkan, kecuali harus kita tekuni, ada caranya, ada ilmunya yang diajarkan. Karena itu kami amat gembira sekali mendengar kabar bahwasanya disetiap hari Jum’at sore ini, ada pengajian yang diadakan ditempat ini. Dimana dalam pengajian tersebut pada Jum’at sore yang dibaca kitab yakni an-Nashihah ad-Diiniyah karya Imam Abdullah Al Hadad. Al Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, bercerita tentang Al Habib Abdullah Al Hadad bahwasanya “nashihah diiniyah” beliau (kitab tersebut), nasehat-nasehat dan kitab beliau ini membentangkan segala macam ilmu yang sanggup menolak setiap orang yang ingin melemahkan agama ini.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Beliau menyatakan kasih sayang beliau telah meliputi semua manusia, sehingga setiap orang yang ingin menempuh jalan ini, semua mendapatkan bantuan dan perhatian serta keilmuan dari beliau. Kita mendengar ucapan Imam Abdullah Al Hadad pada malam ini, barusan, begitu tentang rahmat dan kasih sayang kepada seluruh kaum muslimin, yang menyatakan orang yang tidak punya kasih sayang terhadap sesama tidak disayang oleh Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Wahai orang yang mencari cinta dan kasih sayang dari Allah SWT, sesungguhnya rahmat dan kasih sayang dari Allah SWT tersebut amat besar dan amat luas, tapi engkau harus menyingkirkan segala sesuatu yang bisa memutus dari rahmat besar ini, yaitu sedikitnya rahmat dan kasih sayang kepada sesama kaum mukminin. Inilah yang membuat kita terputus.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Maka obati kita punya jiwa sebab kalau kita tidak memiliki rahmat dan kasih sayang bahkan kepada binatang pun maka kita pun akan terhalang dari rahmat Allah SWT.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Karena itu Nabi Muhammad SAW menyatakan kepada kita sekalian diceritakan bahwa ada seorang wanita yang dimasukan ke api neraka, akibat seekor kucing yang dia kurung hingga mati, dia tidak kasih makan juga tidak dilepaskan untuk mencari makan sendiri.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Dan sebagian orang melihat Nabi Muhammad SAW mencium anak kecil, maka seseorang berkata, Ya Rasulullah, saya punya anak sepuluh orang dan tidak pernah mencium salah seorang dari mereka itu, maka Rasulullah SAW berkata, apa yang bisa saya lakukan jika Allah sudah mencabut rasa kasih sayang dari dalam hatimu?</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Suatu kali Nabi Muhammad SAW bersujud lama sekali sujudnya, sehingga para sahabat berfikir apa Rasulullah SAW telah meninggal dalam sujudnya, tapi ternyata Rasulullah SAW bangkit dan mengucapkan Allah Akbar bangkit dari sujudnya.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Setelah sujudnya yang panjang dan waktu keluar dari sholat dan salam, kemudian Rasulullah SAW melihat sahabat-sahabatnya heran, mengapa hari ini sujudnya Beliau lama sekali. Rasulullah SAW berkata, mungkin kalian heran, kalian menyangka saya sujud lama karena ada sesuatu yang terjadi. Ketahuilah tidak ada apa-apa, hanya tadi waktu saya sujud saya punya putra (cucunya) yaitu Sayidina Hasan itu dia naik keatas pundak, naik keatas kepala saya ketika sujud saya. Maka saya biarkan dulu sampai dia turun sendiri baru saya bangkit.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Sayidina Anas RA meriwayatkan, bahwasannya saya suatu kali bertemu dengan Rasulullah SAW sedang berbaring, dan Sayidina Hasan RA berada diatas dadanya Rasulullah SAW dan melakukan buang air kecil, maka Sayidina Anas ingin mengangkat sayidina Hasan, maka Rasulullah SAW mengatakan biarkan putraku jangan mengangkat putraku. Ketahuilah bahwasanya orang yang menggangu putraku, ini maka dia berarti telah mengganggu saya.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Rahmat dan kasih sayang Nabi Muhammad SAW telah meliput alam semesta ini, telah meliput semua manusia akan tetapi orang-orang yang khusus dan istimewa mereka akan mendapatkan kasih sayang yang istimewa pula. Mudah-mudahan kita kebagian kasih sayang yang istimewa tersebut. Amin. Maka hendaknya kita mencari dan mempelajari, menginstropeksi diri kita sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW yang selayaknya kita pelajari.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Maka kita tanya diri kita bagaimana di tahun yang baru kita masuki ini, bagaimana kita akan melalui hari-hari dan malam-malamnya. Gunakan kesempatan kita, jaga waktu kita isi dengan hal-hal yang bermanfaat dan terutama mendidik anak-anak kita, anak laki-laki, anak-anak perempuan, keluarga dan istri kita, kita didik yang betul.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Sebab kelak hubungan antara kita dengan anak-anak, hubungan dengan kita dengan pasangan kita, dengan suami kita, dengan istri kita, dengan keluarga kita dan lain sebagainya semuanya ini akan jadi rusak dan terputus akan terhapus, kecuali hubungan yang sesuai dengan ajaran dan syariat yang Nabi besar Muhammad SAW. Karena itu diajarkan kepada kita sekalian, kepada hamba-hamba- Nya yaitu, sebuah doa : Rabbana hablanaa min azwajina wa dzuriyatina wa qurratul’ayunin waj alni muttaqiina imamma, “Ya Allah berikan daripada keluarga kami, anak istri kami, pasangan kami, anak-anak kami yaitu penyejuk mata kami (mata lahir dan batin) dan jadikanlah saya sebagai pemimpin orang-orang yang bertaqwa.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Doa..</span></div><span id="fullpost"> </span></div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-86757152023216609042010-01-25T00:05:00.000-08:002010-02-06T17:40:39.873-08:00Sifat dan Sebagian Ahlak Rasulullah SAW<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiKsvIWSIqjf_bnMcp0bhRJiAlpcoZWmw4jRM8K1GUtCtT2wrqSG3_8Rzx0oVtBfqu98Bl_xWQ0W0BgGncK4KkdUjbG_Ig_e1duFMuQfxGATU1uYwcY70AFLM2RmdcoTuS081ohs1S6rKt/s1600-h/Rasulullah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="153" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiKsvIWSIqjf_bnMcp0bhRJiAlpcoZWmw4jRM8K1GUtCtT2wrqSG3_8Rzx0oVtBfqu98Bl_xWQ0W0BgGncK4KkdUjbG_Ig_e1duFMuQfxGATU1uYwcY70AFLM2RmdcoTuS081ohs1S6rKt/s200/Rasulullah.jpg" width="200" /></a></div><b>Bentuk tubuh Rasulullah</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. yang pernah hidup bersama Rasulullah SAW, berkata: <br />
<br />
"Saya bertanya kepada paman saya, Hind bin Abi Halah -yang selalu berbicara tentang Nabi yang mulia- untuk menceritakan kepada saya berkenaan dengan Nabi, agar kecintaan saya bertambah. Ia berkata, 'Nabi Allah sangat berwibawa dan sangat dihormati. Wajahnya bersinar seperti purnama. Ia lebih tinggi dari orang-orang pendek dan lebih pendek dari orang-orang jangkung. Kepalanya agak besar dengan rambut yang ikal. Bila rambutnya itu bisa disisir, ia pasti menyisir rambutnya. Kalau rambutnya tumbuh panjang, ia tak akan membiarkannya melewati daun telinga. Kulit wajahnya putih dengan dahi yang lebar. Kedua alisnya panjang dan lebat, tapi tidak bertemu.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Di antara kedua alisnya, ada pembuluh darah melintang yang tampak jelas ketika beliau marah. Ada seberkas cahaya yang menyapu tubuhnya dari bawah ke atas, seakan-akan mengangkat tubuhnya. Jika orang berjumpa dengannya dan tidak melihat cahaya itu, orang mungkin menduga ia mengangkat kepalanya karena sombong.'<br />
'Janggutnya pendek dan tebal; pipinya halus dan lebar. Mulutnya lebar dengan gigi-gigi yang jarang dan bersih. Di atas dadanya ada bulu yang sangat halus; lehernya seperti batang perak murni yang indah. Tubuhnya serasi (semua anggota tubuhnya sangat serasi dengan ukuran anggota tubuh yang lain). Perut dan dadanya sejajar. Bahunya lebar, sendi-sendi anggota badannya gempal. Dadanya bidang. Bagian tubuhnya yang tidak tertutup pakaian bersinar terang. Segaris bulu yang tipis memanjang dari dada ke pusarnya. Di luar itu, dada dan perutnya tidak berbulu sama sekali. Lengan, bahu dan pundaknya berbulu. Lengannya panjang dan telapak tangannya lebar. Tangan dan kakinya tebal dan kekar. Jari-jemarinya panjang. Pertengahan telapak kakinya melengkung, tidak menyentuh tanah, air tidak membasahinya. Ketika berjalan ia mengangkat kakinya dari tanah dengan dada yang dibusungkan. Langkah-langkahnya lembut. Ia berjalan cepat seakan-akan menuruni bukit. Bila berhadapan dengan seseorang, Ia hadapkan seluruh tubuhnya, bukan hanya kepalanya. Matanya selalu merunduk. Pandangannya ke arah bumi lebih lama daripada pandangannya ke langit. Sesekali ia memandang dengan pandangan sekilas. Ia selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan salam kepada orang yang ditemuinya di jalan.'"<br />
<br />
<b>Cara bicara Rasulullah<br />
</b><br />
Kemudian Imam Hasan berkata, "Ceritakan kepadaku cara bicaranya."<br />
<br />
Hind bin Abi Halah berkata, "Ia selalu tampak sendu, selalu merenung dalam, dan tidak pernah tenang. Ia banyak diamnya. Ia tidak pernah berbicara yang tidak perlu. Ia memulai dan menutup pembicaraannya dengan sangat fasih. Pembicaraannya singkat dan padat, tanpa kelebihan kata-kata dan tidak kekurangan perincian yan diperlukan. Ia berbicara lembut, tidak pernah kasar atau menyakitkan. Ia selalu menganggap besar anugerah Tuhan betapapun kecilnya. Ia tidak pernah mengeluhkannya. Ia juga tidak pernah mengecam atau memuji berlebih-lebihan apapun yang ia makan<br />
<br />
Dunia dan apapun yang ada padanya tidak pernah membuatnya marah. Tetapi, jika hak seseorang dirampas, ia akan sangat murka sehingga tidak seorang pun mengenalnya lagi dan tidak ada satu pun yang dapat menghalanginya sampai ia mengembalikan hak itu kepada yang punya. Ketika menunjuk sesuatu, ia menunjuk dengan seluruh tangannya. Ketika terpesona, ia membalikkan tangannya ke bawah. Ketika berbicara,terkadang ia bersedekap atau merapatkan telapak tangan kanannya pada punggung ibu jari kirinya. Ketika marah, ia palingkan wajahnya. Ketika tersinggung, ia merunduk. Ketika ia tertawa, gigi-giginya tampak seperti untaian butir-butir hujan es.<br />
<br />
Imam Hasan berkata, “Saya menyembunyikan berita ini dari Imam Husain sampai suatu saat saya menceritakan kepadanya. Ternyata ia sudah tahu sebelumnya. Kemudian saya bertanya kepadanya tentang berita ini. Ternyata ia telah bertanya kepada ayahnya (Imam Ali) tentang Nabi, di dalam dan di luar rumah, cara duduknya dan penampilannya, dan ia menceritakan semuanya.”<br />
<br />
<b>Akhlak Rasulullah ketika masuk rumah<br />
</b><br />
Imam Husain berkata, “Aku bertanya kepada ayahku tentang perilaku Nabi ketika ia memasuki rumahnya. Ayahku berkata, ‘Ia masuk rumah kapan saja ia inginkan. Bila berada di rumah, ia membagi waktunya menjadi tiga bagian; sebagian untuk Allah, sebagian untuk keluarganya, sebagian lagi untuk dirinya. Kemudian ia membagi waktunya sendiri antara dirinya dan orang lain; satu bagian khusus untuk sahabatnya dan bagian lainnya untuk umum. Ia tidak menyisakan waktunya untuk kepentingan dirinya. Termasuk kebiasaannya pada bagian yang ia lakukan untuk orang lain ialah mendahulukan atau menghormati orang-orang yang mulia dan ia menggolongkan manusia berdasarkan keutamaannya dalam agama. Di antara sahabatnya, ada yang mengajukan satu keperluan, dua keperluan, atau banyak keperluan lain. Ia menyibukkan dirinya dengan keperluan mereka. Jadi, ia menyibukkan dirinya untuk melayani mereka dan menyibukkan mereka dengan sesuatu yang baik bagi mereka.<br />
<br />
“Ia sering menanyakan keadaan sahabatnya dan memberi tahu mereka apa yang patut mereka lakukan. ‘mereka yang hadir sekarang ini harus memberitahukan kepada yang tidak hadir. Beritahukan kepadaku orang yang tidak sanggup menyampaikan keperluannya kepadaku. Orang yang menyampaikan kepada pihak yang berwenang keluhan seseorang yang tidak sanggup menyampaikannya, akan Allah kokohkan kakinya pada Hari Perhitungan’. Selain hal-hal demikan, tidak ada yang disebut-sebut dihadapannya dan tidak akan diterimanya. Mereka datang menemui beliau untuk menuntut ilmu dan kearifan. Mereka tidak bubar sebelum mereka menerimanya. Mereka meninggalkan majlis Nabi sebagai pembimbing untuk orang di belakangnya.’<br />
<br />
<b>Akhlak Rasulullah di luar rumah<br />
</b><br />
“Aku bertanya kepadanya tentang tingkah laku Nabi yang mulia di luar rumahnya. Ia menjawab, ‘Nabi itu pendiam sampai ia merasa perlu untuk bicara. Ia sangat ramah kepada setiap orang. Ia tidak pernah mengucilkan seorang pun dalam pergaulannya. Ia menghormati orang yang terhormat pada setiap kaum dan memerintahkan mereka untuk menjaganya kaumnya. Ia selalu berhati-hati agar berperilaku yang tidak sopan atau menunjukkkan wajah yang tidak ramah kepada mereka. Ia suka menanyakan keadaan sahabat-sahabatnya dan keadaan orang-orang di sekitar mereka, misalnya keluarganya atau tetangganya. Ia menunjukkan yang baik itu baik dan memperkuatnya. Ia menunjukkan yang jelek itu jelek dan melemahkannya. Ia selalu memilih yang tengah-tengah dalam segala urusannya.’<br />
<br />
“Ia tidak pernah lupa memperhatikan orang lain karena ia takut mereka alpa atau berpaling dari jalan kebenaran. Ia tidak pernah ragu-ragu dalam kebenaran dan tidak pernah melanggar batas-batasnya. Orang-orang yang paling dekat dengannya adalah orang-orang yang paling baik. Orang yang paling baik, dalam pandangannya, adalah orang-orang yang paling tulus menyayangi kaum muslimin seluruhnya. Orang yang paling tinggi kedudukannya disisinya adalah orang yang paling banyak memperhatikan dan membantu orang lain.’”<br />
<br />
<b>Cara Rasulullah duduk<br />
</b><br />
Imam Husain berkata, “Kemudian aku bertanya kepadanya tentang cara Rasulullah duduk. Ia menjawab, ‘Rasulullah tidak pernah duduk atau berdiri tanpa mengingat Allah. Ia tidak pernah memesan tempat hanya untuk dirinya dan melarang orang lain duduk di situ. Ketika datang di tempat pertemuan, ia duduk dimana saja tempat tersedia. Ia juga menganjurkan orang lain untuk berbuat yang sama. Ia memberikan tempat duduk dengan cara yang sama sehingga tidak ada orang yang merasa bahwa orang lain lebih mulia ketimbang dia. Ketika seseorang duduk di hadapannya, ia akan tetap duduk dengan sabar sampai orang itu berdiri atau meninggalkannya. Jika orang meminta sesuatu kepadanya, ia akan memberikan tepat apa yang orang itu minta. Jika tidak sanggup memenuhinya, ia akan mengucapkan kata-kata yang membahagiakan orang itu. Semua orang senang pada akhlaknya sehingga ia seperti ayah bagi mereka dan semua ia perlakukan dengan sama. Majlisnya adalah majlis kesabaran, kehormatan, kejujuran dan kepercayaan. Tidak ada suara keras di dalamnyadan tidak ada tuduhan-tuduhan yang buruk. Tidak ada kesalahan orang yang diulangi lagi di luar majlis. Mereka yang berkumpul dalam pertemuan memperlakukan sesamanya dengan baik dan mereka satu sama lain terikat dalam kesalehan. Mereka rendah hati, sangat menghormati yang tua dan penyayang kepada yang muda, dermawan kepada yang fakir, dan ramah kepada pendatang dari luar.’<br />
<br />
<b>Cara Rasulullah bergaul dengan sahabatnya<br />
</b><br />
“Aku bertanya kepadanya bagaimana Rasulullah bergaul dengan sahabat-sahabatnya. Ia menjawab, ‘Rasulullah ceria, selalu lembut hati, dan ramah. Ia tidak kasar dan tidak berhati keras. Ia tidak suka membentak-bentak. Ia tidak pernah berkata kotor, tidak suka mencari-cari kesalahan orang, juga tidak suka memuji-muji berlebihan. Ia mengabaikan apa yang tidak disukainya dalam perilaku orang begitu rupa sehingga orang tidak tersinggung dan tidak putus asa. Ia menjaga dirinya untuk tidak melakukan tiga hal: bertengkar, banyak omong, dan berbicara yang tidak ada manfaatnya. Ia juga menghindari tiga hal dalam hubungannya dengan orang lain: mengecam orang, mempermalukan orang, dan mengungkit-ungkit kesalahan orang. Ia tidak pernah berkata kecuali kalau ia berharap memperoleh anugerah Tuhan. Bila ia berbicara, pendengarnya menundukkan kepalanya, seakan-akan burung bertengger di atas kepalanya. Baru kalau ia diam, pendengarnya berbicara. Mereka tidak pernah berdebat di hadapannya. Jika salah seorang di antara mereka berbicara, yang lain mendengarkannya sampai ia selesai. Mereka bergiliran untuk berbicara di hadapannya. Ia tertawa jika sahabatnya tertawa; ia juga terkagum-kagum jika sahabatnya terpesona. Ia sangat penyabar kalau ada orang baru bertanya atau berkata yang tidak sopan, walaupun sahabat-sahabatnya keberatan. Ia biasanya berkata, “Jika kamu melihat orang yang memerlukan pertolongan, bantulah ia.” Ia tidak menerima pujian kecuali dari orang yang tulus. Ia tidak pernah menyela pembicaraan orang kecuali kalau orang itu melampaui batas. Ia menghentikan pembicaraannya atau berdiri meninggalkannya.’<br />
<br />
<b>Diamnya Rasulullah<br />
</b><br />
“Kemudian aku bertanya padanya tentang diamnya Nabi. Ia berkata, ‘Diamnya Nabi karena empat hal: karena kesabaran, kehati-hatian, pertimbangan, dan perenungan. Berkaitan dengan pertimbangan, ia lakukan untuk melihat dan mendengarkan orang secara sama. Berkaitan dengan perenungan, ia lakukan untuk memilah yang tersisa (bermanfaat) dan yang binasa (yang tidak bermanfaat). Ia gabungkan kesabaran dengan lapang-dada. Tidak ada yang membuatnya marah sampai kehilangan kendali diri. Ia berhati-hati dalam empat hal: dalam melakukan perbuatan baik sehingga orang dapat menirunya; dalam meninggalkan keburukan sehingga orang berhenti melakukannya; dalam mengambil keputusan yang memperbaiki ummatnya; dan dalam melakukan sesuatu yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat.”<br />
<br />
<i>(Ma’ani Al Akhbar 83; ‘Uyun Al Akhbar Al Ridha 1:246; Ibnu Katsir, Al Shirah Nabawiyah 2:601; lihat Thabathabai, Sunan Al Nabi SAW 102-105).</i></div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-77088112734542541412010-01-24T21:03:00.000-08:002010-01-24T22:24:31.094-08:00Abu Dzar Al Ghifari radhiyallahu ‘anhu, Sosok Pejuang Sendirian<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ6wze-572a7U0OdkR-_MxnguriSnfuD-AlaW690d_UZ6IyS3cU7ixi685161V_S2jdqQmOIYeM_lVQULtxEJDSwjkaWXa03dRyvzeFOkKr_yRko5WPHuPU3QM2oF_D0NPB3SwOfYu0XYs/s1600-h/Abu+Dzar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ6wze-572a7U0OdkR-_MxnguriSnfuD-AlaW690d_UZ6IyS3cU7ixi685161V_S2jdqQmOIYeM_lVQULtxEJDSwjkaWXa03dRyvzeFOkKr_yRko5WPHuPU3QM2oF_D0NPB3SwOfYu0XYs/s200/Abu+Dzar.jpg" width="200" /></a><br />
</div>Bani Ghifar adalah qabilah Arab suku badui yang tinggal di pegunungan yang jauh dari peradaban orang-orang kota. Lebih-lebih lagi suku ini terkenal sebagai gerombolan perampok yang senang berperang dan menumpahkan darah serta pemberani. Bani Ghifar terkenal juga sebagai suku yang tahan menghadapi penderitaan dan kekurangan serta kelaparan. Latar belakang tabi’at kesukuan, apakah itu tabiat yang baik ataukah tabi’at yang jelek, semuanya terkumpul pada diri Abu Dzar.<br />
</div><a name='more'></a><br />
<br />
Nama lengkapnya yang mashur ialah Jundub bin Junadah Al Ghifari dan terkenal dengan kuniahnya Abu Dzar. Di suatu hari tersebar berita di kampung Bani Ghifar, bahwa telah muncul di kota Makkah seorang yang mengaku sebagai utusan Allah dan mendapat berita dari langit. Serta merta berita ini sangat mengganggu penasaran Abu Dzar, sehingga dia mengutus adik kandungnya bernama Unais Al Ghifari untuk mencari berita ke Makkah. Unais sendiri adalah seorang penyair yang sangat piawai dalam menggubah syair-syair Arab. Berangkatlah Unais ke Makkah untuk mencari tau apa sesungguhnya yang terjadi di Makkah berkenaan dengan berita kemunculan utusan Allah itu.<br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan setelah beberapa lama, kembalilah Unais kekampungnya dan melaporkan kepada Abu Dzar tentang yang dilihat dan didengar di Makkah berkenaan dengan berita tersebut. Ditanyakan oleh Abu Dzar kepada Unais : “Apa yang telah kamu lakukan ?”, tanyanya. Unais menjelaskan : “Aku sungguh telah menemui seorang pria yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang jelek”.<br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">Abu Dzar bertanya lagi : “Apa yang dikatakan orang-orang tentangnya ?”.<br />
<br />
Unais menjawab : “Orang-orang mengatakan, bahwa dia adalah tukang sya’ir, tukang tenung, dan tukang sihir. Tetapi aku sesungguhnya telah biasa mendengar omongan tukang tenung, dan tidaklah omongannya serupa dengan omongan tukang tenung. Dan aku telah membandingkan omongan darinya dengan omongan para tukang sya’ir, ternyata amat berbeda omongannya dengan bait-bait sya’ir. Demi Allah, sesungguhnya dia adalah orang yang benar ucapannya, dan mereka yang mencercanya adalah dusta”.<br />
<br />
Mendengar laporan dari Unais itu, Abu Dzar lebih penasaran lagi untuk bertemu sendiri dengan orang yang berada di Makkah yang mengaku telah mendapatkan berita dari langit itu. Segeralah dia berkemas untuk berangkat menuju Makkah, demi menenangkan suara hatinya itu. Dan sesampainya dia di Makkah, langsung saja menuju Ka’bah dan tinggal padanya sehingga bekal yang dibawanya habis. Dia sempat bertanya kepada orang-orang Makkah, siapakah diantara kalian yang dikatakan telah meninggalkan agama nenek moyangnya ? Orang-orangpun segera menunjukkan kepada Abu Dzar, seorang pria yang ganteng putih kulitnya dan bersinar wajahnya bak bulan purnama.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Abu Dzar memang amat berhati-hati, dalam kondisi hampir seluruh penduduk Makkah memusuhi dan menentang Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam. Dan orangpun di Makkah dalam keadaan takut dan kuatir untuk mendekat kepada beliau sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam, karena siapa yang mendekat kepadanya bila dia adalah dari kalangan budak belian, akan menghadapi hukuman berat dari tuannya. Demikian pula bila dari kalangan pendatang dan tidak mempunyai qabilah pelindungnya di Makkah. Demi keadaan yang demikian mencekam, Abu Dzar tidak gegabah berbicara dengan semua orang dalam hal apa yang sedang dicarinya dan apa yang diinginkannya.<br />
<br />
Dia hanya menanti dan menanti di Ka’bah, dalam keadaan semua perbekalannya telah habis. Dia berusaha mengatasi rasa lapar yang mengganggu perutnya dengan minum air zam-zam dan tidak ada makanan lain selain itu. Demikian terus suasana penantian itu berlangsung selama tiga puluh hari dan perut Abu Dzar selama itu tidak kemasukan apa-apa kecuali hanya air zam-zam. Ini sungguh sebagai karamah air zam-zam, karena nyatanya Abu Dzar badannya serasa semakin gemuk selama tiga puluh hari itu. Apa sesungguhnya yang dinantinya ? yang dinantinya hanyalah kesempatan menemui dan berdialog langsung dengan pria ganteng berwajah bulan purnama itu, untuk mengetahui darinya langsung agama apa sesungguhnya yang dibawanya. Dia setiap harinya terus menerus mengamati tingkah laku pria ganteng ersebut dan sikap masyarakatnya yang anti pati terhadapnya.<br />
<br />
Di suatu hari yang cerah, Abu Dazar bernasib baik. Sedang dia berdiri di salah satu pojok Ka’bah, lewat di hadapan beliau Ali bin Abi Thalib dan langsung menegurnya, apakah engkau orang pendatang di kota ini ? Segera saja Abu Dzar menjawabnya : Ya ! Maka Ali bin Abi Thalib menyatakan kepadanya : Kemarilah ikut ke rumahku. Maka Abu Dzarpun pergi kerumah Ali untuk dijamu sebagai tamu. Dia tidak tanya kepada tuan rumah dan tuan rumahpun tidak tanya kepadanya tentang tujuannya datang ke kota Makkah.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan setelah dijamu, Abu Dzarpun kembali ke Ka’bah tanpa bercerita panjang dengan tuan rumah.Tapi Ali bin Abi Thalib melihat pada gurat wajah tamunya, ada sesuatu keperluan yang sangat dirahasiakannya. Sehingga ketika esok harinya, Ali berjumpa lagi dengan tamunya di Ka’bah dan segera menanyainya : Apakah hari ini anda akan kembali ke kampung ?”. Abu Dzar menjawab dengan tegas : “Belum !”. Mendapat jawaban demikian, Ali tidak tahan lagi untuk menanyainya : “Apa sesungguhnya urusanmu, dan apa pula yang mendatangkanmu ke mari ?”.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan Abu Dzarpun terperangah mendapat pertanyaan demikian dari satu-satunya orang Quraisy yang telah menjamunya dan mengakrabkan dirinya dengan tamu asing ini. Tetapi Abu Dzar tidak lagi merasa asing dengan orang yang menjamunya ini, sehingga mendapat pertanyaan demikian langsung saja dia balik mengajukan syarat bernada antangan : “Bila engkau berjanji akan merahasiakan jawabanku, aku akan menjawab pertanyaanmu”. Langsung saja Ali menyatakan janjinya : “Aku berjanji untuk menjaga rahasiamu”.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan Abu Dzar tidak ragu lagi dengan janji pemuda uraisy yang terhormat ini, sehingga dengan setengah berbisik dia menjelaskan kepada Ali : “Telah sampai kepada kami berita, bahwa telah keluar seorang Nabi”. Mendengar kata-kata Abu Dzar itu Ali menyambutnya dengan gembira dan enyatakan kepadanya : “Engkau sungguh benar dengan ucapanmu ?! ikutilah aku kemana aku berjalan dan masuklah ke rumah yang aku masuki. Dan bila aku melihat bahaya yang mengancammu, maka aku akan memberi isyarat kepadamu dengan berdiri mendekat ke tembok dan aku seolah-olah sedang memperbaiki alas kakiku. Dan bila aku lakukan demikian, maka segera engkau pergi menjauh”.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Maka Abu Dzarpun mengikuti Ali kemanapun dia berjalan, dan dengan tidak mendapati halangan apa-apa, akhirnya dia sampai juga di hadapan Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dan langsung enanyakan kepada beliau. Inilah saat yang paling dinanti oleh Abu Dzar dan ketika Rasulullah menawarkan Islam kepadanya, segera Abu Dzar menyatakan masuk Islam dituntun Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam engan mengucapkan dua kalimah syahadat. Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam berwasiat kepadanya : “Wahai Aba Dzar, sembunyikanlah keislamanmu ini, dan pulanglah ke kampungmu !, maka bila engkau mendengar bahwa kami telah menang, silakan engkau datang kembali untuk bergabung dengan kami”. <br />
<br />
Mendengar wasiat tersebut Abu Dzar menegaskan kepada Rasulullah sallallahu laihi wa aalihi wa sallam: “Demi yang mengutus engkau dengan kebenaran, sungguh aku akan meneriakkan di kalangan mereka bahwa aku telah masuk Islam”. Dan Rasulullah mendiamkan tekat Abu Dzar tersebut.<br />
<br />
Segera saja Abu dzar menuju Masjidil Haram dan di hadapan Ka’bah banyak berkumpul para tokoh-tokoh kafir Quraisy. Demi melihat banyaknya orang berkumpul padanya, Abu Dzar berteriak dengan sekeras- keras suara dengan menyatakan : “Wahai orang-orang Quraisy, aku sesungguhnya telah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku bersaksi pula Muhammad itu adalah hamba dan utusan Allah”.<br />
<br />
Mendengar omongan itu, para dedengkot kafir Quraisy marah besar dan mereka berteriak memerintahkan orang-orang di situ : “Bangkitlah kalian, kejar orang murtad itu”. Maka segera orang-orang mengerumuni Abu Dzar sembari memukulinya dengan nafsu ingin membunuhnya. Syukurlah waktu itu masih ada Al Abbas bin Abdul Mutthalib tokoh Bani Hasyim paman Rasulillah yang disegani kalangan Quraisy. Sehingga Al Abbas berteriak kepada masyarakat yang sedang beringas memukuli Abu Dzar : “Celakalah kalian, apakah kalian akan membunuh seorang dari kalangan Bani Ghifar yang kalian harus melalui kampungnya di jalur perdagangan kalian”.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demi masyarakat mendapat teriakan demikian, merekapun melepaskan Abu Dzar yang telah babak belur bersimbah darah akibat dari pengeroyokan itu. Demikianlah Abu Dzar, sosok pria pemberani yang bila meyakini kebenaran sesuatu perkara, dia tidak akan peduli menyatakan keyakinannya di hadapan siapapun meskipun harus menghadapi resiko seberat apapun. Dan apa yang dihadapinya hari ni, tidak menciutkan nyalinya untuk mengulang proklamasi keimanannya di depan Ka’bah menantang para dedengkot kafir Quraisy.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keesokan harinya dia mengulangi proklamasi keimanan yang penuh keberanian itu, dan teriakan syahadatainnya menimbulkan kembali berangnya para tokoh kafir Quraisy. Sehingga mereka memerintahkan untuk mengeroyok seorang Abu Dzar untuk kedua kalinya. Dan untuk kedua kalinya ini, Al Abbas berteriak lagi seperti kemarin dan Abu Dzarpun dilepaskan oleh masa yang sedang mengamuk itu dalam keadaan babak belur bersimbah darah seperti kemaren. <br />
<br />
Setelah dia puas membikin marah orang-orang kafir Quraisy dengan proklamasi masuk Islamnya, meskipun dia harus beresiko hampir mati dikeroyok masa. Barulah dia bersemangat melaksanakan wasiat Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam untuk pulang ke kampungnya di kampung Bani Ghifar. Abu Dzar pulang ke kampungnya, dan di sana dia rajin menda’wahi keluarganya. Unais Al Ghifari, adik kandungnya, telah masuk Islam, kemudian disusul ibu kandungnya yang bernama Ramlah bintu Al Waqi’ah Al Ghifariah juga masuk Islam. Sehingga separoh Bani Ghifar telah masuk Islam.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Adapun separoh yang lainnya, telah menyatakan bahwa bila Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam telah hijrah ke Madinah maka mereka akan masuk Islam. Maka segera saja mereka berbondong-bondong masuk Islam setelah sampainya berita di kampung mereka bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam telah hijrah ke Al Madinah An Nabawiyah. <br />
<br />
<b>Hijrah Ke Al Madinah :</b><br />
<br />
Dengan telah masuk Islamnya seluruh kampung Bani Ghifar, dan setelah peperangan Bader dan Uhud dan Khandaq, Abu Dzar bergegas menyiapkan dirinya untuk berhijrah ke Al Madinah dan langsung menemui Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam di masjid beliau. Dan sejak itu Abu Dzar berkhidmat melayani berbagai kepentingan pribadi dan keluarga Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Dia tinggal di Masjid Nabi dan selalu mengawal dan mendampingi Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam kemanapun beliau berjalan. Sehingga Abu Dzar banyak menimba ilmu dari Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Sehingga Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam sangat mencintainya dan selalu mencari Abu dzar di setiap majlis beliau dan beliau menyesal bila di satu majlis, Abu Dzar tidak hadir padanya. Sehingga beliau menanyakan, mengapa dia tidak hadir dan ada halangan apa.<br />
<br />
Begitu dekatnya Abu Dzar dengan Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, dan begitu sayangnya beliau kepada Abu Dzar, sehingga disuatu hari pernah Abu Dzar meminta jabatan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam. Maka beliau langsung menasehatinya :<br />
<br />
(tulis hadisnya di Thabaqat Ibnu Sa’ad 3 / 164)<br />
<br />
“Sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah, dan sesungguhnya jabatan itu adalah amanah, dan sesungguhnya jabatan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan bagi orang yang menerima jabatan itu, kecuali orang yang mengambil jabatan itu dengan cara yang benar dan dia menunaikan amanah jabatan itu dengan benar pula”. HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya.<br />
<br />
Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam pernah berpesan kepadanya :<br />
(tulis haditsnya di kitab Hilyatul Auliya’ 1 / 162)<br />
<br />
“Wahai Abu Dzar, engkau adalah seorang yang shaleh, sungguh engkau akan ditimpa berbagai mala petaka sepeninggalku”. Maka Abu Dzarpun bertanya : Apakah musibah itu sebagai ujian di jalan Allah ?”, Rasulullahpun menjawab : “Ya, di jalan Allah”. Dengan penuh semangat Abu Dzarpun menyatakan : “Selamat datang wahai mala petaka yang Allah taqdirkan”. HR. Abu Nu’aim Al Asfahani dalam kitab Al Hilyah jilid 1 hal. 162.<br />
<br />
Asma’ bintu Yazid bin As Sakan menceritakan, bahwa di suatu hari Abu Dzar setelah menjalankan tugas kesehariannya melayani Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, dia beristirahat di masjid, dan memang tempat tinggalnya di masjid. Maka masuklah Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam ke masjid dan mendapati Abu Dzar dalam keadaan sedang tiduran padanya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Maka Rasulullah meremas jari jemari telapak kakinya dengan telapak kaki beliau, sehingga Abu Dzarpun duduk dengan sempurna. Rasulullah menanyainya : Tidakkah aku melihat engkau tidur ?. Maka dia menjawab : Dimana lagi aku bisa tidur, apakah ada rumah bagiku selain masjid ? Maka Rasulullahpun duduk bersamanya, kemudian beliau bertanya kepadanya : Apa yang akan engkau lakukan bila engkau diusir dari masjid ini ?. Abu Dzar menjawabnya : Aku akan pindah ke negeri Syam, karena Syam adalah negeri tempat hijrah, dan negeri hari kebangkitan di padang mahsyar, dan negeri para Nabi, sehingga aku akan menjadi penduduk negeri itu.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kemudian Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam bertanya lagi kepadanya : Bagaimana pula bila engkau diusir dari negeri Syam ? Maka Abu Dzar menjawab : Aku akan kembali ke Masjid ini dan akan aku jadikan masjid ini sebagai rumahku dan tempat tinggalku. Kemudian Nabi bertanya lagi : Bagaimana kalau engkau diusir lagi dari padanya ? Abu Dzar menjawab : Kalau begitu aku akan mengambil pedangku dan aku akan memerangi pihak yang mengusirku sehingga aku mati. Maka Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam tersenyum kecut mendengar jawaban Abu Dzar itu dan beliau menyatakan kepadanya : Maukah aku tunjukkan kepadamu yang lebih baik darinya ? Segera saja Abu Dzar menyatakan : Tentu, demi bapakku dan ibuku wahai Rasulullah.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Maka beliaupun menyatakan kepadanya : “Engkau ikuti penguasamu, kemana saja dia perintahkan kamu, engkau pergi kemana saja engkau digiring oleh penguasamu, sehingga engkau menjumpaiku (yakni menjumpaiku di alam qubur) dalam keadaan mentaati penguasamu itu”. HR. Ahmad dalam Musnadnya jilid 6 hal. 457.<br />
<br />
Disamping berbagai wasiat Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam tersebut, dirwayatkan pula pujian dari Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam kepada Abu Dzar sebagai berikut ini :<br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">(tulis haditsnya di Thabaqat Ibnu Sa’ad jilid 3 hal. 161).<br />
<br />
“Tidak ada makhluq yang berbicara di kolong langit yang biru dan yang dipikul oleh bumi, yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar”. HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya jilid 3 hal 161, juga diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam Sunannya, hadits ke 3801 dari Abdullah bin Amer radhiyallahu ‘anhuma.<br />
<br />
<b>Abu Dzar berjuang sendirian :</b><br />
<br />
Setelah wafatnya Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, Abu Dzar cenderung menyendiri. Tampak benar kesedihan pada wajahnya. Dia adalah orang yang keras, tegas, pemberani, dan sangat kuat berpegang dengan segenap ajaran Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam disamping kebenciannya kepada segala bentuk kebid’ahan (yakni segala penyimpangan dari ajaran Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam).<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dia adalah orang yang penyayang terhadap orang-orang lemah dari kalangan faqir dan miskin. Karena dia terus-menerus berpegang dengan wasiat Nabi sebagaimana yang beliau ceritakan : (artinya) “Telah berwasiat kepadaku orang yang amat aku cintai (Yakni Rsaulullah) dengan tujuh perkara : Beliau memerintahkan aku untuk mencintai orang-orang miskin dan mendekati mereka, dan beliau memerintahkan aku untuk selalu melihat keadaan orang yang lebih menderita dariku. Beliau memerintahkan kepadaku juga untuk aku tidak meminta kepada seseorangpun untuk mendapatkan keperluanku sedikitpun, dan aku diperintahkan untuk tetap menyambung silaturrahmi walaupun karib kerabatku itu memboikot aku.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demikian pula aku diperintahkan untuk mengucapkan kebenaran walaupun serasa pahit untuk diucapkan, dan aku tidak boleh takut cercaan siapapun dalam menjalankan kebenaran. Aku dibimbing olehnya untuk selalu mengucapkan la haula wala quwwata illa billah (yakni tidak ada daya upaya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan bantuan Allah), karena kalimat ini adalah simpanan perbendaharaan yang diletakkan di bawah Arsy Allah”. HR. Ahmad dalam Musnadnya jilid 5 hal. 159.<br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">Abu Dzar mempunyai pendapat yang dirasa ganjil oleh banyak orang yang hidup di zamannya, tetapi mereka tidak bisa membantahnya. Diriwayatkan oleh Al Ahnaf bin Qais sebuah kejadian yang menunjukkan betapa berbedanya Abu Dzar dari yang lainnya, kata Al Ahnaf : “Aku pernah masuk kota Al Madinah di suatu hari. Ketika itu aku sedang duduk di suatu halaqah (ya’ni duduk bergerombol dengan formasi duduknya melingkar) dengan orang-orang Quraisy.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tiba-tiba datanglah ke halaqah itu seorang pria yang compang camping bajunya, badannya kurus kering, dan wajahnya menunjukkan kesengsaraan hidup,dan orang inipun berdiri di hadapan mereka seraya berkata : Beri kabar gembira bagi orang-orang yang menyimpan kelebihan hartanya, dengan ancaman adzab Allah berupa dihimpit batu yang amat panas karena batu itu dibakar diatas api, dan batu itupun diletakkan di dadanya sehingga sampai tenggelam padanya sehingga batu panas itu keluar dari pundaknya. Dan juga diletakkan batu panas itu di tulang pundaknya sehingga keluar di dadanya, demikian terus sehingga batu panas itu naik turun antara dada dan tulang pundaknya.<br />
<br />
Mendengar omongan orang ini, hadirin yang ada di halaqah itu menundukkan kepalanya. Maka aku melihat, tidak ada seorangpun yang menyapanya dari hadirin yang duduk di halaqah itu. Sehingga orang itupun segera meninggalkan halaqah tersebut dan duduk menjauh daripadanya . Maka akupun bertanya kepada yang hadir di halaqah itu : Siapakah dia ini ?, mereka menjawab : Dia adalah Abu Dzar. Demi aku melihat keadaan demikian, akupun mendatangi tempat dia duduk menyendiri dan akupun duduk dihadapannya dan aku katakan kepadanya : Aku melihat, mereka yang duduk di halaqah itu tidak suka dengan apa yang engkau ucapkan. Abu Dzarpun menyatakan : Mereka itu adalah orang-orang yang tidak mengerti sama sekali. Sesungguhnya kekasihku Abul Qasim (yakni Nabi Muhammad) sallallahu alaihi wa aalihi wasallam pernah memanggil aku dan akupun segera memenuhi panggilan beliau. Maka beliaupun menyatakan kepadaku : Engkau lihat gunung Uhud itu ?!.<br />
<br />
Aku melihat gunung itu dalam keadaan diterpa oleh sinar matahari pada punggungnya, dan aku menyangka beliau akan menyuruh aku untuk suatu keperluan padanya. Maka aku menjawab pertanyaan beliau : Aku melihatnya.<br />
<br />
Kemudian beliaupun bersabda : Tidaklah akan menyenangkan aku kalau seandainya aku punya emas sebesar itu, kecuali bila aku shodaqahkan semuanya sehingga tidak tersisa daripadanya kecuali tiga dinar (untuk keperluanku). Selanjutnya Abu Dzar menyatakan : Tetapi kemudian mereka itu kenyataannya selalu mengumpulkan dunia, mereka tidak mengerti sama sekali.<br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku katakan kepadanya : Ada apa antara engkau dengan saudara-saudarmu dari kalangan orang-orang Quraisy. Mengapa engkau tidak minta bantuan dari mereka sehingga engkau mendapatkan sebagian harta mereka. Abu Dzar menjawab dengan tegas dan lantang : Tidak ! Demi Tuhanmu, aku tidak akan meminta dunia sedikitpun kepada mereka dan aku tidak akan minta fatwa dari mereka tentang agama, sehingga aku mati bergabung dengan Allah dan RasulNya”. Demikian diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Shahihnya hadits ke 1407 – 1408 dan Muslim dalam Shahihnya hadits ke 992 / 34 – 35.<br />
<br />
Abu Dzar sangat keras dengan pendiriannya. Dia berpendapat bahwa menyimpan harta yang lebih dari keperluannya itu adalah haram. Sedangkan keumuman para Shahabat Nabi berpendapat, bahwa boleh menyimpan harta dengan syarat bahwa harta itu telah dizakati (yakni dikeluarkan zakatnya). Bahkan Abu Dzar menjauh dari para Shahabat Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam yang mulai makmur hidupnya karena menjabat jabatan di pemerintahan.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hal ini diceritakan oleh Abu Buraidah sebagai berikut : “Ketika Abu Musa Al Asy’ari datang ke Madinah, dia langsung menemui Abu Dzar. Maka Abu Musa berusa merangkul Abu Dzar, padahal Abu Musa adalah seorang pria yang kurus dan pendek. Sedangkan Abu Dzar adalah seorang pria yang hitam kulitnya dan lebat rambutnya. Maka ketika Abu Musa berusaha merangkulnya, dia mengatakan : Menjauhlah engkau dariku !!<br />
<br />
Abu Musa mengatakan kepadanya : Marhaban wahai saudaraku.<br />
<br />
Abu Dzarpun menyatakan kepadanya sambil mendorongnya untuk menjauh darinya : “Aku bukan saudaramu, dulu memang aku saudaramu sebelum engkau menjabat jabatan di pemerintahan”. Selanjutnya Abu Buraidah menceritakan : Kemudian setelah itu datanglah Abu Hurairah menemuinya. Juga Abu Hurairah berusaha merangkulnya dan menyatakan kepadanya : Marhaban wahai saudaraku.<br />
<br />
Abu Dzar menyatakan kepadanya : Menjauhlah engkau dariku, apakah engkau menjabat satu jabatan dalam pemerintahan ?<br />
<br />
Abu Hurairah menjawab : Ya, aku menjabat jabatan dalam pemerintahan.<br />
<br />
Abu Dzar selanjutnya menanyainya : Apakah engkau berlomba-lomba membangun bangunan yang tinggi, atau membikin tanah pertanian, atau hewan piaraan ?<br />
<br />
Abu Hurairah menjawab : Tidak.<br />
<br />
Maka Abu Dzarpun menyatakan kepadanya : Kalau begitu engkau saudaraku, engkau saudaraku”. Demikian diriwayatkan kisah ini oleh Ibnu Sa’ad dala Thabaqatnya jilid 3 halaman 163.<br />
<br />
Sikap Abu Dzar yang demikian keras, karena amat kuat berpegang dengan wasiat Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam kepadanya :<br />
<br />
(tulis haditsnya dalam Thabaqat Ibnu Sa’ad jilid 3 hal. 162)<br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;"> “Orang yang paling dekat diantara kalian dariku di hari kiamat, adalah yang keadaan hidupnya ketika meninggal dunia, seperti keadaannya ketika aku meninggalkannya untuk mati”. HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya jilid 3 hal. 162.<br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">Abu Dzar keadaannya ketika Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam meninggal dunia, ialah sangat melarat. Dia ingin mempertahankan kondisi melarat itu ketika dia meninggal dunia nanti, karena ingin mendapatkan posisi yang paling dekat dengan Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam di hari kiamat kelak.<br />
<br />
<b>Meninggal dunia di tempat pengasingan :</b><br />
<br />
Dengan sikap hidup yang demikian, Abu Dzar tidak punya teman dari kalangan sesama para Shahabat Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Dia pernah tinggal di negeri Syam di zaman pemerintahan Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Waktu itu gubernur negeri Syam adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu anhu. Maka Mu’awiyah merasa terganggu dengan sikap hidupnya, sehingga meminta kepada Amirul Mu’minin Utsman bin Affan untuk memanggilnya ke Madinah kembali.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Abu Dzar akhirnya dipanggil kembali ke Madinah oleh Utsman dan tentu dia segera menta’ati panggilan itu. Sesampainya di Madinah segera saja Abu Dzar menghadap Amirul Mu’minin Utsman bin Affan. Abu Dzar diberi tahu oleh Amirul Mu’minin bahwa dia dikehendaki untuk tinggal di Madinah menjadi orang dekatnya Amirul Mu’minin Utsman. Mendengar penjelasan itu Abu Dzar menegaskan kepada beliau : “Wahai Amirul Mu’minin, aku tidak senang dengan posisi demikian. Izinkanlah aku untuk tinggal di daerah perbukitan Rabadzah di luar kota Madinah”. <br />
<br />
Maka Amirul Mu’mininpun mengizinkannya dan memerintahkan untuk membekali Abu Dzar dengan beberapa ekor ternak dan budak belian untuk membantunya. Tetapi Abu Dzar menolaknya dengan menyatakan kepada beliau : “Cukuplah bagi Abu Dzar, beberapa ekor ternak miliknya sendiri”.<br />
<br />
Abu Dzar segera berangkat ke Rabadzah, dan di perbukitan tersebut tidak ada manusia yang tinggal di sana. Dia ingin mengasingkan diri di sana, demi melihat kebanyakan orang merasa terganggu dengan berbagai ungkapannya dan pendapatnya. Dia tinggal di tempat pengasingannya dengan anak perempuannya dan budak wanita miliknya yang hitam dan jelek rupa. Budak wanita itu dibebaskannya kemudian dinikahinya sebagai istri. Abu Dzar menghabiskan waktunya untuk berdzikir kepada Allah dan membaca Al Qur’an. Sesekali dia turun ke Madinah karena takut tergolong orang yang kembali menjadi badui setelah hijrah. Yang demikian itu dilarang oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam.<br />
<br />
Di suatu hari ketika Abu Dzar turun ke Al Madinah, sempat dia berkunjung ke Amirul Mu’minin dan di sana ada Ka’ab dan Abdullah bin Abbas sedang membicarakan tentang dibagi-baginya harta warisan Abdurrahman bi A’uf. Maka Amirul Mu’minin bertanya kepada Ka’ab : Wahai Aba Ishaq, bagaimana menurut pendapatmu bila harta seseorang itu yang telah ditunaikan zakatnya, apakah akan menjadi mala petaka bagi yang mengumpulkannya. Maka Ka’ab menjawab : Bila harta itu adalah kelebihan dari harta yang telah ditunaikan padanya haqnya Allah (yakni zakat), maka yang demikian itu tidak mengapa.<br />
<br />
Mendengar jawaban itu Abu Dzar bangun dari tempat duduknya dan langsung memukul Ka’ab dengan tongkatnya pada bagian diantara kedua telinganya sehingga melukainya. Abu Dzar menyatakan kepada Ka’ab : Wahai anaknya perempuan Yahudi, kamu menganggap tidak ada kewajiban atasnya dalam perkara hartanya bila dia telah menunaikan zakat atas hartanya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sedangkan Allah telah berfirman : (artinya)”Dan mereka lebih mengutamakan saudaranya dari pada dirinya walaupun menyulitkan dirinya”. S. Al Hasyr 9, juga Allah berfirman : (artinya)”Mereka kaum Mu’minin itu memberi makan kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan”. S. Ad Daher (dinamakan juga S. Al Insan) ayat ke 8. Dan beberapa ayat lainnya dari Al Qur’an yang semakna dengan ayat-ayat tersebut, yang merupakan dalil-dalil bagi Abu Dzar atas pendapatnya bahwa seseorang itu dianggap belum menunaikan kewajibannya atas hartanya bila dia belum menghabiskannya untuk shadaqah, kecuali meninggalkannya untuk keperluan mendesak bagi keluarganya.<br />
<br />
Melihat kejadian itu, Amirul Mu’minin segera menegur Abu Dzar : “Takutlah engkau kepada Allah wahai Aba Dzar, tahanlah tanganmu dari perbuatan itu dan tahanlah lesanmu untuk mengucapkan ucapan sekeras itu kepada saudaramu”. Juga Amirul Mu’minin meminta kepada Ka’ab untuk memaafkan Abu Dzar dan tidak menuntut hukum qishas (yakni hukum balas) atas Abu Dzar dengan tindakannya melukai kepala beliau. Dan Ka’abpun akhirnya memaafkannya. Abu Dzar kembali ketempat pengasingannya di Rabadzah dengan penuh kekecewaan dan kemarahan.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dia semakin senang untuk menyendiri dan semakin rindu untuk bertemu Allah dan RasulNya. Sampailah akhirnya dia menderita sakit ditempat pengasingannya. Dia hanya ditemani oleh anak istrinya di saat-saat akhir hidupnya. Tidak ada orang yang tahu bahwa Abu Dzar sedang sakit dan menderita dengan sakitnya. Bertambah hari tampak bertambah berat penyakit yang dideritanya. Dalam kondisi demikian, istrinya menangis dihadapannya. Abu Dzar menegurnya : “Mengapa engkau menangis ?”.<br />
<br />
Istrinya menjawab : “Aku menangis karena engkau pasti akan tiada lagi, dalam keadaan aku tidak punya kain kafan untuk membungkus jenazahmu”.<br />
<br />
Maka Abu Dzar menasehati istrinya : “Jangan engkau menangis, karena aku telah pernah mendengar Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam bersabda di suatu hari dan aku ada di samping beliau bersama sekelompok orang yang lainnya. Beliau bersabda : “Sungguh salah seorang dari kalian akan meninggal dunia di padang pasir yang akan disaksikan oleh sekelompok kaum Mu’minin”. <br />
<br />
Kemudian Abu Dzar melanjutkan nasehatnya kepada istrinya : “Ketahuilah olehmu, semua orang yang hadir bersama aku waktu itu di hadapan Rasulullah, telah mati semua di kampung dan desanya. Dan tidak tertinggal di dunia ini dari yang hadir itu kecuali aku. Maka sudah pasti yang akan mati di padang pasir seperti yang dikabarkan oleh beliau itu adalah aku. Oleh karena itu sekarang engkau lihatlah ke jalan. Engkau pasti nanti akan melihat apa yang aku katakan. Aku tidaklah berdusta dan aku tidak didustai dengan berita ini (yakni pasti engkau akan mendapati sekelompok orang yang akan menyaksikan peristiwa kematianku seperti yang diberitakan oleh Rasulullah)”.<br />
<br />
Istrinya menyatakan kepadanya : “Bagaimana mungkin akan ada orang yang engkau katakan, sedang musim haji telah lewat ?!”.<br />
<br />
Abu Dzar tetap meyakinkan istrinya untuk melihat ke arah jalan : “Lihatlah jalan !”. Maka istrinya menuruti beliau mengamati jalanan yang ada didepan Rabadzah. Dan ternyata, ketika si istri sedang mengamati jalan di depan Rabadzah, apakah ada rombongan yang berlalu padanya, tiba-tiba dilihat olehnya dari kejauhan serombongan kafilah sedang mendekat ke arah Rabadhah yang menandakan bahwa mereka akan melewati jalan di depan Rabadzah. Amat gembira tentunya istri Abu Dzar melihatnya, sehingga rombongan itupun berhenti didepannya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Orang-orang di rombongan itupun menanyainya : Ada apa engkau ada di sini ? Maka perempuan itupun menyatakan kepada mereka : “Di sini ada seorang pria Muslim yang hendak mati, hendaknya kalian mengkafaninya, semoga Allah membalas kalian dengan pahalaNya”. Maka merekapun menanyainya : “Siapakah dia ?” Perempuan itu menjawab : “Dia adalah Abu Dzar”. Mendengar jawaban itu mereka berlarian turun dari kendaraannya masing-masing menuju gubuknya Abu Dzar.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan ketika mereka sampai di gubuk itu, mereka mendapati Abu Dzar sedang terkulai lemas di atas tempat tidurnya. Tapi masih sempat juga Abu Dzar memberi tahu mereka : “Bergembiralah kalian, karena kalianlah yang diberitakan Nabi sebagai sekelompok kaum Mu’minin yang menyaksikan saat kematian Abu Dzar”. Kemudian Abu Dzar menyatakan kepada mereka : “Kalian menyaksikan bagaimana keadaanku hari ini. Seandainya jubbahku mencukupi sebagai kafanku, niscaya aku tidak dikafani kecuali dengannya. Aku memohon kepada kalian dengan nama Allah, hendaklah janganlah ada yang mengkafani jenazahku nanti seorangpun dari kalian, orang yang pernah menjabat sebagai pejabat pemerintah, atau tokoh masyarakat, atau utusan pemerintah untuk satu urusan”.<br />
<br />
Semua anggauta rombongan itu adalah orang-orang yang pernah menjabat berbagai kedudukan itu, kecuali seorang pemuda Anshar, yang menyatakan kepadanya : “Aku adalah orang yang engkau cari dengan persyaratan itu. Aku mempunyai dua jubbah dari hasil pintalan ibuku. Satu dari padanya ada di kantong tas bajuku, sedang yang lainnya ialah baju yang sedang aku pakai ini”. Mendengar omongan pemuda Anshar itu Abu Dzar amat gembira, kemudian dengan serta merta menyatakan kepadanya : “Engkaulah orang yang aku minta mengkafani jenazahku nanti dengan jubbahmu itu”.<br />
<br />
Dengan penuh kegembiraan, Abu Dzar menghembuskan nafas terakhirnya, dan selamat tinggal dunia yang penuh duka dan nestapa ini. Selamat jalan wahai Abu Dzar untuk menemui Allah dan RasulNya yang amat engkau rindukan. Beristirahatlah engkau di sana dari berbagai penderitaan dunia ini. Jenazah Abu Dzar dirawat oleh pemuda Anshar pilihan Abu Dzar, dan segera dishalati serta dikuburkan oleh rombongan kafilah tersebut di Rabadzah itu.<br />
<br />
<b>P e n u t u p :<br />
</b>Anak istri Abu Dzar akhirnya diungsikan dari Rabadzah ke Madinah sepeninggalnya. Amirul Mu’minin Utsman bin Affan amat pilu mendengar peristiwa kematian Abu Dzar. Beliau hanya mampu menanggapi berita kematian itu dengan mengucapkan : “Semoga Allah merahmati Abu Dzar”. Putri Abu Dzar dimasukkan oleh Utsman bin Affan dalam keluarganya.<br />
<br />
Demikianlah perjalanan hidup orang yang sangat besar ambisinya kepada kenikmatan hidup di akherat dan amat mengecilkan serta merendahkan dunia. Dia amat konsisten dengan pandangan hidupnya, sampaipun dibawa mati. Memang tidak mesti orang yang sendirian itu dianggap salah, asalkan dia menjalani kesendirian itu dengan bimbingan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman Salafus Shaleh.<br />
<br />
Duhai, betapa berat untuk istiqamah di atas kebenaran itu. Di zaman pemerintahan Utsman bin Affan yang penuh limpahan barokah dan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah serta masyarakat yang diliputi oleh kejujuran dan ketaqwaan, sempat ada orang yang kecewa dengan masyarakat itu, sehingga memilih hidup menyendiri sampai dijemput mati. Apatah lagi di zaman ini, masyarakat diliputi oleh kejahilan tentang ilmu Al Qur’an dan Al Hadits.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Masyarakat yang jauh dari ketaqwaan, sehingga para pendustanya amat dipercaya dan diikuti, sedangkan orang-orang yang jujur justru dianggap pendusta dan dijauhi. Kalaulah tidak karena pertolongan, petunjuk dan bimbingan Allah, niscaya kita semua di zaman ini akan binasa dengan kesesatan, kedustaan dan pengkhianatan serta fitnah yang mendominasi hidup ini. Tapi ampunan dan rahmat Allah jualah yang kita harapkan untuk mengantarkan kita kepada keridho’anNya.<br />
<br />
Daftar Pustaka :<br />
<br />
1. Al Qur’an Al Karim.<br />
2. Fathul Bari Syarah Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajr Al Asqalani.<br />
3. Al Minhaj Fi Syarah Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Al Imam Abu Zakaria AnNawawi.<br />
4. At Thabaqatul Kubra, Muhammad bin Sa’ad.<br />
5. Hilyatul Awliya’ Wa Thabaqatul Ashfiya’, Al Hafidl Abu Nu’aim Al Asfahani.<br />
6 . Siyar A’lamin Nubala’, Al Imam Adz Dzahabi.<br />
7. Musnad Imam Ahmad, Al Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani.<br />
8. Sunan At Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah At tirmidzi.alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-78979214593485815922010-01-20T17:19:00.000-08:002010-02-06T17:39:20.123-08:00Rasulullah SAW, Kekasih Allah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz07TXNgzVNC880AK6Os19TWC9gnIOhC6LkKqsCMlPKgpN6z-GhcRcqQRrRxJ_txz-LngZjHnTspD_H1JbQc9WuTlcuh8yTGO-4rGflGmcK5wGbZshhXvLFrga_Wr_OqvWo-yKXbpuavLz/s1600-h/allah_muhammad.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz07TXNgzVNC880AK6Os19TWC9gnIOhC6LkKqsCMlPKgpN6z-GhcRcqQRrRxJ_txz-LngZjHnTspD_H1JbQc9WuTlcuh8yTGO-4rGflGmcK5wGbZshhXvLFrga_Wr_OqvWo-yKXbpuavLz/s320/allah_muhammad.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Suatu saat beberapa sahabat menunggu Rasulullah SAW di masjid Madinah. Mereka berdiskusi soal agama. Sampai pada suatu tema, mereka berbicara tentang topik kelebihan para rasul dan nabi.<br />
<br />
Ibnu Abbas RA menuturkan, sebagaimana dicatat Ad-Darami dan At-Tirmidzi dalam kumpulan hadist mereka, ada seorang sahabat berkata, “Sungguh menakjubkan! Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai kawan dekat-Nya.”<br />
<br />
Yang lain menyahut, “Lebih hebat lagi Allah telah bercakap-cakap secara langsung dengan Musa!”<br />
<br />
Sebagian lagi mengutarakan, “Isa sebagai kalimat Allah dan Ruh-Nya.”<br />
Ada lagi yang mengatakan. “Allah telah memilih Adam.”<br />
<br />
Pernyataan-pernyataan para sahabat itu telah menimbulkan perbedaan pendapat. Dan mereka belum menemukan kata akhir, siapakah yang lebih dari yang lain. Sementara dalam ayat disebutkan, “Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi itu atas sebagian yang lain.” – QS Al-Isra’ (17):55.<br />
<br />
Tanpa disadari para sahabat, ternyata yang dinanti, Rasulullah SAW, sudah berdiri dibelakang mereka. Dan beliaupun sudah mendengar apa yang mereka bicarakan.<br />
Dengan wajah mengepresikan tanya, para sahabat menunggu Nabi bersabda.<br />
<br />
Bukan Kesombongan<br />
<br />
“Aku telah mendengar apa yang kalian percakapkan dan memaklumi keheranan kalian terhadap keberadaan Ibrahim sebagai kawan dekat Allah, memang begitulah adanya. Terhadap keberadaan Musa sebagai orang yang diajak bercakap-cakap langsung, memang begitulah adanya. Terhadap keberadaan Isa sebagai kalimat dan Ruh-Nya, juga memeng begitulah adanya. Sedang aku adalah kekasih Allah ( Habib Allah ), dan ini bukan kesombongan.”<br />
<br />
Beberapa sahabat yang mendengar keterangan, sedikit plong hatinya. Berarti mereka sudah menemukan jawaban atas apa yang mereka perdebatkan.<br />
<br />
Nabi SAW melanjutkan, “Aku menjadi pembawa bendera kemulian pada hari kebangkitan, Aku adalah pembela pertama dan orang pertama yang dikabulkan syafa’atnya, dan ini bukan sebuah kesombongan. Aku adalah orang pertama yang mengetuk pintu surga, dan Allah akan membuka pertama kalinya untukku dan mempersilahkan aku memasukinya dengan orang-orang miskin diantara kalian. Aku adalah orang yang paling dimuliakan idi zaman awal dan di zaman akhir, dan sungguh ini bukan sebuah kesombongan.”<br />
<br />
Istilah Habib Allah inilah yang sering disebut-sebut dalam syair dan qashidah maulid. Mayoritas ulama berpendapat, kekasih Allah lebih tinggi daripada kawan dekat allah ( Khalilullah ). Salah satunya pendapat Imam Abu Bakar bin Furak, berdasarkan sebuah pendapat ahli kalam, “Khalil mencapai Allah melalui sebuah perantaraan sebagai yang diisyaratkan dalam firman_Nya, “Demikianlah langit dan perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda kekuasaan Kami di langit dan di bumi.” – QS Al-An’am (6):75.<br />
<br />
Sementara bagaimana “ Seorang yang cinta” mencapai Allah, diisyaratkan dalam firman-Nya, “…Dia sangat dekat dua ujung busur mata panah atau lebih dekat lagi.”- QS An-Najm (53):9.<br />
<br />
Khalil berkata, “Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian.” – QS As-Syu’ara (26):84. Sedang kepada orang yang dicintai dikatakan, “Dan Kami tinggikan bagimu sebutan namamu.” – QS Alam Nasyrah (Al Insyirah):4.<br />
<br />
Nabi Muhammad SAW dianugerahi sejumlah kemuliaan tersebut tanpa beliau memintanya.<br />
<br />
Masih banyak lagi perbandingan yang menguatkan bahwa istilah Habib lebih tinggi dari Khalil. Dalam kehidupan sehari-hari, umumnya, kitapun lebih mengutamakan kekasih kita daripada kawan kita.<br />
<br />
Sejumlah keterangan yang telah disampaikan, menurut Qadhi Iyadh bin Musa Al Yahsubi, dalam bukunya yang berjudul “Keagungan kekasih Allah, Muhammad SAW” menunjukkan ketinggian derajat Nabi Muhammad SAW.<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;"><i>Sumber : Majalah Alkisah No.06/Tahun VI/10</i></span></div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-55525100518271150992010-01-13T08:03:00.000-08:002010-01-16T20:14:14.980-08:00Mutiara nasehat Al Habib Umar Al Hafidz<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJdGPnkkkbKUH8o_hmHN1JdwZB7CI9j7yKz0h1K50tP9rbWRGMT5A4ZHL3j2xPtY3by60HvWgMywXrzQfFFePruFSoeYhEtrFQBkTA_M_4iHEjPNML-fqJACDgTCB3tifg0BlpSSicpMhh/s1600-h/habib-umar-bin-hafidz1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJdGPnkkkbKUH8o_hmHN1JdwZB7CI9j7yKz0h1K50tP9rbWRGMT5A4ZHL3j2xPtY3by60HvWgMywXrzQfFFePruFSoeYhEtrFQBkTA_M_4iHEjPNML-fqJACDgTCB3tifg0BlpSSicpMhh/s320/habib-umar-bin-hafidz1.jpg" /></a><br />
</div><blockquote><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah</span><br />
</blockquote><br />
<div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Barang siapa Semakin mengenal kepada allah niscaya akan semakin takut.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barang siapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia <span id="lw_1263398235_0" style="-moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border-bottom: 1px dashed rgb(0, 102, 204); cursor: pointer;">tidak akan</span> beruntung.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan sang kekasih (Allah), maka kematian adalah <span id="lw_1263398235_1">hari raya</span> baginya.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Barang siapa percaya pada <span id="lw_1263398235_2">Risalah</span> (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barang siapa percaya pada risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barang siapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Kedekatan seseorang dengan para nabi di <span id="lw_1263398235_3" style="border-bottom: 1px dashed rgb(0, 102, 204); cursor: pointer;">hari kiamat</span> menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Betapa anehnya bumi, semuanya adalah pelajaran. Kukira tidak ada sejengkal tanah di muka bumi kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia tidak akan sampai pada Tuhannya sama sekali dan kedekatan manusia terhadap Allah menurut kadar pembersihan jiwanya.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka akan mendapatkan apa yang diinginkan.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Barang siapa yang mempunyai samudra ilmu kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian) , lebih baik daripada melihat arsy dan seisinya seribu kali.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Menyatunya seorang murid dengan gurunya merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW merupakan permulaan untuk fana pada Allah (lupa selain Allah)</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud dan golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Barang siapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat yang apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat dari sujudnya.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Beliau RA berkata tentang dakwah, Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi daI dan tidak harus menjadi qodli atau mufti (katakanlah wahai Muhammad SAW inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang jelas aku dan pengikutku) apakah kita ikut padanya (Rasulullah) atau tidak ikut padanya? Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Syetan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah menjaga kekasih-kekasih- Nya.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Apabila ibadah agung bagi seseorang maka ringanlah adap (kebiasaan) baginya dan apabila semakin agung nilai ibadah dalam hati seseorang maka akan keluarlah keagungan adat darinya.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Bila benar keluarnya seseorang (di dalam berdakwah), maka ia akan naik ke derajat yang tinggi.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Keluarkanlah rasa takut pada makhluk dari hatimu maka engkau akan tenang dengan rasa takut pada kholiq (pencipta) dan keluarkanlah berharap pada makhluk dari hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan berharap pada Sang Kholiq.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah dan tanda dari lemahnya iman.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya dan bangun malam.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Barang siapa memperhatikan waktu, maka ia akan selamat dari murka Allah.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"><span id="lw_1263398235_4" style="border-bottom: 1px dashed rgb(0, 102, 204); cursor: pointer;">Salah satu dari</span> penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis di tengah malam.</span><br />
</div></blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;"></span><br />
</div><blockquote><div class="MsoNormal"><span lang="MS" style="font-size: 12pt;">Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah, Allah akan memenuhi hatinya dengan rahmat di setiap waktu.</span><br />
</div></blockquote>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-2470998314682464682010-01-09T01:41:00.000-08:002010-01-13T06:12:21.704-08:00Pengemis Buta Dan Rasulullah SAW<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="http://yarasulullah.files.wordpress.com/2009/08/nabi-saw.jpg?w=300&h=225" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://yarasulullah.files.wordpress.com/2009/08/nabi-saw.jpg?w=300&h=225" /></a><span id="fullpost">Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span id="fullpost">Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Aisyah RA menjawab,Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.</span><br />
<span id="fullpost">Apakah Itu?, tanya Abubakar RA.</span><br />
<span id="fullpost">Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana, kata Aisyah RA.</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhc_zBPXPWSZ4rkj4YjTPnABhgf1AVN0JuP-HPGCYxWCSrMJu1kdmnGdP3zYjaHkBEFYVGl8rHAp-CZ5YAsUCY7Qz7JDrgAfzpWS6Xq3Xpd_C5bXPrfgUG7yMX6kMaIwnCtESiNSq1Ewzqd/s1600/Pengemis+Buta.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhc_zBPXPWSZ4rkj4YjTPnABhgf1AVN0JuP-HPGCYxWCSrMJu1kdmnGdP3zYjaHkBEFYVGl8rHAp-CZ5YAsUCY7Qz7JDrgAfzpWS6Xq3Xpd_C5bXPrfgUG7yMX6kMaIwnCtESiNSq1Ewzqd/s320/Pengemis+Buta.png" /></a><br />
</div><span id="fullpost">Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya.</span><br />
<span id="fullpost">Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, Siapakah kamu?</span><br />
<span id="fullpost">Abubakar RA menjawab,Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).</span><br />
<span id="fullpost">Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku, bantah si pengemis buta itu.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah.</span><br />
<span id="fullpost">Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku, pengemis itu melanjutkan perkataannya.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia….</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.</span><br />
<br />
<span id="fullpost">Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW?</span><br />
<span id="fullpost">Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau?</span><br />
<span id="fullpost">Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq.</span><br />
</div><span id="fullpost"> </span><br />
</div><span id="fullpost"> <br />
</span>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-8883316608842195302010-01-09T01:37:00.000-08:002010-01-13T06:13:05.926-08:00Jejak Kedermawanan Rasulullah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://yarasulullah.files.wordpress.com/2009/09/jejak.jpg?w=300&h=147" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://yarasulullah.files.wordpress.com/2009/09/jejak.jpg?w=300&h=147" /></a><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Sayyidina Umar bin Khattab bercerita, suatu hari seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW untuk meminta-minta, lalu beliau memberinya. Keesokan harinya, laki-laki itu datang lagi, Rasulullah juga memberinya. Keesokan harinya, datang lagi dan kembali meminta, Rasulullah pun memberinya. Keesokan harinya, ia datang kembali untuk meminta-minta, Rasulullah lalu bersabda, “Aku tidak mempunyai apa-apa saat ini. Tapi, ambillah yang kau mau dan jadikan sebagai utangku. Kalau aku mempunyai sesuatu kelak, aku yang akan membayarnya.”</span><br />
<span id="fullpost"><br />
</span><br />
<span id="fullpost">Umar lalu berkata, “Wahai Rasulullah janganlah memberi diluar batas kemampuanmu.” Rasulullah tidak menyukai perkataan Umar tadi. Tiba-tiba, datang seorang laki-laki dari Anshar sambil berkata, “Ya Rasulullah, jangan takut, terus saja berinfak. Jangan khawatir dengan kemiskinan.” Mendengar ucapan laki-laki tadi, Rasulullah tersenyum, lalu beliau berkata kepada Umar, “Ucapan itulah yang diperintahkan oleh Allah kepadaku.” (HR Turmudzi).<br />
<br />
Jubair bin Muth’im bertutur, ketika ia bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba orang-orang mencegat beliau dan meminta dengan setengah memaksa sampai-sampai beliau disudutkan ke sebuah pohon berduri.<br />
<br />
Kemudian salah seorang dari mereka mengambil mantelnya. Rasulullah berhenti sejenak dan berseru, ”Berikan mantelku itu! Itu untuk menutup auratku. Seandainya aku mempunyai mantel banyak (lebih dari satu), tentu akan kubagikan pada kalian (HR. Bukhari)<br />
<br />
Ummu Salamah, istri Rasulullah SAW bercerita, suatu hari Rasulullah masuk ke rumahku dengan muka pucat. Aku khawatir beliau sedang sakit. “Ya Rasulullah, mengapa wajahmu pucat begini?” tanyaku.<br />
<br />
Rasulullah menjawab, ”Aku pucat begini bukan karena sakit, melainkan karena aku ingat uang tujuh dinar yang kita dapat kemarin sampai sore ini masih berada di bawah kasur dan kita belum menginfakkannya.” (HR Al-Haitsami dan hadistnya sahih).<br />
<br />
Aisyah berkata, suatu hari, ketika sakit, Rasulullah SAW menyuruhku bersedekah dengan uang tujuh dinar yang disimpannya di rumah. Setelah menyuruhku bersedekah, beliau lalu pingsan. Ketika sudah siuman, Rasulullah bertanya kembali: “Uang itu sudah kau sedekahkan?” “Belum, karena aku kemarin sangat sibuk,” jawabku Rasulullah bersabda, “Mengapa bisa begitu, ambil uang itu!”.<br />
Begitu uang itu sudah di hadapannya, Rasulullah lalu bersabda, “Bagaimana menurutmu seandainya aku tiba-tiba meninggal, sementara aku mempunyai uang yang belum kusedekahkan? Uang ini tidak akan menyelamatkan Muhammad seandainya ia meninggal sekarang, sementara ia mempunyai uang yang belum disedekahkan,”. (HR Ahmad).<br />
<br />
Sahl bin Sa’ad bertutur, suatu hari datang seorang perempuan menghadiahkan kepada Nabi Saw sepotong syamlah yang ujungnya ditenun (syamlah adalah baju lapang yang menutup seluruh badan). Perempuan itu berkata, “Ya Rasulullah, akulah yang menenun syamlah ini dan aku hendak menghadiahkannya kepada Engkau.” Rasulullah pun sangat menyukainya. Tanpa banyak bicara, beliau langsung mengambil dan memakainya dengan sangat gembira dan berterima kasih kepada wanita itu. Rasulullah betul-betul sangat membutuhkan dan menyukai syamlah tersebut.<br />
<br />
Tidak lama setelah wanita itu pergi, tiba-tiba datang seorang laki-laki meminta syamlah tersebut. Rasulullah pun memberikannya. Para sahabat yang lain lalu mengecam laki-laki tersebut. Mereka berkata, “Hai Fulan, Rasulullah sangat menyukai syamlah tersebut, mengapa kau memintanya? Kau kan tahu Rasulullah tidak pernah tidak memberi kalau diminta?” Laki-laki itu menjawab, “Aku memintanya bukan untuk dipakai sebagai baju, melainkan untuk kain kafanku nanti kalau aku meninggal”. Tidak lama kemudian, laki-laki itu meninggal dan syamlah tersebut menjadi kain kafannya. (HR Bukhari).<br />
<br />
Beberapa kisah diatas hanyalah sebutir jejak kedermawanan Nabi Muhammad SAW. Kisah-kisah lainnya bagaikan gunung pasir tertinggi yang takkan pernah sanggup diimbangi oleh siapapun, termasuk para sahabat-sahabat terdekatnya di masa beliau masih hidup. Sahabat-sahabat Rasulullah hanya bisa meniru kedermawanan yang diajarkan Baginda Rasul itu, yang kemudian menambah panjang jejak sejarah kedermawanan yang dicontohkan Nabi dan para sahabatnya.<br />
<br />
Lihatlah Thalhah bin Ubaidillah, seorang sahabat yang kaya raya namun pemurah dan dermawan. “Sungai yang airnya mengalir terus menerus mengairi dataran dan lembah” adalah lukisan tentang kedermawanan seorang Thalhah. Isterinya bernama Su’da binti Auf. Pada suatu hari isterinya melihat Thalhah sedang murung dan duduk termenung sedih. Melihat keadaan suaminya, sang isteri segera menanyakan penyebab kesedihannya dan Thalhah mejawab, “Uang yang ada di tanganku sekarang ini begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan ?”<br />
<br />
Maka istrinya berkata, “Uang yang ada di tanganmu itu bagi-bagikanlah kepada fakir miskin.” Maka dibagi-baginyalah seluruh uang yang ada di tangan Thalhah tanpa meninggalkan sepeserpun.<br />
<br />
Assaib bin Zaid berkata tentang Thalhah, “Aku berkawan dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia mendermakan uang, sandang dan pangannya.”<br />
<br />
Jaabir bin Abdullah bertutur, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dari Thalhah walaupun tanpa diminta.” Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki “Thalhah si dermawan”, “Thalhah si pengalir harta”, “Thalhah kebaikan dan kebajikan”.<br />
<br />
Sahabat lain yang mengukir jejak indah kedermawanan mencontoh Nabi adalah Tsabit bin Dahdah yang memiliki kebun yang bagus, berisi 600 batang kurma kualitas terbaik. Begitu turun firman Allah, “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (pembayaran) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (Al-Hadid: 11). Dia bergegas mendatangi Rasulullah untuk bertanya, “Ya Rasulullah, apakah Allah ingin meminjam dari hambanya?”<br />
<br />
“Benar,” jawab Rasulullah.<br />
<br />
Spontan Tsabit bin Dahdah mengacungkan tangannya seraya berkata, “Ulurkanlah tangan Anda, wahai Rasulullah.”<br />
<br />
Rasulullah mengulurkan tangannya, dan langsung disambut oleh Tsabit bin Dahdah sambil berkata, “Aku menjadikan Anda sebagai saksi bahwa kupinjamkan kebunku kepada Allah.” Tsabit sangat gembira dengan keputusannya itu. Dalam perjalanan pulang dia mampir ke kebunnya. Dilihatnya isteri dan anak-anaknya sedang bersantai di bawah pepohonan yang sarat dengan buah.<br />
<br />
Dari pintu kebun, Dipanggillah sang isteri, “Hai Ummu Dahdah! Ummu Dahdah! Cepat keluar dari kebun ini, Aku sudah meminjamkan kebun ini kepada Allah!” Isterinya menyambut dengan suka cita, “Engkau tidak rugi, suamiku, engkau beruntung, engkau sungguh beruntung!” Segera dikeluarkannya kurma yang ada di mulut anak-anaknya seraya berkata, “Ayahmu sudah meminjamkan kebun ini kepada Allah.”<br />
<br />
Ibnu Mas’ud menceritakan bahwa Rasulullah bersabda, “Berapa banyak pohon sarat buah yang kulihat di surga atas nama Abu Dahdah.” Artinya, Allah memberi Tsabit bin Dahdah pohon-pohon yang berbuah lebat di surga sebagai ganti atas pemberiannya kepada-Nya di dunia.<br />
<br />
Indah nian jejak-jejak kedermawanan Nabi Muhammad SAW, lebih indah lagi apa-apa yang dijanjikan Allah atas apa yang diberikan di jalan-Nya. Karenanya, seluruh sahabat pada masa itu berlomba-lomba mengikuti jejak Nabi dalam segala hal, termasuk tentang kedermawanan. Semoga, jejak kedermawanan itu terus terukir pada ummat Muhammad hingga kini selama kita masih terus meleburkan diri pada rantai jejak indah itu, dan mengajarkannya kepada anak-anak dan penerus kehidupan ini.<br />
</span><br />
</div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-55013851035264090532010-01-09T01:27:00.000-08:002010-01-13T06:14:21.549-08:00Kondisi Terakhir Habibana Munzir bin Fuad Al Musawa<div style="text-align: justify;"><span id="fullpost">Berikut Tulisan yang ditulis sendiri oleh habibana Munzir bin Fuad Al Musawa :</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><blockquote><div style="text-align: justify;">Malam kamis yg menakutkan…<br />
</div><div style="text-align: justify;">Dinihari pk 4 pagi kamis 7 januari 2009 bertepatan dg 21 Muharram, aku tersentak kaget dg sakit kepala yg sangat dahsyat, penyakit ini kambuh lagi, ia kembali menyiksa, aku bangun berusaha pelahan lahan dg limbung berwudhu dan witir, lalu berdzikir sambil merintih pedih..<br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku berada di puncak cisarua, dihadapanku tempat menginap guru mulia.., karena sakit yg luar biasa hampir saja aku melakukan shalat subuh dan meninggalkan puncak menuju Jakarta, mungkin langsung keruang<br />
opname rscm.<br />
<br />
Namun kutahan, wahai pendosa, hadir dulu shalat subuh bermakmum pada Imam agung, baru tinggalkan lokasi, namun setelah subuh kupandang wajah luhur itu, tak mampu aku meninggalkan wajah mulia ini, kubiarkan sakit yg membuat tubuhku bergetar dg airmata terus mengalir menahan sakit..<br />
Selesai beliau menyampaikan syarah dan shalat isyraq, langsung aku menuju mobil dan meninggalkan puncak menuju kediaman, rebah, berbutir butir obat penahan sakit tak bisa meredam sakit malah semakin parah..<br />
Jumat pagi aku masih rebah tak berdaya, sakit tak kunjung hilang, guru mulia akan meninggalkan Jakarta sore ini, lalu bagaimana dg nasibku…, nasibku adalah menuju rscm mungkin menanti ajal disana, atau kembali menghadapi jarum suntik yg dihujamkan kekepala dg 4 atau 5 suntikan..<br />
Anakku Muhammad, bocah kecil itu datang menghadap guru mulia, seraya berkata : Abuya maridh.. (ayahku sakit) sambil menyodorkan air kepada beliau yg sudah di kediaman hb muhsin sebelah rumah kediamanku..<br />
Guru mulia mendoakan sesaat dan memberikan air pada bocah itu…<br />
Muhammad datang berlari, abuya ini air doa dari habibana Umar..<br />
Aku meneguknya sedikit, kurasa sejuk seluruh tubuhku..<br />
Sore tadi kuminum lagi hingga dua pertiga botol itu, seluruh sakit itu sirna.. sirna... sirna,.. sirna...<br />
<br />
Tinggallah tubuh ku bagai habis dicabut nyawa, lemah lesu bagai ada gunung besar yg dibebankan padaku dan telah dicabut..<br />
<br />
Ah… 1000x Alhamdulillah. , selamat jalan guru agung… hamba tetap meneruskan perjuanganmu,<br />
<br />
sebelum magrib aku sudah rapat dg kordinator utama di ruang kerja di markas pusat untuk merencanakan dan membahas acara 12 rabiul awal (26 feb mendatang).<br />
Selesai… kita terus berjuang…..!<br />
WASSALAM<br />
</div></blockquote><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"><br />
</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost">Sungguh bahagia rasanya mendengar berita tersebut, Semoga Allah Subhanahu Wata'ala selalu memberikan kesehatan kepada guruku tercinta. Amin ya Robbal Alamin .<br />
</span><br />
</div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-50574377902375883972009-12-31T15:50:00.000-08:002010-01-13T06:14:36.183-08:00Imam Ali Bin Abi Tholib ra<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhduux2A1iDI8w9CONkgBbMhR7cm-TFLMrW_t60XeipAAiXbPCxxOpqEvJivdT1WEey5kO4GUHCzG-9D_Lvyq4uRnI82WTubwXRnbJ8rIp8WKzX2lHpeaugF-UQ3LWpReP6Za0iOJiWtE16/s1600-h/Imam+Ali+ra.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5252806562921323874" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhduux2A1iDI8w9CONkgBbMhR7cm-TFLMrW_t60XeipAAiXbPCxxOpqEvJivdT1WEey5kO4GUHCzG-9D_Lvyq4uRnI82WTubwXRnbJ8rIp8WKzX2lHpeaugF-UQ3LWpReP6Za0iOJiWtE16/s320/Imam+Ali+ra.jpg" style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt;" /></a><span style="font-weight: bold;">Nama</span>: Ali bin Abi Thalib ra<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Gelar</span>: Amirul Mukminin<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Julukan</span>: Abu Al-Hasan, Abu Turab<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Ayah</span>: Abu Thalib (Paman Rasululullah s.a.w)<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Ibu</span>: Fatimah binti Asad<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Tempat/Tarikh Lahir</span>: Mekkah, Jum'at 13 Rajab<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Hari/Tarikh Wafat</span>: Malam Jum' at, 21 Ramadhan 40 H.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Umur</span>: 63 Tahun<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Sebab Kematian</span>: Ditikam oleh Abdurrahman ibnu Muljam semasa solat subuh<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Makam</span>: Najaf Al-Syarif<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Jumlah Anak</span>: 36 Orang, 18 laki-laki dan 18 perempuan<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;"></span><br />
<span style="font-weight: bold;">Anak laki-laki</span>: 1. Hasan Mujtaba, 2. Husein, 3. Muhammad Hanafiah, 4. Abbas al-Akbar, yang dijuluki Abu Fadl, 5. Abdullah al-Akbar, 6. Ja’far al-Akbar, 7. Utsman al- Akbar, 8. Muhammad al-Ashghar, 9. Abdullah al-Ashghar, 10. Abdullah, yang dijuluki Abu Ali, 11. ‘Aun, 12. Yahya, 13. Muhammad al Ausath, 14. Utsman al Ashghar 15.Abbas al-Ashghar, 16. Ja’far al-Ashghar, 17. Umar al-Ashghar, 18. Umar al-Akbar<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;"></span><br />
<span style="font-weight: bold;">Anak Perempuan</span>: 1. Zainab al-Kubra, 2. Zainab al-Sughra, 3.Ummu al-Hasan, 4. Ramlah al-Kubra, 4. Ramlah al-Sughra, 5. Ummu al-Hasan, 6. Nafisah, 7. Ruqoiyah al-Sughra, 8. Ruqoiyah al-Kubra, 9. Maimunah, 10. Zainab al-Sughra, 11. Ummu Hani, 12. Fathimah al-Sughra, 13.Umamah, 14.Khodijah al-Sughra, 15 Ummu Kaltsum, 16. Ummu Salamah, 17. Hamamah, 18. Ummu Kiram<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"><br />
<span style="font-weight: bold;">Riwayat Hidup</span><br />
<br />
Imam Ali bin Abi Thalib r.a. adalah sepupu Rasulullah s.a.w. Dikisahkan bahwa pada waktu ibunya Fatimah binti Asad, dalam keadaan hamil, beliau masih ikut bertawaf disekitar Ka'bah. Kerana keletihan yang dialaminya lalu si ibu tadi duduk di depan pintu Ka'bah seraya memohon kepada Tuhannya agar memberinya kekuatan. Tiba-tiba tembok Ka'bah tersebut bergetar dan terbukalah dindingnya. Seketika itu pula Fatimah binti Asad masuk ke dalamnya dan terlahirlah di sana seorang bayi mungil yang kelak kemudian menjadi manusia besar, Imam Ali bin Abi Thalib r.a.<br />
<br />
Pembicaraan tentang Imam Ali bin Abi Thalib tidak dapat dipisahkan dengan Rasulullah s.a.w. Sebab sejak kecil beliau telah berada dalam didikan Rasulullah s.a.w, sebagaimana dikatakannya sendiri: "Nabi membesarkan aku dengan suapannya sendiri. Aku menyertai beliau kemanapun beliau pergi, seperti anak unta yang mengikuti induknya. Tiap-tiap hari aku dapatkan sesuatu hal yang baru dari peribadinya yang mulia dan aku menerima serta mengikutinya sebagai suatu perintah".<br />
<br />
Setelah Rasulullah s.a.w mengumumkan tentang kenabiannya, beliau menerima dan mengimaninya dan termasuk orang yang masuk islam pertama kali dari kaum laki-laki. Apapun yang dikerjakan dan diajarkan Rasulullah kepadanya, selalu diamalkan dan ditirunya. Sehingga beliau tidak pernah terkotori oleh kesyirikan atau tercemari oleh peribadi, hina dan jahat dan tidak tenodai oleh kemaksiatan. Kepribadian beliau telah menyatu dengan Rasululullah s.a.w, baik dalam karakternya, pengetahuannya, pengorbanan diri, kesabaran, keberanian, kebaikan, kemurahan hati, kefasihan dalam berbicara dan berpidato.<br />
<br />
Sejak masa kecilnya beliau telah menolong Rasulullah s.a.w dan terpaksa harus menggunakan kepalan tangannya dalam mengusir anak-anak kecil serta para gelandangan yang diperintah kaum kafir Qurays untuk mengganggu dan melempari batu kepada diri Rasulullah s.a.w.<br />
<br />
Keberaniannya tidak tertandingi, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w: "Tiada pemuda sehebat Ali". Dalam bidang keilmuan, Rasul menamakannya sebagai pintu ilmu. Bila ingin berbicara tentang kesalehan dan kesetiaannya, maka semaklah sabda Rasulullah s.a.w: "Jika kalian ingin tahu ilmunya Adam, kesalehan Nuh, kesetiaan lbrahim, keterpesonaan Musa, pelayanan dan kepantangan Isa, maka lihatlah kecemerlangan wajah Ali". Beliau merupakan orang yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan Nabi s.a.w sebab, beliau bukan hanya sepupu nabi, tapi sekaligus sebagai anak asuhnya dan suami dari putrinya serta sebagai penerus kepemimpinan ummat sepeninggalnya s.a.w.<br />
<br />
Sejarah juga telah menjadi saksi nyata atas keberaniannya. Di setiap peperangan, beliau selalu saja menjadi orang yang terkemuka. Di perang Badar, hampir separuh dan jumlah musuh yang mati, tewas di hujung pedang Imam Ali r.a. Di perang Uhud, yang mana musuh Islam lagi-lagi dipimpin oleh Abu Sofyan dan keluarga Umayyah yang sangat memusuhi Nabi s.a.w, Imam Ali r.a kembali memerankan perang yang sangat penting yaitu ketika sebagian sahabat tidak lagi mendengar wasiat Rasulullah agar tidak turun dari atas gunung, namun mereka tetap turun sehingga orang kafir Qurays mengambil posisi mereka, Imam Ali bin Abi Thalib r.a. segera datang untuk menyelamatkan diri nabi dan sekaligus menghalau serangan itu.<br />
<br />
Perang Khandak juga menjadi saksi nyata keberanian Imam Ali bin Abi Thalib r.a. ketika memerangi Amar bin Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian. Demikian pula halnya dengan perang Khaibar, di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi s.a.w ber-sabda: "Esok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengurniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya". Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, ternyata Imam Ali bin Abi Thalib r.a. yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya hingga terbelah menjadi dua bagian.<br />
<br />
Begitulah kegagahan yang ditampakkan oleh Imam Ali dalam menghadapi musuh islam serta dalam membela Allah dan Rasul-Nya. Tidak syak lagi bahwa seluruh kebidupan Imam Ali bin Abi Thalib r.a. dipersembahkan untuk Rasul demi keberhasilan misi Allah. Kecintaan yang mendalam kepada Rasulullah benar-benar terbukti lewat perjuangannya. Penderitaan dan kesedihan dalam medan perjuangan mewarnai kehidupannya. Namun, penderitaan dan kesedihan yang paling dirasakan adalah saat ditinggalkan Rasulullah s.a.w. Tidak cukup itu, 75 hari kemudian istrinya, Fatimah Zahra, juga meninggal dunia.<br />
<br />
Kepergian Rasululullah s.a.w telah membawa angin lain dalam kehidupan Imam Ali r.a. Terjadinya pertemuan Saqifah yang menghasilkan pemilihan khalifah pertama, baru didengarnya setelah pulang dari kuburan Rasulullah s.a.w. Sebab, pemilihan khalifah itu menurut sejarah memang terjadi saat Rasulullah belum di makamkan. Pada tahun ke-13 H, khalifah pertama, Abu Bakar as-Shiddiq, meninggal dunia dan menunjuk khalifah ke-2, Umar bin Khathab sebagai penggantinya. Sepuluh tahun lamanya khalifah ke-2 memimpin dan pada tahun ke-23 H, beliau juga wafat. Namun, sebelum wafatnya, khalifah pertama telah menunjuk 6 orang calon pengganti dan Imam Ali r.a. termasuk salah seorang dari mereka. Kemudian terpilihlah khalifah Utsman bin Affan.<br />
<br />
Pada tahun 35 H, khalifah Utsman terbunuh dan kaum muslimin secara demokrasi memilih serta menunjuk Imam Ali sebagai khalifah dan pengganti Rasulullah s.a.w dan sejak itu beliau memimpin negara Islam tersebut. Selama masa kekhalifahannya yang hampir 4 tahun 9 bulan, Ali mengikuti cara Nabi dan mulai menyusun sistem yang islami dengan membentuk gerakan spiritual dan pembaharuan.<br />
<br />
Dalam merealisasikan usahanya, beliau menghadapi banyak tentangan dan peperangan, sebab, tidak dapat dimungkiri bahwa gerakan pembaharuan yang dicanangkannya dapat meroboh dan menghancurkan keuntungan-keuntungan pribadi dan beberapa kelompok yang merasa dirugikan. Akhirnya, terjadilah perang Jamal dekat Bashrah antara beliau dengan Talhah dan Zubair yang didukung oleh Mua'wiyah, yang mana di dalamnya Aisyah "Ummul Mukminin" ikut keluar untuk memerangi Imam Ali bin Abi Thalib r.a. Peperangan pun tak dapat dihindari, dan akhirnya pasukan Imam Ali r.a berhasil memenangkan peperangan itu sementara Aisyah "Ummul Mu'rninin" dipulangkan secara terhormat kerumahnya. Perang Jamal adalah perang saudara pertama dalam sejarah islam kerana konflik yang dihadapi oleh keluarga Nabi sendiri.<br />
<br />
Kemudian terjadi "perang Siffin" yaitu peperangan antara beliau r.a. melawan kelompok Mu'awiyah, sebagai kelompok oposisi untuk kepentingan pribadi yang 'merampas' negara yang sah. Peperangan itu terjadi di perbatasan Iraq dan Syiria dan berlangsung selama setengah tahun. Beliau juga memerangi Khawarij (orang yang keluar dan lingkup Islam) di Nahrawan, yang dikenal dengan nama "perang Nahrawan". Oleh kerana itu, hampir sebagian besar hari-hari pemerintahan Imam Ali bin Abi Thalib r.a digunakan untuk peperangan interen melawan pihak- pihak oposisi yang sangat merugikan negara Islam.<br />
<br />
Akhirnya, menjelang subuh, 19 Ramadhan 40 H, ketika sedang solat di masjid Kufah, kepala beliau ditebas dengan pedang beracun oleh Abdurrahman bin Muljam. Menjelang wafatnya, pria sejati ini masih sempat memberi makan kepada pembunuhnya. Singa Allah, yang dilahirkan di rumah Allah "Ka'bah" dan dibunuh di rumah Allah "Mesjid Kufah", yang mempunyai hati paling berani, yang selalu berada dalam didikan Rasulullah s.a.w sejak kecilnya serta selalu berjalan dalam ketaatan pada Allah hingga hari wafatnya, kini telah mengakhiri kehidupan dan pengabdiannya untuk Islam.<br />
<br />
Beliau memang telah tiada namun itu tidak berarti seruannya telah berakhir, Allah berfirman: "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyedarinya." (Q.S:2:154)<br />
<br />
Semoga Allah memasukkan beliau ke dalam golongan yang soleh bersama-sama penghuni syurga-Nya. Amin....<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;">Sumber : <a href="http://www.asyraaf.net/v2/biografi.php?op=2&id=27">http://www.asyraaf.net</a></span><br />
</span><br />
</div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-41696156347673995582009-12-31T15:43:00.000-08:002010-01-13T06:14:56.689-08:00Sayyidina Umar Ibn Al-Khattab ± 586-644<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhw9-FJ1fcYZRv-vLRiRtozM-PVSSfRqbBH0A7UywfxPzRIZSTfdXpIUe_XkNrhERZCToyASoy3WKQavyz5g-8qyButM-zrBFs46Wh8QeoMehPE39ndWoIaNHYiMgWpimgWBqgJk7gaj6Fk/s1600-h/Makam+Sayyidina+Umar.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5252811086704199570" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhw9-FJ1fcYZRv-vLRiRtozM-PVSSfRqbBH0A7UywfxPzRIZSTfdXpIUe_XkNrhERZCToyASoy3WKQavyz5g-8qyButM-zrBFs46Wh8QeoMehPE39ndWoIaNHYiMgWpimgWBqgJk7gaj6Fk/s320/Makam+Sayyidina+Umar.jpg" style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt;" /></a><span style="font-weight: bold;">Sayyidina Umar Ibn al-Khattab</span> adalah khalifah kedua, dan mungkin terbesar dari semua khalifah Islam. Dia sejaman namun lebih berusia muda ketimbang Nabi Muhammad. Dan seperti juga Nabi Muhammad, dia kelahiran Mekkah. Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi menurut taksiran tahun-586.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Asal-muasalnya `Umar Ibn al-Khattab merupakan musuh yang paling ganas dan beringas, menentang Nabi Muhammad dan Agama Islam habis-habisan. Tetapi, mendadak dia memeluk agama baru itu dan berbalik menjadi pendukung gigih. (Ini ada persamaannya yang menarik dengan ihwal St. Paul terhadap Kristen). `Umar Ibn al-Khattab selanjutnya menjadi penasihat terdekat Nabi Muhammad dan begitulah dilakukannya sepanjang umur Nabi Muhammad.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"><br />
</span><br />
<span id="fullpost">Tahun 632 Nabi Muhammad wafat, tanpa menunjuk penggantinya. Umar dengan cepat mendukung Abu Bakr sebagai pengganti, seorang kawan dekat Nabi dan juga mertua beliau. Langkah ini mencegah ada kekuatan dan memungkinkan Abu Bakr secara umum diakui sebagai khalifah pertama, semacam "pengganti" Nabi Muhammad. Abu Bakar merupakan pemimpin yang berhasil tetapi beliau wafat sesudah jadi khalifah hanya selama dua tahun. Tetapi, Abu Bakr menunjuk `Umar jadi khalifah tahun 634 dan memegang kekuasaan hingga tahun 644 tatkala dia terbunuh di Madinah oleh perbuatan seorang budak Persia. Di atas tempat tidur menjelang wafatnya, `Umar menunjuk sebuah panita terdiri dari enam orang untuk memilih penggantinya. Dengan demikian lagi-lagi kesempatan adu kekuatan untuk kekuasaan terjauh. Panitia enam orang itu menunjuk `Uthman selaku khalifah ke-3 yang memerintah tahun 644-656.<br />
<br />
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun `Umar itulah penaklukan-penaklukan penting dilakukan orang Arab. Tak lama sesudah `Umar pegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Arab menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Arab berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Arab telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Arab menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.<br />
<br />
Penyerangan Arab terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum `Umar naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Arab terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan `Umar. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Arab. Dan bukan cuma itu: pasukan Arab bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642) mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya `Umar di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala `Umar wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.<br />
<br />
Sama pentingnya dengan makna penaklukan-penaklukan yang dilakukan `Umar adalah kepermanenan dan kemantapan pemerintahannya. Iran, kendati penduduknya masuk Islam, berbarengan dengan itu mereka memperoleh kemerdekaannya dari pemerintahan Arab. Tetapi Suriah, Irak dan Mesir tidak pernah peroleh hal serupa. Negeri-negeri itu seluruhnya di-Arabkan hingga saat kini.<br />
<br />
`Umar sudah barangtentu punya rencana apa yang harus dilakukannya terhadap daerah-daerah yang sudah ditaklukkan oleh pasukan Arab. Dia memutuskan, orang Arab punya hak-hak istimewa dalam segi militer di daerah-daerah taklukan, mereka harus berdiam di kota-kota tertentu yang ditentukan untuk itu, terpisah dari penduduk setempat. Penduduk setempat harus bayar pajak kepada penakluk Muslimin (umumnya Arab), tetapi mereka dibiarkan hidup dengan aman dan tenteram. Khususnya, mereka tidak dipaksa memeluk Agama Islam. Dari hal itu sudahlah jelas bahwa penaklukan Arab lebih bersifat perang penaklukan nasionalis daripada suatu perang suci meskipun aspek agama bukannya tidak memainkan peranan.<br />
<br />
Keberhasilan `Umar betul-betul mengesankan. Sesudah Nabi Muhammad, dia merupakan tokoh utama dalam hal penyerbuan oleh Islam. Tanpa penaklukan-penaklukannya yang secepat kilat, diragukan apakah Islam bisa tersebar luas sebagaimana dapat disaksikan sekarang ini. Lebih-lebih, kebanyakan daerah yang ditaklukkan dibawah pemerintahannya tetap menjadi Arab hingga kini. Jelas, tentu saja, Nabi Muhammadlah penggerak utamanya jika dia harus menerima penghargaan terhadap perkembangan ini. Tetapi, akan merupakan kekeliruan berat apabila kita mengecilkan saham peranan `Umar. Penaklukan-penaklukan yang dilakukannya bukanlah akibat otomatis dari inspirasi yang diberikan Nabi Muhammad. Perluasan mungkin saja bisa terjadi, tetapi tidaklah akan sampai sebesar itu kalau saja tanpa kepemimpinan `Umar yang brilian.<br />
<br />
Memang akan merupakan kejutan –buat orang Barat yang tidak begitu mengenal `Umar– membaca penempatan orang ini lebih tinggi dari pada orang-orang kenamaan seperti Charlemagne atau Julius Caesar dalam urutan daftar buku ini. Soalnya, penaklukan oleh bangsa Arab di bawah pimpinan `Umar lebih luas daerahnya dan lebih tahan lama dan lebih bermakna ketimbang apa yang diperbuat oleh Charlemagne maupun Julius Caesar.<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Michael H. Hart</span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;">sumber: <a href="http://media.isnet.org/iptek/100/Umar.html">http://media.isnet.org</a></span><br />
</span><br />
</div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-26542355542111658202009-12-31T15:37:00.000-08:002010-01-13T06:15:16.699-08:00Salamah bin al-Akwa’ - Pahlawan Pasukan Jalan Kaki<div style="text-align: justify;">Puteranya, Ilyas ingn menyimpulkan keutamaan bapaknya dalam suatu kalimat singkat, katanya:<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Bapakku tak pernah berdusta….!" Memang, untuk mendapatkan kedudukan tinggi di antara orang-orang shaleh dan budiman, cukuplah bagi seseorang memiliki sifat-sifta ini. Dan Salamah bin al-Akwa’ telah memilikinya, suatu hal yang memang wajar baginya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Salamah adalah salah seorang pemanah arab yang terkenal, juga terbilang tokoh yang berani, dermawan dan gemar berbuat kebajikan. Dan ketika ia menyerahkan dirinya menganut agama Islam, diserahkannya secara benar dan sepenuh hati, hingga ditempalah oleh agama itu sesuai dengan coraknya yang agung.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Salamah bin al-Akwa’ termasuk pula tokoh-tokoh Bai’atur Ridwan.<br />
<div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"><br />
***<br />
<br />
Ketika pada tahun 6 H, Rasulullah sawa bersama para sahabat berangkat dari Madinah dengan maksud hendak berziarah ke Ka’bah, tetapi dihalangi oleh orang-orang QUraisy, maka Rasulullah mengutus Utsman bin Affan untuk menyampaikan kepada mereka bahwa tujuan kunjungannya hanyalah untuk berziarah dan sekali-kali bukan untuk berperang.<br />
<br />
Sementara menunggu kembalinya Utsman, tersiar berita bahwa ia telah dibunuh oleh orang-orang QUraisy. Rasulullah lalu duduk di bawah naungan sebatang pohon menerima bai’at sehidup semati dari sahabatnya seorang demi seorang.<br />
<br />
Bercerita Salamah:<br />
"Aku mengangkat bai’at kepada Rasulullah di bawah pohon, dengan pernyataan menyerahkan jiwa ragaku untuk Islam, lalu aku mundur dari tempat itu. Tatkala mereka tidak banyak lagi, Rasulullah bertanya: "Hai Salamah, kenapa kamu tidak ikut bai’at?"<br />
<br />
"Aku telah bai’at, wahai Rasulullah" ujarku<br />
<br />
"Ulanglah kembali" titah Nabi. Maka kuucapkanlah bai’at itu kembali"<br />
<br />
Dan Salamah telah memenuhi isi baiat itu sebaik-baiknya. Bahkan sebelum diikrarkannya, yakni semenjak mengucapkan "Asyhadu alla ilaha illallah, wa-asyhadu anna Muhammadar Rasulullah", maksud bai’at itu telah dilaksanakan.<br />
<br />
Kata Salamah: "Aku berperang bersama Rasulullah sebanyak tujuh kali, dan bersama Zaid bin Haritsah sebanyak sembilan kali"<br />
<br />
Salamah terkenal sebagai tokoh paling mahir dalam peperangan jalan kaki, dan dalam memanah serta melemparkan tombak dan lembing. Siasat yang dijalankannya serupa dengan perang gerilya yang kita jumpai sekarang ini. jika musuh datang menyerang, ia menarik pasukannya mundur ke belakang. Tetapi bila mereka kembali untuk berhenti atau istirahat, maka diserangnya mereka tanpa ampun.<br />
<br />
Dengan siasat seperti ini ia mapu seorang diri menghalau tentara yang menyerang luar kota Madinah di bawah pimpinan Uyainah bin Hishan al-Fizari dalamsuatu peperangan yang disebut perang Dzi Qarad. Ia pergi membututi mereka seorang diri, lalu memerangi dan menghalau mereka dari Madinah, hingga akhirnya datanglah Nabi membawa bala bantuan yang terdiri dari sahabat-sahabatnya.<br />
<br />
Pada hari itulah Rasulullah menyatakan kepada para sahabatnya: "Tokoh pasukan jalan kaki kita yang terbaik ialaha Salamah bin al-Akwa’…"<br />
<br />
Tidak pernah Salamah berhati kesal dan merasa kecewa kecuali ketika tewas sauadaranya yang bernama ‘Amir bin al-Akwa’ di perang Khaibar.<br />
<br />
Ketika itu ‘Amir mengucapkanpantun dengan suara keras di hadapan tentara Islam, katanya:<br />
<br />
"Kalo tidak karenaMu tidaklah kami kan dpaat hidayat.<br />
Tidak akan shalat dan tidak pula akan berzakat.<br />
Maka turunkanlah ketetapan ke dalam hati kami.<br />
Dan dalam berperang nanti, teguhkanlah kaki-kaki kami".<br />
<br />
Dalam peperangan itu ‘Amir memukulkan pedangnya kepada salah seorang musyrik. Akan tetapi rupanya pedang yang digenggamnya hulunya itu melantur dan terbalik hingga menghujam pada ubun-ubunnya yang menyebabkan kematiannya.<br />
<br />
Beberapa orang Islam berkata:"Kasihan ‘Amir…!, ia terhalang mendapatkan mati syahid"<br />
<br />
Maka pada saat itu - ya, hanya sekali itulah, tidak lebih- Salamah merasa amat kecewa sekali. Ia menyangka sebagai sangkaan sahabat-sahabatnya bahwa saudaranya ‘Amir itu tidak mendapatkan pahala berjihad dan sebutan mati syahid, disebabkan ia telah bunuh diri tanpa sengaja.<br />
<br />
Tetapi Rasulullah yang pengasih itu segera mendudukkan perkara pada tempat yang sebenarnya, yakni ketika Salamah datang kepadanya bertanya:"Wahai Rasulullah, betulkah pahala ‘Amir itu guugur..?"<br />
<br />
Maka jawab Rasulullah saw:<br />
Ia gugur bagai pejuang<br />
Bahkan mendapat dua macam pahala<br />
Dan sekarang ia sedang berenang<br />
DI sungai-sungia syurga…<br />
<br />
Kedermawanan Salamah cukup terkenal, tetapi ada hal yang luar biasa, hingga ia akan mengabulkan permintaan orang termasuk jiwanya apapbila permintaan itu atas nama Allah.<br />
<br />
Hal ini rupanya diketahui oleh orang-orang itu. Maka jika seseorang ingin tuntutannya berhasil, ia akan mengatakan kepadanya:"Kuminta kepada anda atas nama Allah…" Mengenai hal ini Salamah pernah berkata: "Jika bukan atas nama Allah, atas nama siapalagi kita akan memberi?"<br />
<br />
***<br />
Sewaktu Utsman ra. di bunuh orang, pejuang yang perkasa ini merasa bahawa api fitnah telah menyulut kaum muslimin. Ia seorang yang telah menghabiskan usianya selama ini berjuang bahu-membahu dengan saudara seagamanya, tak sudi berperang menghadapi saudara sesamanya!<br />
<br />
Benar..seorang tokoh telah mendapat pujian dari rasulullah tentang keahliannya dalam memerangi orang-orang musyrik, tidaklah pada tempatnya ia menggunakan keahliannya itu dalam memerangiatau membunuh orang-orang mukmin. Itulah sebabnya ia mengemasi barang-barangnya lalu meninggalkan Madinah berangkat menuju Rabdzah, yaitu kampung yang dipilih oleh Abu Dzar dulu sebagai tempat hijrah dan pemukiman barunya.<br />
<br />
Maka di Rabdzah ini salamah melanjutkan sisa hidupnya. pada suatu gari di tahun 74 H, hatinya merasa rindu berkunjung ke Madinah. Maka berangkatlah ia untuk memenuhi lerinduannya itu. Ia tinggal di Madinah satu dua hari dan pada hari ketiga iapun wafat…<br />
<br />
Demikianlah rupanya tanahnya yang tercinta dan lemut empuk itu memanggil puteranya ini untuk merangkul ke dalam pelukannya dan memberikan ruangan baginya di lingkungan sahabat-sahabatnya yang memperoleh berkah bersama para syuhada yang shalih.<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;">sumber: <span style="font-style: italic;">Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat Rasulullah</span></span></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-46089391157096865182009-12-31T15:29:00.000-08:002010-01-13T06:16:00.983-08:00Abdullah Ibnu Rawahah - Penyair, Penulis dan Pejuang<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhTVGDgI0iZecaEVQ3cEnlddoscDIrAczxYViawhOFgfcasd0AmhEl4upQJRk3ViAd37lnp6RdLDTqsab6GhUj8RtXN6mEjMLBGvrxdgQa-0iTUVBDfiUujD67NsHnxDpzadnc1FtM22l2/s1600-h/ibnrawaha.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5252814602671543666" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhTVGDgI0iZecaEVQ3cEnlddoscDIrAczxYViawhOFgfcasd0AmhEl4upQJRk3ViAd37lnp6RdLDTqsab6GhUj8RtXN6mEjMLBGvrxdgQa-0iTUVBDfiUujD67NsHnxDpzadnc1FtM22l2/s320/ibnrawaha.jpg" style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt;" /></a>Yang bersemboyan :<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Wahai Diri ……..</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Jika Kau Tidak Gugur di Medan Juang ……..</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Kau Tetap Akan Mati ……..</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Walau di Atas Ranjang ..……</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Waktu itu Rasulullah saw. sedang duduk di suatu tempat dataran tinggi kota Mekah, menghadapi para utusan yang datang dari kota Madinah, dengan bersembunyi-sembunyi dari kaum Quraisy. Mereka yang datang ini terdiri dari duabelas orang utusan suku atau kelompok yang kemudian dikenal dengan nama Kaum Anshar.(penolong Rasul).<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mereka sedang dibai’at Rasul (diambil Janji sumpah setia) yang terkenal pula dengan nama Bai’ah Al-Aqabah al-Ula (Aqabah pertama). Merekalah pembawa dan penyi’ar IsIam pertama ke kota Madinah, dan bai’at merekalah yang membuka jalan bagi hijrah Nabi beserta pengikut beliau, yang pada gilirannya kemudian, membawa kemajuan pesat bagi Agama Allah yaitu Islam ….Maka salah seorang dari utusan yang dibai’at Nabi itu, adalah Abdullah bin Rawahah.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Dan sewaktu pada tahun berikutnya, Rasulullah saw. membai’at. lagi tujuhpuluh tiga orang Anshar dari penduduk Madinah pada bai’at ‘Aqabah kedua, maka tokoh Ibnu Rawahah ini pun termasuk salah seorang utusan yang dibai’at itu.</span><br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Kemudian sesudah Rasullullah bersama shahabatnya hijrah ke Madinah dan menetap di sana, maka Abdullah bin Rawahah pulalah yang paling banyak usaha dan kegiatannya dalam membela Agama dan mengukuhkan sendi-sendinya. Ialah yang paling waspada mengawasi sepak terjang dan tipu muslihat Abdulla bin Ubay (pemimpin golongan munafik) yang oleh penduduk Madinah telah dipersiapkan untuk diangkat menjadi raja sebelum Islam hijrah ke sana, dan yang tak putus-putusnya berusaha menjatuhkan Islam dengan tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada. Berkat kesiagaan Abdullah bin Rawahah yang terus-menerus mengikuti gerak-gerik Abdullah bin Ubay dengan cermat, maka gagalah usahanya, dan maksud-maksud jahatnya terhadap Islam dapat di patahkan.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Ibnu Rawahah adalah seorang penulis yang tinggal di suatu lingkungan yang langka degan kepandaian tulisi baca. Ia juga seorang penyair yang lancar, untaian syair-syairnya meluncur dari lidahnya dengan kuat dan indah didengar ….</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Semenjak ia memeluk Islam, dibaktikannya kemampuannya bersyair itu untuk mengabdi bagi kejayaan Islam …..Dan Rasullullah menyukai dan menikmati syair-syairnya dan sering beliau minta untuk lebih tekun lagi membuat syair.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Pada suatu hari, beliau duduk bersama para sahabatnya, tiba-tiba datanglah Abdullah bin Rawahah, lalu Nabi bertanya kepadanya: "Apa yang anda lakukan jika anda hendak mengucapkan syair?"</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Jawab Abdullah: "Kurenungkan dulu, kemudian baru kuucapkan". Lalu teruslah ia mengucapkan syairnya tanpa bertangguh, demikian kira-kira artinya secara bebas:</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> "Wahai putera Hasyim yang baik, sungguh Allah telah melebihkanmu dari seluruh manusia.dan memberimu keutamaan, di mana orang tak usah iri.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Dan sungguh aku menaruh firasat baik yang kuyakini terhadap dirimu. Suatu firasat yang berbeda dengan pandangan hidup mereka.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Seandainya anda bertanya dan meminta pertolongan mereka dan memecahkan persoalan tiadalah mereka henhak menjawab atau membela</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Karena itu Allah mengukuhkan kebaikan dan ajaran yang anda,bawa</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Sebagaimana Ia telah mengukuhkan dan memberi pertolongan kepada Musa".</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Mendengar itu Rasul menjadi gembira dan ridla kepadanya, lalu sabdanya: "Dan engkau pun akan diteguhkan Allah".</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Dan sewaktu Rasulullah sedang thawaf di Baitullah pada ‘umrah qadla, Ibnu Rawahah berada di muka beliau sambil membaca syair dari rajaznya:</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> "Oh Tuhan, kalauIah tidak karena Engkau, niscaya tidaklah ami akan mendapat petunjuk, tidak akan bersedeqah dan Shalat!</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Maka mohon diturunkan sakinah atas kami dan diteguhkan pendirian kami jika musuh datang menghadang.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> ,Sesuhgguhnya Qrang-orang yang telah aniaya terhadap kami, biIa mereka membuat fitnah akan kami tolak dan kami tentang".</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Orang-orang Islam pun sering mengulang-ulangi syair-syairnya yang indah.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Penyair Rawahah yang produktif ini amat berduka sewaktu turun ayat al-Quranul Karim yang artinya :</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> "Dan para penyair, banyak pengikut mereka orang-orang sesat". (Q.S. Asy-syu’ara: 224)</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Tetapi kedukaan hatinya jadi terlipur waktu turun pula ayat lainnya : Artinya :</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> "Kecuali orang-orang(penyair) yang beriman dan beramal shaleh dan banyak ingat kepada Allah, dan menuntut bela sesudah mereka dianiaya". (Q.S. Asy-syu’ara : 227)</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Dan sewaktu Islam terpaksa terjun ke medan perang karena membela diri, tampillah Abdullah ibnu Rawahah membawa pedangnya ke medan tempur Badar, Uhud, Khandak, Hudaibiah dan Khaibar, seraya menjadikan kalimat-kalimat syairnya dan qashidahnya menjadi slogan perjuangan:</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> "Wahai diri! Seandainya engkau tidak tewas terbunuh, tetapi engkau pasti akan mati juga!"</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Ia juga menyorakkan teriakan perang:</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> "Menyingkir kamu, hai anak-anak kafir dari jalannya. Menyingkir kamu setiap kebaikkan akan ditemui pada Rasulnya".</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Dan datanglah waktunya perang Muktah ….Abdullah bin Rawahah adalah panglima yang ketiga dalam pasukan Islam.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Ibnu Rawahah berdiri dalam keadaan siap bersama pasukkan Islam yang berangkat meninggalkan kota Madinah …ia tegak sejenak lalu berkata, mengucapkan syairnya;</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> " Yang kupinta kepada Allah Yang Maha Rahman</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Keampunan dan kemenangan di medan perang</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Dan setiap ayunan pedangku memberi ketentuan</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Bertekuk lututnya angkatan perang syetan</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Akhirnya aku tersungkur memenuhi harapan ….. Mati syahid di medan perang…!!"</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Benar, itulah cita-citanya kemenangan dan hilang terbilang …., pukulan pedang atau tusukan tombak, yang akan membawanya ke alam syuhada yang berbahagia…!!</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Balatentara Islam maju bergerak kemedan perang muktah. Sewaktu orang-orang Islam dari kejauhan telah dapat melihat musuh-musuh mereka, mereka memperkirakan besarnya balatentara Romawi sekitar duaratus ribu orang …, karena menurut kenyataan barisan tentara mereka seakan tak ada ujung alhir dan seolah-olah tidak terbilang banyaknya ….!</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Orang-orang Islam melihat jumlahmereka yang sedikit, lalu terdiam …dan sebagian ada yang menyeletuk berkata:</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> "Baiknya kita kirim utusan kepada Rasulullah, memberitakan jurnlah musuh yang besar. Mungkin kita dapat bantuan tambahan pasukan, atau jika diperintahkan tetap maju maka kita patuhi".</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Tetapi.Ibnu Rawahah,.bagaikan datangnya siang bangun berdiri di antara barisan pasukan-pasukannya lalu berucap:</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> "Kawan:kawan sekalian! Demi Ailah, sesungguhnya kita berperang melawan musuh-musuh kita bukan berdasar bilangan, kekuatan atau banyaknya jumlah Kita tidak memerangi memerangi mereka, melainkan karena mempertahankan Agama kita ini, yang dengan memeluknya kita telah dimuliakan Allah … !</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Ayohlah kita maju ….! Salah satu dari dua kebaikan pasti kita capai, kemenagan atau syahid di jalan Allah … !"</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Dengan bersorak-sorai Kaum Muslimin yang sedikit bilangannya tetapi besar imannya itu menyatakan setuju. Mereka berteriak: "Sungguh, demi Allah, benar yang dibilang Ibnu Rawahah.. !"</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Demikianlah, pasukan terus ke tujuannya, dengan bilangan yang jauh lebih sedikit menghadapi musuh yang berjumlah 200.000 yang berhasil dihimpun orang Romawi untuk menghadapi suatu peperangan dahsyat yang belum ada taranya.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Kedua pasukan, balatentara itu pun bertemu, lalu berkecamuklah pertempuran di antara keduanya.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Pemimpin yang pertama Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid yang mulia, disusul oleh pemimpin yang kedua Ja’far bin Abi Thalib, hingga ia memperoleh syahidnya pula dengan penuh kesabaran, dan menyusl pula sesudah itu pemimpin yang ketiga ini, Abdullah bin Rawahah. Dikala itu ia memungut panji perang dari tangan kananya Ja’far, sementara peperangan sudah mencapai puncaknya. Hampir-hampirlah pasukan Islam yang kecil itu, tersapu musnah diantara pasukan-pasukan Romawi yang datang membajir laksana air bah, yang berhasil dihimpun oleh Heraklius untuk maksud ini.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Ketika ia bertempur sebagai seorang prajurit, ibnu Rawahah ini menerjang ke muka dan ke belakang, ke kiri dan ke kanan tanpa ragu-ragu dan perduli. Sekarang setelah menjadi panglima seluruh pasukan yang akan dimintai tanggung jawabnya atas hidup mati pasukannya, demi terlihat kehebatan tentara romawi seketika seolah terlintas rasa kecut dan ragu-ragu pada dirinya. Tetapi saat itu hanya sekejap, kemudian ia membangkitkan seluruh semangat dan kekutannya dan melenyapkan semua kekhawatiran dari dirinya, sambil berseru:</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> "Aku telah bersumpah wahai diri, maju ke medan laga</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Tapi kenapa kulihat engkau menolak syurga …..</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Wahai diri, bila kau tak tewas terbunuh, kau kan pasti mati</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Inilah kematian sejati yang sejak lama kau nanti …….</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Tibalah waktunya apa yng engkau idam-idamkan selama ini</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Jika kau ikuti jejak keduanya, itulah ksatria sejati ….!"</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> (Maksudnya, kedua sahabatnya Zaid dan Ja’far yang telah mendahului gugur sebagai syuhada).</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Jika kamu berbuat seperti keduanya, itulah ksatria sejati…..!" Ia pun maju menyerbu orang-orang Romawi dengan tabahnya …… Kalau tidaklah taqdir Allah yang menentukan, bahwa hari itu adalah saat janjinya akan ke syurga, niscaya ia akan terus menebas musuh dengan pedangnya, hingga dapat menewaskan sejumlah besar dari mereka …. Tetapi waktu keberangkatan sudah tiba, yang memberitahukan awal perjalananya pulang ke hadirat Allah, maka naiklah ia sebagai syahid…..</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Jasadnya jatuh terkapar, tapi rohnya yang suci dan perwira naik menghadap Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Tinggi, dan tercapailah puncak idamannya:</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> "Hingga dikatakan, yaitu bila mereka meliwati mayatku:</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Wahai prajurit perang yang dipimpin Allah, dan benar ia telah terpimpin!"</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> "Benar engkau, ya Ibnu Rawahah….! Anda adalah seorang prajurit yang telah dipimpin oleh Allah…..!"</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Selagi pertempuran sengit sedang berkecamuk di bumi Balqa’ di Syam, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sedang duduk beserta para shahabat di Madinah sambil mempercakapkan mereka. Tiba-tiba percakapan yang berjalan dengan tenang tenteram, Nabi ter;liam, kedua matanya jadi basah berkaca-kaca. Beliau mengangkatkan wajahnya dengan mengedipkan kedua matanya, untuk melepas air mata yang jatu disebabkan rasa duka dan belas kasihan … ! Seraya memandang berkeliling ke wajah para shahabatnya dengan pandangan haru, beliau berkata: "Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya hingga ia gugur sebagai syahid ….. Kemudian diambil alih oleh Ja’far, dan ia bertempur pula bersamanya sampai syahid pula ….". Be!iau berdiam sebentar, lain diteruskannya ucapannya: "Kemudian panji itu dipegang oleh Abdulah bin Rawahah dan ia bertempur bersama panji itu, sampai akhirnya ia·pun syahid pula".</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Kemudian Rasul diam lagi seketika, sementara mata beliau bercahaya, menyinarkan kegembiraan, ketentraman dan kerinduan, lalu katanya pula : "Mereka bertiga diangkatkan ke tempatku ke syurga …"</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Perjalanan manalagi yang lebih mulia …….</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Kesepakatan mana lagi yang lebih berbahagia …….</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Mereka maju ke medan laga bersama-sama …….</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Dan mereka naik ke syurga bersama-sama pula ….</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> Dan penghormatan terbaik yang diberikan untuk mengenangkan jasa mereka yang abadi, ialah ucapan Rasullullah Shallallahu alaihi wa sallam yang berbunyi :</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> "Mereka telah diangkatkan ke tempatku ke syurga……</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> </span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="fullpost"> <span style="font-size: 85%; font-style: italic;">Sumber: <a href="http://islam.blogsome.com/">islam.blogsome.com</a></span></span><br />
</div><span id="fullpost"> <br />
</span>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2661873304781949460.post-20703288500524813172009-12-29T16:46:00.000-08:002009-12-29T16:46:20.242-08:00Al Habib Al Qutub Abubakar Bin Muhammad Assegaf<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSSnNku2CbI_uNHKaDHWRym4qIBpMOyLxcSlt0SqH16M0AmnGLM8tO99pwc1RkZlGNp559kaVABS8W3_Z5xU_bomJZWlARyz0kNMuRirMHiXRP_aqY2ei6wB3X32crpCke0zAt0nZjOouZ/s1600-h/habib-abubakar-bin-muhammad-assegaf.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSSnNku2CbI_uNHKaDHWRym4qIBpMOyLxcSlt0SqH16M0AmnGLM8tO99pwc1RkZlGNp559kaVABS8W3_Z5xU_bomJZWlARyz0kNMuRirMHiXRP_aqY2ei6wB3X32crpCke0zAt0nZjOouZ/s320/habib-abubakar-bin-muhammad-assegaf.jpg" /></a><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Al Habib Al Qutub Abubakar bin Muhammad Assegaf</b> lahir di kota <span style="font-weight: bold;">Besuki, Jawa Timur</span>, pada tahun 1285 H. Semenjak kecil beliau sudah ditinggal oleh ayahnya yang wafat di kota Gresik. Pada tahun 1293 H, Habib Abubakar kemudian berangkat ke Hadramaut karena memenuhi permintaan nenek beliau, Syaikhah Fatimah binti Abdullah ‘Allan.<br />
<br />
Beliau berangkat kesana ditemani dengan <span style="font-weight: bold;">Al-Mukarram Muhammad Bazmul</span>. Sesampainya disana, beliau disambut oleh paman, sekaligus juga gurunya, yaitu Abdullah bin Umar Assegaf, beserta keluarganya. Kemudian beliau tinggal di kediaman <span style="font-weight: bold;">Al-Arif Billah Al-Habib Syeikh bin Umar bin Saggaf Assegaf.</span><br />
<a name='more'></a><span id="fullpost">Di kota Seiwun beliau belajar ilmu figih dan tasawuf kepada pamannya Al-Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Hiduplah beliau dibawah bimbingan gurunya itu. Bahkan beliau dibiasakan oleh gurunya untuk bangun malam dan shalat tahajud meskipun usia beliau masih kecil. Selain berguru kepada pamannya, beliau juga mengambil ilmu dari para ulama besar yang ada disana. Diantara guru-guru beliau disana antara lain :</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Al-Habib Al-Qutub Ali bin Muhammad Alhabsyi</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Al-Habib Muhammad bin Ali Assegaf</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Al-Habib Idrus bin Umar Alhabsyi</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Al-Habib Ahmad bin Hasan Alatas</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Al-Habib Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad Almasyhur (Mufti Hadramaut saat itu).</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Al-Habib Syeikh bin Idrus Alaydrus</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Al-Habib Al-Qutub Ali bin Muhamad Alhabsyi sungguh telah melihat tanda-tanda kebesaran dalam diri Habib Abubakar dan akan menjadi seorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi. Al-Habib Ali Alhabsyi berkata kepada seorang muridnya, “Lihatlah mereka itu, 3 wali min auliyaillah, nama mereka sama, keadaan mereka sama, dan kedudukan mereka sama. Yang pertama, sudah berada di alam barzakh, yaitu Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Abdullah Alaydrus. Yang kedua, engkau sudah pernah melihatnya pada saat engkau masih kecil, yaitu Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Abdullah Alatas. Dan yang ketiga, engkau akan melihatnya di akhir umurmu”.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Ketika usia murid tersebut sudah menginjak usia senja, ia bermimpi melihat Nabi SAW 5 kali dalam waktu 5 malam berturut-turut. Dalam mimpinya itu, Nabi SAW berkata kepadanya, “(terdapat kebenaran) bagi yang melihatku di setiap kali melihat. Kami telah hadapkan kepadamu cucu yang sholeh, yaitu Abubakar bin Muhammad Assegaf. Perhatikanlah ia”.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Murid tersebut sebelumnya belum pernah melihat Habib Abubakar, kecuali di mimpinya itu. Setelah itu ingatlah ia dengan perkataan gurunya, Al-Habib Ali Alhabsyi, “Lihatlah mereka itu, 3 wali min auliyaillah…”. Tidak lama setelah kejadian mimpinya itu, ia pun meninggal dunia, persis sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Habib Ali bahwa ia akan melihat Habib Abubakar di akhir umurnya.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Setelah menuntut ilmu disana, pada tahun 1302 H beliau pun akhirnya kembali ke pulau Jawa bersama Habib Alwi bin Saggaf Assegaf, dan menuju kota Besuki. Disinilah beliau mulai mensyiarkan dakwah Islamiyyah di kalangan masyarakat. Kemudian pada tahun 1305 H, disaat usia beliau masih 20 tahun, beliau pindah menuju kota Gresik.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Di pulau Jawa, beliaupun masih aktif mengambil ilmu dan manfaat dari ulama-ulama yang ada disana saat itu, diantaranya yaitu :</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Bogor)</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Al-Habib Abdullah bin Ali Alhaddad (wafat di Jombang)</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas (Pekalongan)</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Umar Bin Yahya (Surabaya)</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya)</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Al-Habib Muhammad bin Ahmad Almuhdhor (wafat di Surabaya)</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Pada suatu hari disaat menunaikan shalat Jum’at, datanglah ilhaamat rabbaniyyah kepada diri beliau untuk ber- uzlah dan mengasingkan diri dari keramaian duniawi dan godaannya, menghadap kebesaran Ilahiah, ber-tawajjuh kepada Sang Pencipta Alam, dan menyebut keagungan nama-Nya di dalam keheningan. Hal tersebut beliau lakukan dengan penuh kesabaran dan ketabahan.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Waktu pun berjalan demi waktu, sehingga tak terasa sudah sampai 15 tahun lamanya. Beliau pun akhirnya mendapatkan ijin untuk keluar dari uzlahnya, melalui isyarat dari guru beliau, yaitu Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi. Berkata Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi, “Kami memohon dan ber-tawajjuh kepada Allah selama 3 malam berturut-turut untuk mengeluarkan Abubakar bin Muhammad Assegaf dari uzlahnya”. Setelah keluar dari uzlahnya, beliau ditemani dengan Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi berziarah kepada Al-Imam Al-Habib Alwi bin Muhammad Hasyim Assegaf.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Sehabis ziarah, beliau dengan gurunya itu langsung menuju ke kota Surabaya dan singgah di kediaman Al-Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Masyarakat Surabaya pun berbondong-bondong menyambut kedatangan beliau di rumah tersebut. Tak lama kemudian, Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi berkata kepada khalayak yang ada disana seraya menunjuk kepada Habib Abubakar, “Beliau adalah suatu khazanah daripada khazanah keluarga Ba’alawi. Kami membukakannya untuk kemanfaatan manusia, baik yang khusus maupun yang umum”.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Semenjak itu Habib Abubakar mulai membuka majlis taklim dan dzikir di kediamannya di kota Gresik. Masyarakat pun menyambut dakwah beliau dengan begitu antusias. Dakwah beliau tersebar luas…dakwah yang penuh ilmu dan ikhlas, semata-mata mencari ridhallah. Dalam majlisnya, beliau setidaknya telah mengkhatamkan kitab Ihya Ulumiddin sebanyak 40 kali. Dan merupakan kebiasaan beliau, setiap kali dikhatamkannya pembacaan kitab tersebut, beliau mengundang jamuan kepada masyarakat luas.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Beliau adalah seorang yang ghirahnya begitu tinggi dalam mengikuti jalan, atribut dan akhlak keluarga dan Salafnya Saadah Bani Alawi. Majlis beliau senantiasa penuh dengan mudzakarah dan irsyad menuju jalan para pendahulunya. Majlis beliau tak pernah kosong dari pembacaan kitab-kitab mereka. Inilah perhatian beliau untuk tetap menjaga thoriqah salafnya dan berusaha berjalan diatas… qadaman ala qadamin bi jiddin auza’i.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Itulah yang beliau lakukan semasa hayatnya, mengajak manusia kepada kebesaran Ilahi. Waktu demi waktu berganti, sampai kepada suatu waktu dimana Allah memanggilnya. Disaat terakhir dari akhir hayatnya, beliau melakukan puasa selama 15 hari, dan setelah itu beliau pun menghadap ke haribaan Ilahi. Beliau wafat pada tahun 1376 H pada usia 91 tahun. Jasad beliau disemayamkan di sebelah masjid Jami, Gresik.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Walaupun beliau sudah berpulang ke rahmatillah, kalam-kalam beliau masih terdengar dan membekas di hati para pendengarnya. Akhlak-akhlak beliau masih menggoreskan kesan mendalam di mata orang-orang yang melihatnya. Hal-ihwal beliau masih mengukir keindahan iman di kehidupan para pecintanya.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Radhiyallahu anhu wa ardhah…</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">REFERENSI</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Manaqib Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Muhammad Assegaf.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-style: italic; font-weight: bold;">Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, Muhammad Syamsu Assegaf.</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">——————————————————————————————-</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost"><span id="fullpost" style="font-weight: bold;">Sebuah perjalanan religius seorang kekasih Allah hingga maqom Shiddiqiyyah Kubro</span></span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Beliau adalah Al-Imam al-Quthbul Fard al-Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin Abu Bakar bin Al-Habib Umar bin Segaf as-Segaf (seorang imam di lembah Al-Ahqof). Garis keturunan beliau yang suci ini terus bersambung kepada ulama dari sesamanya hingga bermuara kepada pemuka orang-orang terdahulu, sekarang dan yang akan datang, seorang kekasih nan mulia Nabi Muhammad S.A.W. Beliau terlahir di kampung Besuki (salah satu wilayah di kawasan Jawa Timur) tahun 1285 H. Ayahanda beliau ra. wafat di kota Gresik, sementara beliau masih berumur kanak-kanak.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Sungguh al-Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf tumbuh besar dalam asuhan dan penjagaan yang sempurna. Cahaya kebaikan dan kewalian telah tampak dan terpancar dari kerut-kerut wajahnya, sampai-sampai beliau R.a di usianya ke-3 tahun mampu mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi pada dirinya. Semua itu tak lain karena power (kekuatan) dan kejernihan rohani beliau, serta kesiapannya untuk menerima curahan anugerah dan Fath (pembuka tabir hati) darinya.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Pada tahun 1293 H, atas permintaan nenek beliau yang sholehah Fatimah binti Abdullah (Ibunda ayah beliau), beliau merantau ditemani oleh al-Mukaram Muhammad Bazamul ke Hadramaut meninggalkan tanah kelahirannya Jawa. Di kala al-Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf akan sampai di kota Sewun, beliau di sambut di perbatasan kota oleh paman sekaligus guru beliau al-Allamah Abdullah bin Umar berikut para kerabat. Dan yang pertama kali dilantunkan oleh sang paman bait qosidah al-Habib al-Arifbillah Syeh bin Umar bin Segaf seorang yang paling alim di kala itu dan menjadi kebanggaan pada jamannya. Dan ketika telah sampai beliau dicium dan dipeluk oleh pamannya. Tak elak menahan kegembiraan atas kedatangan sang keponakan dan melihat raut wajahnya yang memancarkan cahaya kewalian dan kebaikan berderailah air mata kebahagiaan sang paman membasahi pipinya.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Hati para kaum arifin memiliki ketajaman pandang</span><br />
<span id="fullpost">Mampu melihat apa yang tak kuasa dilihat oleh pemandang.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Sungguh perhatian dan didikan sang paman telah membuahkan hasil yang baik pada diri sang keponakan. Beliau belajar kepada sang paman al-Habib Abdullah bin Umar ilmu fiqh dan tasawuf, sang paman pun suka membangunkannya pada akhir malam ketika beliau masih berusia kanak-kanak guna menunaikan shalat tahajjud bersama-sama, al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf mempunyai hubungan yang sangat kuat dalam menimba ilmu dari para ulama dan pemuka kota Hadramaut. Sungguh mereka (para ulama) telah mencurahkan perhatiannya pada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf. Maka beliau ra. Banyak menerima dan memparoleh ijazah dari mereka. Diantara para ulama terkemuka Hadramaut yang mencurahkan perhatiannya kepada beliau, adalah al-Imam al-Arifbillah al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, (seorang guru yang sepenuhnya mencurahkan perhatiannya kepada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf).</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Sungguh Habib Ali telah menaruh perhatiannya kepada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf semenjak beliau masih berdomisili di Jawa sebelum meninggalkannya menuju Hadramaut.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi berkata kepada salah seorang murid seniornya “Perhatikanlah! Mereka bertiga adalah para wali, nama, haliyah, dan maqom (kedudukan) mereka sama. Yang pertama adalah penuntunku nanti di alam barzakh, beliau adalah Quthbul Mala al-Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Aidrus, yang kedua, aku melihatnya ketika engkau masih kecil beliau adalah al-Habib al-Ghoust Abu Bakar bin Abdullah al-Atthos, dan yang ketiga engkau akan melihat sendiri nanti di akhir dari umurmu”.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Maka tatkala memasuki tahun terakhir dari umurnya, ia bermimpi melihat Rosulullah SAW sebanyak lima kali berturut-turut selama lima malam, sementara setiap kali dalam mimpi Beliau SAW mengatakan kepadanya (orang yang bermimpi) ” Lihatlah di sampingmu, ada cucuku yang sholeh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf”! Sebelumnya orang yang bermimpi tersebut tidak mengenal al-Habib Abu Bakar Assegaf kecuali setelah dikenalkan oleh Baginda Rosul al-Musthofa SAW didalam mimpinya. Lantas ia teringat akan ucapan al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi dimana beliau pernah berkata “Mereka bertiga adalah para wali, nama dan kedudukan mereka sama”. Setelah itu ia (orang yang bermimpi) menceritakan mimpinya kepada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf dan tidak lama kemudian ia meninggal dunia.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf mendapat perhatian khusus dan pengawasan yang istimewa dari gurunya al Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi sampai-sampai Habib Ali sendiri yang meminangkan beliu dan sekaligus menikahkannya. Selanjutnya (diantara para masyayikhnya) adalah al Allamah al Habib Abdullah bin Umar Assegaf sebagai syaikhut tarbiyah, al Imam al Quthb al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi sebagai syaikhut taslik, juga al Mukasyif al Habib Abdul Qadir bin Ahmad bin Quthban sebagai syaikhul fath. Guru yang terakhir ini sering memberi berita gembira kepada beliau “Engkau adalah pewaris haliyah kakekmu al Habib Umar bin Segaf”. Sekian banyak para ulama para wali dan para kaum sholihin Hadramaut baik itu yang berasal dari Sewun, Tarim dan lain-lain yang menjadi guru al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, seperti al Habib Muhammad bin Ali Assegaf, al Habib Idrus bin Umar al-Habsyi, al Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas, al Habib Abdurrahman al-Masyhur, juga putera beliau al Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur, dan juga al Habib Syekh bin Idrus al-Idrus dan masih banyak lagi guru beliau yang lainnya.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Pada tahun 1302 H, ditemani oleh<span style="font-weight: bold;"> al Habib Alwi bin Segaf Assegaf al Habib Abu Bakar Assegaf</span> pulang ketanah kelahirannya (Jawa) tepatnya di kampung Besuki. Selanjutnya pada tahun 1305 H, ketika itu beliau berumur 20 tahun beliau pindah ke kota Gresik sambil terus menimba ilmu dan meminta ijazah dari para ulama yang menjadi sinar penerang negeri pertiwi Indonesia, sebut saja <span style="font-weight: bold;">al Habib Abdullah bin Muhsin al-Atthas</span>, al Habib Abdullah bin Ali al-Haddad, al Habib Ahmad bin Abdullah al-Atthas, al Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya, al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi,al Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdlar, dan lain sebagainya.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Kemudian pada tahun 1321 H, tepatnya pada hari jum’at ketika sang khatib berdiri diatas mimbar beliau r.a mendapat ilham dari Allah SWT bergeming dalam hatinya untuk mengasingkan diri dari manusia semuanya. Terbukalah hati beliau untuk melakukannya, seketika setelah bergeming beliau keluar dari masjid jami’ menuju rumah kediamannya. Beliau al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf ber-uzlah atau khalwat (mengasingkan diri) dari manusia selama lima belas tahun bersimpuh dihadapan Ilahi Rabbi. Dan tatkala tiba saat Allah mengizinkan beliau untuk keluar dari khalwatnya, guru beliau al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi mendatanginya dan memberi isyarat kepada beliau untuk mengakhiri masa khalwatnya, al Habib Muhammad al-Habsyi berkata “selama tiga hari kami bertawajjuh dan memohon kepada Allah agar Abu Bakar bin Muhammad Assegaf keluar dari khalwatnya”, lantas beliau menggandeng al Habib Abu Bakar Assegaf dan mengeluarkannya dari khalwatnya. Kemudian masih ditemani al Habib Muhammad al-Habsyi beliau r.a menziarahi al Habib Alawi bin Muhammad Hasyim, sehabis itu meluncur ke kota Surabaya menuju ke kediaman al Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Sambil menunjuk kepada al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi memproklamirkan kepada para hadirin “Ini al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf termasuk murtiara berharga dari simpanan keluarga Ba ‘Alawi, kami membukanya agar bisa menularkan manfaat bagi seluruh manusia”.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Setelah itu beliau membuka majlis ta’lim dirumahnya, beliau menjadi pengayom bagi mereka yang berziarah juga sebagai sentral (tempat rujukan) bagi semua golongan diseluruh penjuru, siapa pun yang mempunyai maksud kepada beliau dengan dasar husnudz dzan niscaya ia akan meraih keinginannya dalam waktu yang relatif singkat. Di rumah beliau sendiri, al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf telah menghatamkan kitab Ihya’ Ulumuddin lebih dari 40 kali. Pada setiap kali hatam beliau selalu menghidangkan jamuan yang istimewa. al Habib Abu Bakar Assegaf betul-betul memiliki ghirah (antusias) yang besar dalam menapaki aktivitas dan akhlaq para aslaf (pendahulunya), terbukti dengan dibacanya dalam majlis beliau sejarah dan kitab-kitab buah karya para aslafnya.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Adapun maqom (kedudukan) al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, beliau telah mencapai tingkat Shiddiqiyah Kubro. Hal itu telah diakui dan mendapat legitimasi dari mereka yang hidup sezaman dengan beliau. Berikut ini beberapa komentar dari mereka.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">al Imam al Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdhar berkata,</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">“Demi fajar dan malam yang sepuluh dan yang genap dan yang ganjil. Sungguh al Akh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah mutiara keluarga Segaf yang terus menggelinding (maqomnya) bahkan membumbung tinggi menyusul maqom-maqom para aslafnya”.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Al Habib Alwi bin Muhammad al-Haddad berkata,</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">“Sesungguhnya al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang Quthb al Ghaust juga sebagai tempat turunnya pandangan (rahmat) Allah SWT”.</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Al Arif billah al Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pernah berkata di rumah al Habib Abu Bakar Assegaf dikala beliau membubuhkan tali ukhuwah antara beliau dengan al Habib Abu Bakar Assegaf, pertemuan yang diwarnai dengan derai air mata. Habib Ali berkata kepada para hadirin ketika itu,</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">“Lihatlah kepada saudaraku fillah Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf. Lihatlah ia..! Maka melihat kepadanya termasuk ibadah”</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">Al Habib Husein bin Muhammad al-Haddad berkata,</span><br />
<span id="fullpost"></span><br />
<span id="fullpost">“Sesungguhnya al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang khalifah. Beliau adalah penguasa saat ini, belia telah berada pada Maqom as Syuhud yang mampu menyaksikan (mengetahui) hakekat dari segala sesuatu. Beliau berhak untuk dikatakan “Dia hanyalah seorang hamba yang kami berikan kepadanya (sebagai nikmat)”.</span><br />
</div><span id="fullpost"> </span></div><span id="fullpost"> <br />
</span>alkisahonlinehttp://www.blogger.com/profile/17637818078328647403noreply@blogger.com0