Ibnu Katsir ( 700 H - 774 H )

Pendapatnya Dirujuk Para Penguasa

Pengaruhnya sangat besar dalam bidang keagamaan. Karyanya, Tafsir Alquran Al-Karim sebanyak 10 jilid masih menjadi bahan rujukan hingga saat ini. Ulama bernama lengkap Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir ini terkenal dalam bidang ilmu tafsir, hadis, sejarah serta fikih. Buah pemikirannya yang tertuang dalam buku maupun kitab menjadi rujukan para cendekiawan maupun ahli agama, dari dulu hingga sekarang.

Ia terlahir di Bosyra tahun 700 H/1300 M. Ketika berusia 6 tahun, ayahnya meninggal dunia, Ibn Kasir lantas diasuh oleh kakaknya di Damaskus. Di kota itulah pertama kali mengenyam pendidikan. Tercatat, guru pertamanya adalah Burhanuddin al-Fazari, seorang ulama penganut mazhab Syafii. Selama bertahun-tahun dia tinggal di kota Damaskus dalam kehidupan yang sederhana. Namanya mulai dikenal orang manakala terlibat dalam penelitian untuk menetapkan hukum terhadap seorang zindik yang didakwa menganut paham hulul (inkarnasi). Adapun penelitian tersebut diprakarsai oleh Gubernur Suriah, Altunbuga an-Nasiri.

Pada saat bersamaan, minatnya bertambah besar untuk memperdalam ilmu hadis. Ibn Katsir mendapat arahan dari ahli hadis terkemuka di Suriah, Jamaluddin al-Mizzi, yang di kemudian hari menjadi mertuanya. Tak tanggung-tanggung, ia pun sempat mendengar langsung hadis dari ulama-ulama Hedzjaz serta memperoleh ijazah dari Al-Wani. Karena keahlian tersebut, dalam waktu beberapa lama kemudian, ia mendapat kepercayaan menduduki jabatan yang sesuai ilmunya. Tahun 1348, ia menggantikan gurunya, Az-Zahabi di Turba Umm Salih (Lembaga Pendidikan). Selanjutnya dia diangkat menjadi kepala Dar al-Hadis al-Asyrafiyah (Lembaga Pendidikan Hadis) setelah meninggalnya Hakim Taqiuddin As-Subki tahun 1355.

Tidak hanya sebagai guru, ia pun banyak menulis kitab ilmu hadis. Di antaranya yang terkenal adalah Kitab Jami al-Masanid wa as-Sunan (Kitab Penghimpun Musnad dan Sunan) sebanyak delapan jilid, berisi nama-nama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis; Al-Kutub as-Sittah// (Kitab-kitab Hadis yang Enam) yakni suatu karya hadis; At-Takmilah fi Mar’ifat as-Sigat wa ad-Dhua’fa wa al-Mujahal (Pelengkap dalam Mengetahui Perawi-perawi yang Dipercaya, Lemah dan Kurang Dikenal); Al-Mukhtasar (Ringkasan) merupakan ringkasan dari Muqaddimmah-nya Ibn Salah; dan Adillah at-Tanbih li Ulum al-Hadis (Buku tentang ilmu Hadis) atau lebih dikenal dengan nama Al-Ba’is al-Hadis.

Demikian pula pada bidang ilmu tafsir, keahliannya diakui oleh banyak kalangan. Tahun 1366 diangkatlah Ibn Katsir menjadi guru besar oleh Gubernur Mankali Bugha di Masjid Ummayah Damaskus. Ia memiliki metode sendiri dalam bidang ini, yakni tafsir yang paling benar adalah ; tafsir Alquran dengan Alquran sendiri; bila penafsiran Alquran dengan Alquran tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan dengan hadis Nabi Muhammad SAW–menurut Alquran sendiri, Nabi memang diperintahkan untuk menerangkan isi Alquran; jika yang kedua tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan oleh pendapat para sahabat karena merekalah orang yang paling mengetahui konteks sosial turunnya Alquran; jika yang ketiga juga tidak didapatkan, maka pendapat dari para tabiin dapat diambil.

Salah satu karyanya yang terkenal dalam ilmu tafsir adalah yang berjudul Tafsir Alquran al-Karim sebanyak 10 jilid. Kitab ini masih menjadi bahan rujukan sampai sekarang karena pengaruhnya yang begitu besar dalam bidang keagamaan. Di samping itu, ia juga menulis buku Fada’il Alquran (Keutamaan Alquran), berisi ringkasan sejarah Alquran. Bidang ilmu sejarah juga dikuasainya. Beberapa karya Ibn Katsir dalam ilmu sejarah ini antara lain; Al-Bidayah wa an Nihayah (Permulaan adn Akhir) sebanyak 14 jilid, Al-Fusul fi Sirah ar-Rasul (Uraian Mengenai Sejarah Rasul), dan Tabaqat asy-Syafi’iyah (Peringkat-peringkat Ulama Mazhab Syafii).

Kitab sejarahnya yang dianggap paling penting dan terkenal adalah judul yang pertama. Ada dua bagian besar sejarah yang tertuang menurut buku tersebut, yakni sejarah kuno yang menuturkan mulai dari riwayat penciptaan hingga masa kenabian Rasulullah SAW dan sejarah Islam mulai dari periode dakwah Nabi ke Makkah hingga pertengahan abad ke-8 H. Kejadian yang berlangsung setelah hijrah disusun berdasarkan tahun kejadian tersebut. Tercatat, kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah merupakan sumber primer terutama untuk sejarah Dinasti Mamluk di Mesir. Dan karenanya kitab ini seringkali dijadikan bahan rujukan dalam penulisan sejarah Islam.

Sementara dalam ilmu fikih, tak ada yang meragukan keahliannya. Bahkan, oleh para penguasa, ia kerap dimintakan pendapat menyangkut persoalan-persoalan tata pemerintahan dan kemasyarakat yang terjadi kala itu. Misalnya saja saat pengesahan keputusan tentang pemberantasan korupsi tahun 1358 serta upaya rekonsiliasi setelah perang saudara atau peristiwa Pemberontakan Baydamur (1361) dan dalam menyerukan jihad (1368-1369). Selain itu, Ibn Kasir menulis buku terkait bidang fikih didasarkan pada Alquran dan hadis. Ulama ini meninggal dunia tidak lama setelah ia menyusun kitab Al-Ijtihad fi Talab al-Jihad (Ijtihad Dalam Mencari Jihad) dan dikebumikan di pemakaman sufi, tepat di samping makam gurunya, Ibn Taimiyah.

0 comments:

Post a Comment